Jubir Kremlin Kritik Putusan Polandia Kerahkan Batalion Tank di Perbatasan dengan Belarus
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengkritik keputusan Polandia untuk mengerahkan batalion tank di perbatasan dengan Belarus.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengkritik keputusan Polandia untuk mengerahkan batalion tank di perbatasan dengan Belarus.
Peskov menyebut bahwa tindakan itu sebagai "satu langkah lagi menuju eskalasi".
"Tentunya ini adalah satu langkah lagi menuju eskalasi dan bukan lainnya," kata Peskov dalam konferensi pers di Moskow, dikutip dari Anadolu Agency.
"Pihak berwenang Belarusia tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini untuk menjamin keamanan negaranya," tambahnya.
Pernyataan ini merupakan salah satu komentar atas pengumuman Menteri Pertahanan Nasional Polandia, Mariusz Blaszczak pada Sabtu (11/11/2023).
Dalam kesempatan ini, Peskov tidak hanya membahas soal keputusan Polandia menempatkan batalion tank di perbatasan.
Berikut ini pernyataan Peskov lainnya:
Baca juga: TV Irak Tayangkan Video Akademisi Israel-Rusia Elizabeth Tsurkov, Diculik di Baghdad 9 Bulan Lalu
Komentar soal Sabotase Pipa Nord Stream
Jubir Kremlin itu juga mengomentari soal klaim adanya "jejak Ukraina" dalam upaya sabotase pipa gas Nord Stream tahun 2022 di Laut Baltik.
Katanya, para penyelidik harus memperhatikan keterlibatan Kyiv yang semakin sering dikutip di berbagai sumber.
"Jejak Ukraina atas sabotase dan aksi teroris ini semakin banyak muncul di berbagai laporan, investigasi, publikasi media," katanya.
Ia menjelaskan bahwa Moskow dengan hati-hati mempelajari semua data yang berkaitan dengan kasus ini dan mendesak para penyelidik untuk mempublikasikan hasil pencarian mereka, menyebutkan nama pelaku, kontraktor, pelaku – semua pihak yang terlibat.
Laporan WSJ pada Sabtu (10/6/2023) menyebut bahwa penyelidik Jerman sedang mendalami bukti yang menunjukkan bahwa upaya sabotase aliran pipa Nord Stream mengarah ke Polandia.
Jerman menduga bahwa Polandia menjadi pangkalan operasi untuk meledakkan pipa Nord Stream yang digunakan untuk mengirim gas dari Rusia melalui Laut Baltik.
Para penyelidik merekonstruksi pelayaran Andromeda selama dua minggu.
Baca juga: Saat Dunia Ingin Israel Setop Bom Gaza, Rusia: Veto AS Lumpuhkan PBB
Sebagai catatan, Andromeda merupakan kapal pesiar sepanjang 15 meter yang diduga terlibat sabotase pipa Nord Stream 1 dan 2 pada September 2022 lalu.
The Journal mengutip orang-orang yang mengetahui pelayaran tersebut sebagai indikasi bahwa kru sabotase telah menempatkan bahan peledak laut dalam di Nord Stream 1.
Kemudian mereka mengarahkan kapal ke jalur menuju Polandia.
Laporan itu menambahkan bahwa Jerman sedang mencoba untuk mencocokkan sampel DNA yang ditemukan di kapal "setidaknya dengan satu tentara Ukraina".
Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman dan juru bicara pemerintah Polandia tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Tetapi seorang pejabat senior Polandia menyatakan bahwa laporan surat kabar tersebut adalah hasil dari propaganda Rusia.
"Informasi tentang petunjuk Polandia atau Ukraina dalam penghancuran NS1 dan NS2, diulangi di ruang media, secara konsisten digunakan oleh aparat pengaruh Rusia untuk menciptakan kesan/anggapan di antara penerima bahwa Warsawa dan Kiev berada di balik insiden ini," Stanislaw Zaryn, wakil Menteri Koordinator Layanan Khusus Polandia, menulis di Twitter.
Baca juga: Rusia Tempatkan Pecandu Narkoba dan Alkohol dalam Detasemen Penyerangan Storm-Z
Komentar soal Konflik Israel-Hamas
Dalam pernyataan lain, Peskov menyambut baik evakuasi warga Rusia dari Jalur Gaza.
Ia pun berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu upaya itu terwujud.
"Kami berharap proses keluarnya warga kami terus berlanjut, dan semua yang ingin meninggalkan Gaza dapat melakukannya," bebernya.
Sebanyak 70 warga Rusia, termasuk 28 anak-anak, meninggalkan Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah Mesir pada hari Minggu (12/11/2023).
Sampai hari ini, Selasa (14/11/2023), korban tewas di Palestina telah mencapai 11.423 orang, dan 1.200 orang tewas di Israel.
"Jumlah korban tewas mencapai 11.240 orang di Gaza per 13 November 2023, pukul 19.30 waktu setempat," terang Direktur Jenderal kantor media pemerintah Gaza, Ismail al-Thawabta.
Dilansir Al Jazeera, setiap hari, rata-rata serangan Israel telah merenggut 320 nyawa orang sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.