Buldoser Hingga Belasan Tank Israel Kepung RS Al-Shifa, Amerika: Itu Bukan Perintah Kami
Pengepungan tersebut terjadi usai intelijen Amerika menyebut Hamas memiliki pusat komando di bawah terowongan rumah sakit Al Shifa.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEW.COM, GAZA – Amerika Serikat (AS) mengklaim bahwa pihaknya tidak pernah mengizinkan Israel untuk melakukan serangan ke Rumah Sakit (RS) Al Shifa di Gaza.
"Kami tidak mengizinkan operasi militer mereka di sekitar rumah sakit. Keputusan tersebut berada sepenuhnya di tangan militer Israel," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.
Pernyataan tersebut dilontarkan Kirby usai masyarakat dunia mengutuk pemerintahan Amerika yang terang – terangan memberikan dukungan kepada Israel untuk melakukan gempuran ke kompleks fasilitas medis Rumah Sakit Al Shifa yang berada di Jalur Gaza Palestina.
Baca juga: Benarkah Israel Bangun Benteng Rahasia di Bawah Al-Shifa, RS Terbesar di Gaza?
Mengutip dari Al Jazeera, pengepungan tersebut terjadi usai intelijen Amerika menyebut Hamas memiliki pusat komando di bawah terowongan rumah sakit Al Shifa yang digunakan untuk menyimpan senjata, serta tempat untuk menyandera masyarakat Israel.
Pernyataan tersebut sontak memicu kemarahan Israel, meski Hamas sudah membantah tegas terkait adanya markas pasukannya di RS Al Shifa. Namun hal itu tak lantas membuat Israel melemahkan serangan.
PM Benjamin Netanyahu justru memerintahkan pasukan militernya untuk meningkatkan intensitas serangan dengan mengirimkan buldoser hingga belasan tank ke rumah sakit RS Al-Shifa.
Tak hanya itu, Israel bahkan mengumumkan tengah mempersiapkan gempuran ke RS Al Shifa dengan apa yang mereka sebut "operasi militer dengan target.
"Kami melihat tank dan buldoser di gedung (RS) pusat. Baku tembak besar-besaran masih terjadi, dan kami mendengar ledakan di mana-mana," kata Ahmed Mokhallalati, dokter di RS Al Shifa.
Imbas pengepungan tersebut, seratus jenazah korban perang yang meninggal tanpa menerima perawatan, terpaksa diletakan di halaman Rumah Sakit Al-Shifa karena tidak dapat dimakamkan secara sempurna. Satu keluarga bahkan dilaporkan ditembak mati oleh Israel saat hendak keluar dari RS Al Shifa tersebut.
“Bahaya kesehatan mulai mengancam kehidupan pasien, selain karena limbah medis yang terkumpul di dalam departemen, ketidakmampuan tim medis untuk menguburkan 100 orang syuhada,” jelas staf medis Al-Kaila sebagaimana dilansir Middle East Monitor.
Israel Tolak Perintah PBB
Situasi mencekam yang digambarkan sebagai genosida ini mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengadopsi resolusi mengenai Timur Tengah agar Israel melakukan perpanjangan jeda dan koridor kemanusiaan di Jalur Gaza selama beberapa hari.
Sayangnya pasca kebijakan ini disahkan, Israel dengan cepat menolak perintah PBB. Gilad Erdan, duta besar Israel menuduh Hamas dengan sengaja menggunakan strategi untuk memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, dan menambah jumlah korban warga sipil Palestina.
“Resolusi itu tidak ada artinya dan tidak sesuai dengan kenyataan karena Israel sejauh ini bertindak sesuai dengan hukum internasional di Gaza,” jelas Duta Besar Israel untuk PBB, Gildan Erdan.