Tak Ada Bahan Bakar untuk Mobil, Warga Gaza Beralih Gunakan Kereta Kuda
Gerobak telah menjadi moda transportasi utama bagi warga sipil untuk berkeliling mencari makanan, kebutuhan sehari-hari, atau melarikan diri Israel
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa minggu lalu, gerobak yang ditarik keledai atau kuda merupakan pemandangan yang langka di Jalur Gaza.
Para petani dan pedagang biasanya mendistribusikan dagangan mereka menggunakan mobil.
Namun ketika militer Israel melancarkan serangan di Gaza dan mengepung wilayah tersebut, kekurangan bahan bakar membuat orang-orang tidak bisa menjalankan mobil mereka.
Masyarakat kini terpaksa bergantung pada kereta kuda atau gerobak yang digerakkan oleh hewan sebagai alat transportasi utama.
Middle East Eye melaporkan, di salah satu jalan Deir al-Balah Gaza Tengah yang biasanya sibuk, mobil sudah tidak lagi terlihat.
Sebaliknya, terlihat puluhan gerobak yang digerakkan hewan, membawa warga dan pengungsi.
Baca juga: Israel Hanya Izinkan 2 Truk Bahan Bakar Masuk Gaza Setiap Hari, Jauh dari Jumlah yang Dibutuhkan
Sejak dimulainya perang skala besar, Israel menghalau pasokan bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza, sehingga sebagian besar mobil tidak dapat digunakan.
“Hari demi hari, semakin banyak pemilik mobil yang kehabisan bahan bakar dan tidak dapat menemukan alat transportasi lain," kata Abu Mohammed Azaiza, pemilik gerobak dan kuda, kepada MEE.
"Gerobak ini digerakkan oleh hewan; karena mereka tidak membutuhkan bahan bakar atau gas, ini menjadi cara penting bagi kami untuk mengatasi situasi saat ini."
“Sebelum perang, kami hanya menggunakan gerobak untuk berkeliling lingkungan dan menjual sayuran, buah-buahan, dan produk-produk tertentu."
"Saat ini, masyarakat membutuhkannya sebagai alat transportasi karena kita telah mencapai titik di mana tidak ada taksi, dan pemilik mobil tidak bisa menemukan bahan bakar."
Penduduk Jalur Gaza tengah berusia 34 tahun ini mengatakan bahwa dalam beberapa minggu terakhir, ia memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan empat tahun terakhir.
“Tetapi saya tidak senang dengan keuntungan yang didapat ini, dan jika saya diberi pilihan untuk menyerahkan semua uang yang saya hasilkan untuk menghentikan perang, saya akan memilih untuk menyerahkan uang saya,” kata Azaiza.
Azaiza mengenang krisis bahan bakar di masa lalu yang disebabkan oleh perang Israel, terutama pada tahun 2009 dan 2014, dan penutupan perbatasan.