Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Ada Bahan Bakar untuk Mobil, Warga Gaza Beralih Gunakan Kereta Kuda

Gerobak telah menjadi moda transportasi utama bagi warga sipil untuk berkeliling mencari makanan, kebutuhan sehari-hari, atau melarikan diri Israel

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Tak Ada Bahan Bakar untuk Mobil, Warga Gaza Beralih Gunakan Kereta Kuda
SAID KHATIB / AFP
Warga Palestina menaiki kereta kuda di sepanjang jalan basah setelah hujan badai semalaman di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 15 November 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa minggu lalu, gerobak yang ditarik keledai atau kuda merupakan pemandangan yang langka di Jalur Gaza.

Para petani dan pedagang biasanya mendistribusikan dagangan mereka menggunakan mobil.

Namun ketika militer Israel melancarkan serangan di Gaza dan mengepung wilayah tersebut, kekurangan bahan bakar membuat orang-orang tidak bisa menjalankan mobil mereka.

Masyarakat kini terpaksa bergantung pada kereta kuda atau gerobak yang digerakkan oleh hewan sebagai alat transportasi utama.

Middle East Eye melaporkan, di salah satu jalan Deir al-Balah Gaza Tengah yang biasanya sibuk, mobil sudah tidak lagi terlihat.

Sebaliknya, terlihat puluhan gerobak yang digerakkan hewan, membawa warga dan pengungsi.

Baca juga: Israel Hanya Izinkan 2 Truk Bahan Bakar Masuk Gaza Setiap Hari, Jauh dari Jumlah yang Dibutuhkan

Sejak dimulainya perang skala besar, Israel menghalau pasokan bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza, sehingga sebagian besar mobil tidak dapat digunakan.

BERITA TERKAIT

“Hari demi hari, semakin banyak pemilik mobil yang kehabisan bahan bakar dan tidak dapat menemukan alat transportasi lain," kata Abu Mohammed Azaiza, pemilik gerobak dan kuda, kepada MEE.

"Gerobak ini digerakkan oleh hewan; karena mereka tidak membutuhkan bahan bakar atau gas, ini menjadi cara penting bagi kami untuk mengatasi situasi saat ini."

“Sebelum perang, kami hanya menggunakan gerobak untuk berkeliling lingkungan dan menjual sayuran, buah-buahan, dan produk-produk tertentu."

"Saat ini, masyarakat membutuhkannya sebagai alat transportasi karena kita telah mencapai titik di mana tidak ada taksi, dan pemilik mobil tidak bisa menemukan bahan bakar."

Penduduk Jalur Gaza tengah berusia 34 tahun ini mengatakan bahwa dalam beberapa minggu terakhir, ia memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan empat tahun terakhir.

“Tetapi saya tidak senang dengan keuntungan yang didapat ini, dan jika saya diberi pilihan untuk menyerahkan semua uang yang saya hasilkan untuk menghentikan perang, saya akan memilih untuk menyerahkan uang saya,” kata Azaiza.

Azaiza mengenang krisis bahan bakar di masa lalu yang disebabkan oleh perang Israel, terutama pada tahun 2009 dan 2014, dan penutupan perbatasan.

Namun, katanya, situasi sebelumnya jarang mencapai titik di mana hampir tidak ada mobil di jalanan sama sekali.

“Saya yakin saat ini adalah saat yang paling sulit karena sudah lebih dari 40 hari berlalu dan tidak ada yang tahu berapa lama situasi ini akan berlangsung, bahkan pasukan pendudukan Israel pun tidak tahu,” katanya.

Sebuah keluarga yang melarikan diri dari pemboman Israel di Gaza, menaiki kereta keledai dari rumah mereka di wilayah utara Bureij ke selatan di tengah Jalur Gaza, pada 14 November 2023.
Sebuah keluarga yang melarikan diri dari pemboman Israel di Gaza, menaiki kereta keledai dari rumah mereka di wilayah utara Bureij ke selatan di tengah Jalur Gaza, pada 14 November 2023. (Mohammed ABED / AFP)

Baca juga: Soal IDF Sediakan Inkubator, Dibantah Direktur RS Al-Shifa: Kami Punya, tapi Tak Ada Bahan Bakar

Jadi alat transportasi utama

Sebelum serangan Israel, gerobak dianggap sebagai alat transportasi lokal yang hanya digunakan oleh masyarakat sangat miskin dan terpinggirkan.

Saat ini, semua lapisan masyarakat sangat mengandalkannya.

“Saya membawa dokter ke rumah sakit dengan gerobak saya dua minggu lalu,” kata Azaiza.

"Dia memberi tahu saya bahwa dia memiliki mobil yang dia gunakan selama tiga minggu pertama perang, sebelum dia kehabisan bahan bakar dan tidak dapat menemukan bahan bakar di mana pun."

"Dia harus berpindah antara rumah sakit dan rumahnya setiap beberapa hari, jadi dia tidak bisa menemukan jalan lain selain gerobak."

Penduduk Jalur Gaza bagian utara dan Kota Gaza tidak dapat meninggalkan rumah mereka karena tank-tank Israel sudah mengepung jalan-jalan utama.

Tetapi penduduk yang berada di Jalur Gaza tengah dan selatan masih dapat bergerak di antara kedua wilayah tersebut, tetapi dengan risiko tinggi menjadi sasaran serangan militer Israel.

Souq, atau area pasar, di Deir al-Balah penuh sesak pada siang hari, sebagian besar adalah pengungsi yang meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza tanpa membawa pakaian, selimut atau makanan yang mereka simpan pada awal pemboman.

Untuk membeli kebutuhan pokok dari Souq, orang-orang dari berbagai daerah di Jalur Gaza tengah datang dengan “taksi”.

Warga Palestina menumpang kereta kuda untuk mengevakuasi diri dan keluarganya menuju Gaza Selatan menghindari pecahnya pertempuran antara pejuang Hamas melawan tentara Israel, IDF, Minggu, 12 November 2023. (AFP)
Warga Palestina menumpang kereta kuda untuk mengevakuasi diri dan keluarganya menuju Gaza Selatan menghindari pecahnya pertempuran antara pejuang Hamas melawan tentara Israel, IDF, Minggu, 12 November 2023. (AFP) 

Baca juga: 83 Masjid Hancur akibat Serangan Udara Israel di Gaza, 170 Lainnya Alami Kerusakan

“Saya belum pernah naik gerobak dalam hidup saya sebelumnya, dan gagasan untuk bergerak dengan kereta yang diseret oleh keledai pada awalnya lucu, tapi sekarang saya naik 'taksi' ini beberapa kali sejak kami tiba di Deir al-Balah," ujar Mona Aklouk, seorang pengungsi warga Kota Gaza, kepada MEE.

“Kalau tidak, kami harus berjalan jauh untuk membeli kebutuhan sehari-hari."

"Sekitar dua atau tiga minggu yang lalu, belum banyak gerobak berkeliaran di jalanan sebagai alat transportasi."

"Jadi saya biasa berjalan sekitar 5 kilometer setiap hari untuk sampai ke pasar sayur."

'Pembatasan bahan bakar sebagai senjata perang'

Sejak minggu pertama serangan Israel, semua pompa bensin dan bahan bakar di sekitar Jalur Gaza telah ditutup.

Israel telah melarang masuknya bahan bakar dari Mesir dan mengancam akan menargetkan setiap truk bahan bakar atau bantuan yang memasuki wilayah tersebut melalui perbatasan Rafah tanpa persetujuan sebelumnya.

Selain menyebabkan krisis transportasi dan menghambat kerja lembaga bantuan di wilayah yang terkena dampak bencana, pelarangan bahan bakar pada akhirnya menyebabkan krisis yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari warga.

Setelah kehabisan gas untuk memasak, mayoritas warga kini mengandalkan batu bara dan kayu untuk membuat api memasak.

"Semuanya telah berubah dalam aktivitas hidup kami sehari-hari. Kami meninggalkan rumah kami dan membiarkan semuanya normal. Saya punya gas untuk memasak di rumah saya di Kota Gaza, tapi siapa yang bisa kembali dan membawanya sekarang?" kata Aklouk.

Warga Palestina menaiki kereta kuda di sepanjang jalan basah setelah hujan badai semalaman di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 15 November 2023
Warga Palestina menaiki kereta kuda di sepanjang jalan basah setelah hujan badai semalaman di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 15 November 2023 (SAID KHATIB / AFP)

Baca juga: PBB Gagal Bujuk Israel Setop Pemboman, Iran: Simpati untuk Gaza Tak Lagi Cukup

“Tank-tank tersebut mengepung lingkungan kami.”

“Kita sudah lupa betapa mudahnya hidup kita dibandingkan sekarang."

"Ketika dunia menganggap remeh mobil, kita tidak bisa menemukan alat transportasi apa pun selain gerobak, dan alih-alih memasak dengan gas, kita sekarang memasak dengan kayu dan batu bara.”

Pada hari Rabu (15/11/2023), Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) mengatakan pihaknya menerima 23.027 liter bahan bakar dari Mesir di bawah pembatasan ketat yang diberlakukan oleh otoritas Israel.

Jumlah tersebut hanya akan digunakan untuk mentransfer bantuan dari Rafah ke wilayah lain di Gaza, kata Unrwa.

Badan PBB tersebut menambahkan bahwa jumlah tersebut hanya mewakili sekitar sembilan persen dari kebutuhan hariannya untuk melanjutkan aktivitas penyelamatan nyawa di Jalur Gaza.

“Penggunaan bahan bakar sebagai senjata perang harus segera dihentikan,” katanya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas