Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentara Israel Geledah Rumah Sakit Al-Shifa Gaza dan Interogasi Pasien hingga Pegawai

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat mengkhawatirkan pasien dan staf mereka yang kehilangan kontak.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Tentara Israel Geledah Rumah Sakit Al-Shifa Gaza dan Interogasi Pasien hingga Pegawai
Kolase Tribunnews.com/ Akun X, @manniefabian
Momen yang memperlihatkan IDF mengaku menguasai rumah gubernur di Gaza pada Selasa (14/11/2023). Dalam momen tersebut, IDF mengatakan turut mengambil kembali barang rampasan dari Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM, PALESTINA -  Militer Israel telah menyerbu rumah sakit terbesar di Gaza dalam aksi yang mereka sebut sebagai “operasi yang ditargetkan terhadap Hamas”.

Seorang saksi mata di Rumah Sakit Al-Shifa mengatakan bahwa pasukan Israel bergerak semalaman dan menginterogasi orang-orang di dalam rumah sakit.

Israel telah lama menuduh Hamas memiliki pusat komando di bawah bangunan RS Al-Shifa.

Demikian pula Amerika Serikat (AS) mengklaim punya data intelijen yang mendukung tuduhan Israel, namun Hamas membantahnya.

Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengatakan dia merasa ngeri karena rumah sakit bukanlah medan pertempuran.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat mengkhawatirkan pasien dan staf mereka yang kehilangan kontak.

BBC telah berbicara dengan seorang jurnalis dan beberapa dokter di dalam rumah sakit untuk mencoba mencari tahu apa yang terjadi di sana.

Berita Rekomendasi

Sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga telah memberikan informasi terkini.

"Kami tidak dapat mengonfirmasi penuturan pihak mana pun secara independen," katanya. 

Baca juga: Warga Jerman Khawatir Kekerasan Gaza Picu Serangan Teror

Kesaksian jurnalis di dalam RS Al-Shifa

Khader Al-Zaanoun, warga Gaza sekaligus jurnalis yang berada di rumah sakit tersebut, berkata kepada wartawan BBC Rushdi Abu Alouf bahwa tentara Israel “menguasai penuh” RS Al-Shifa.

Ia mengatakan sekitar 100 tentara komando telah memasuki bangunan utama rumah sakit pada malam hari dan enam tank juga berada di area rumah sakit

“Mereka memasuki unit gawat darurat utama, beberapa tentara mengenakan masker dan berteriak dalam bahasa Arab 'jangan bergerak, jangan bergerak'."

Pasukan Israel kemudian menggeledah kamar demi kamar dan lantai demi lantai.

Mereka menginterogasi semua staf rumah sakit dan para pasien sembari didampingi tenaga medis dan penerjemah bahasa Arab.

Melalui pengeras suara, militer Israel meminta semua pria berusia antara 16 dan 40 tahun meninggalkan gedung rumah sakit, kecuali bagian bedah dan gawat darurat, dan pergi ke halaman rumah sakit.

Menurut Khader, tentara Israel melepaskan tembakan ke udara untuk memaksa mereka yang masih berada di dalam untuk keluar.

Dia juga mengatakan mereka telah memasang alat pemindai dan meminta semua orang untuk melewatinya.

Muhammad Zaqout, direktur jenderal RS Al-Shifa, juga memberikan penjelasan tentang bagaimana serangan itu terjadi.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, dia mengatakan “tidak ada satu peluru pun” yang ditembakkan – karena “tidak ada perlawanan atau tahanan” di dalam.

Namun, menurut Dr Marwan Abu Saada, kepala bedah di rumah sakit Al-Shifa, militer Israel menyebabkan “kehancuran besar” di unit radiologi.

“Tentara Israel menyerbu departemen radiologi di gedung bedah subspesialisasi,” katanya dalam pesan yang dikirim ke BBC.

“Mereka mengisolasi laki-laki di satu ruangan dengan tangan terikat dan melakukan penghancuran besar-besaran pada CT [pemindai], dan juga pada mesin MRI dan beberapa [USG] serta furnitur.

“Dua orang dari tim pemeliharaan gedung telah ditangkap.”

BBC belum dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.

Selang 14 jam kemudian, BBC mendapat laporan bahwa pasukan Israel mulai mundur.

IDF kemudian merilis sebuah video pada Rabu (15/11) malam yang mereka klaim menunjukkan senjata dan peralatan yang disembunyikan oleh Hamas di di berbagai bagian rumah sakit.

Israel klaim 'operasi yang ditargetkan' terhadap Hamas

Militer Israel mengatakan pada Selasa (14/11) malam bahwa pasukannya sedang melakukan “operasi yang ditargetkan terhadap Hamas di area tertentu di Rumah Sakit Al-Shifa”.

Mereka menggambarkan tindakan tersebut sebagai “kebutuhan operasional” berdasarkan “informasi intelijen”, dan menyerukan “teroris Hamas” di rumah sakit untuk menyerah.

Pada Rabu (15/11) pagi, IDF mengatakan saat memasuki RS Al-Shifa, pasukannya menghadapi serangan menggunakan bahan peledak dan melawan “regu teroris”.

Tidak ada baku tembak yang terjadi di dalam rumah sakit dan tidak ada perselisihan antara tentara dan orang-orang di sana, kata pejabat militer Israel.

Radio tentara Israel melaporkan bahwa pasukan sejauh ini belum menemukan tanda-tanda adanya tawanan yang disandera oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober.

Penyerbuan terhadap rumah sakit tersebut terjadi tak lama setelah AS secara terbuka mendukung - untuk pertama kalinya - klaim Israel bahwa Hamas memiliki infrastruktur di bawah RS Al-Shifa.

Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS memiliki informasi intelijen, yang diperoleh dari berbagai sumber, yang menunjukkan bahwa Hamas menggunakan rumah sakit di Jalur Gaza dan terowongan di bawahnya untuk menyembunyikan operasi militer dan menyandera.

“Hamas dan anggota Jihad Islam Palestina mengoperasikan pusat komando dan kendali dari al-Shifa di Kota Gaza,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu menunjukkan betapa menantangnya operasi Israel – karena Hamas “telah tertanam kuat di dalam masyarakat sipil”.'

Namun Dr Ahmed Mokhallalati, seorang ahli bedah plastik di RS Al-Shifa yang dihubungi oleh BBC, bersikeras bahwa hanya ada warga sipil di rumah sakit tersebut dan mengatakan dia belum pernah melihat satupun senjata di dalam rumah sakit, atau kehadiran Hamas.

Dia mengatakan ada terowongan di bawah setiap bangunan di Gaza, termasuk RS Al-Shifa.

Apa yang Israel klaim temukan di RS Al-Shifa?

Dalam video yang dirilis pada Rabu (15/11) malam, militer Israel mengeklaim menemukan senjata dan peralatan yang disembunyikan oleh Hamas di di berbagai bagian RS Al-Shifa.

Video berdurasi tujuh menit itu memperlihatkan juru bicara IDF, Jonathan Conricus, berjalan melalui ruangan berbeda di bagian MRI.

Conricus mengatakan apa yang ditemukan pasukan Israel menunjukkan bahwa "Hamas secara sistematis menggunakan rumah sakit dalam operasi militer mereka".

Conricus juga menunjukkan senapan AK47 yang ditemukan di belakang pemindai MRI.

Dia menunjukkan tiga tas yang katanya adalah "tas" militer.

Ada pula "granat aktif, amunisi, rompi tempur dengan lambang" dan juga rompi militer dengan emblem hijau di atasnya, yang menurutnya merupakan nama sayap militer Hamas.

Conricus juga menunjukkan sebuah laptop yang menurutnya ditemukan di ruang MRI.

Dia menunjukkan foto yang menurutnya ditemukan di laptop. Foto itu, menurutnya, adalah tentara Israel Pte Ori Megidish yang disandera di Gaza tetapi kemudian dibebaskan oleh pasukan Israel.

BBC belum memverifikasi lokasi video atau klaim yang dibuat di dalamnya - meskipun kami berupaya memberikan informasi lebih rinci kepada Anda.

Mark Regev, yang merupakan penasihat senior Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada BBC News Channel bahwa dia yakin "semakin banyak materi" dari apa yang dia klaim sebagai jaringan bawah tanah Hamas di bawah RS Al-Shifa.

Regev melanjutkan dengan mengatakan kepada program Newshour BBC di World Service bahwa operasi militer di rumah sakit itu dibenarkan:

“Hukum internasional secara khusus mengatakan bahwa ketika musuh Anda menggunakan lokasi kemanusiaan seperti rumah sakit untuk mesin militernya, maka Anda dapat menargetkan situs tersebut… Ini tidak berarti Anda melakukannya dengan enteng atau tidak bertanggung jawab, tetapi berdasarkan hukum internasional, mereka kehilangan kekebalannya.”

Situasi kemanusiaan memburuk

Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di sekitar RS Al-Shifa selama berhari-hari sehingga menjebak pasien, staf, dan pengungsi yang mencari perlindungan di sana.

Dr Ahmed Mokhallalati, seorang ahli bedah plastik di RS Al-Shifa, mengatakan kepada BBC bahwa rumah sakit tersebut kekurangan listrik, oksigen dan air.

Pada Selasa (14/11), operasi penting telah dilakukan tanpa anestesi yang tepat dan pasien “menjerit kesakitan”. Para dokter tidak dapat membantu satu pasien yang mengalami luka bakar karena kurangnya peralatan termasuk ventilator dan harus “membiarkannya meninggal”.

Tidak ada operasi yang dapat dilakukan pada Rabu (15/11), kata dokter Ahmed.

Sementara itu, enam bayi prematur telah meninggal dalam beberapa hari terakhir dan dokter Ahmed khawatir akan lebih banyak bayi yang meninggal karena kekurangan oksigen dan kekurangan tenaga listrik.

Militer Israel mengeklaim pasukannya menyediakan inkubator, makanan bayi, dan pasokan medis ke rumah sakit.

“Mengapa mereka tidak bisa dievakuasi?” kata dokter Ahmed tentang bayi-bayi di rumah sakit. “Di Afghanistan mereka mengevakuasi kucing dan anjing.”

“Di manakah ICRC [Palang Merah]?” dia menambahkan. "Di mana pemerintah Inggris dan Amerika? Apakah semua orang hanya menunggu kita semua mati di sini dan kemudian mengatakan kita adalah 'orang baik'?"

Meskipun Israel sebelumnya menyatakan siap mengizinkan staf dan pasien untuk dievakuasi, warga Palestina mengatakan pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah mereka dan terlalu berbahaya untuk memindahkan pasien yang rentan.

Para saksi menggambarkan kondisi yang mengerikan di dalam rumah sakit, dengan banyak keluarga yang kekurangan makanan atau air dan tinggal di koridor dan bau mayat menguar di udara.

AS 'tidak ingin baku tembak di rumah sakit'

Sebelum penyerbuan, Israel mengatakan pihaknya tidak menargetkan rumah sakit secara langsung namun mengakui adanya "bentrokan" di sekitar RS Al-Shifa dan fasilitas lainnya dalam beberapa hari terakhir.

Ketika dimintai komentar mengenai operasi Israel tersebut, Gedung Putih mengatakan warga sipil dan pasien harus dilindungi dan mereka tidak ingin "melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah...berusaha mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan".

Martin Griffiths, wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan mengatakan: "Perlindungan terhadap bayi baru lahir, pasien, staf medis dan semua warga sipil harus berada di atas segalanya”.

Dalam pernyataan video terpisah, Griffiths mengatakan dia memahami bahwa Israel ingin menemukan pemimpin Hamas namun perhatian utama lembaganya adalah kesejahteraan orang-orang di RS Al-Shifa.

“Hamas tidak boleh, tidak boleh, menggunakan tempat seperti rumah sakit sebagai tameng atas kehadiran mereka,” katanya.

"Saya memahami kekhawatiran Israel dalam upaya mencari kepemimpinan Hamas. Itu bukan masalah kami. Masalah kami adalah melindungi rakyat Gaza dari apa yang didatangi mereka," tambahnya.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas