Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gara-gara Israel, Kini Gaza Jadi Tempat Paling Berbahaya Bagi Anak-anak di Dunia

Hal itu tak terlepas dari konflik antara Israel-Hamas yang masih berlangsung hingga saat ini dan membuat ribuan anak-anak menjadi korban dari perang

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Gara-gara Israel, Kini Gaza Jadi Tempat Paling Berbahaya Bagi Anak-anak di Dunia
AFP/MOHAMMED ABED
EDITORS NOTE: (Graphic Content) Seorang pria terluka membawa jenazah bayi yang tewas dalam pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 21 Oktober 2023. Ribuan orang, baik Israel maupun Palestina, tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina bermarkas di Gaza. Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang menyebabkan Israel menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. (MOHAMMED ABED/AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – UNICEF baru-baru ini menetapkan Jalur Gaza sebagai tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.

Hal itu tak terlepas dari konflik antara Israel-Hamas yang masih berlangsung hingga saat ini dan membuat ribuan anak-anak menjadi korban dari perang tersebut.

Direktur eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan lebih dari 5.300 anak dilaporkan telah terbunuh di Gaza sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang merupakan 40 persen dari kematian tersebut.

Baca juga: Terungkap, AS Lah yang Berikan Koordinat Lokasi Saat Israel Bombardir Rumah Sakit di Gaza

“Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Russell, yang baru saja melakukan perjalanan ke Gaza Selatan.

"Saya dihantui oleh apa yang saya lihat dan dengar,” sambungnya.

Russell menyambut baik kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas yang dicapai pada Rabu (22/11/2023) untuk membebaskan sandera dan menghentikan pertempuran sengit dan pemboman di Gaza.

Berita Rekomendasi

Meski begitu, Russell mengatakan jeda saja tidak cukup dan menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan yang mendesak untuk segera menghentikan pembantaian ini”.

“Agar anak-anak dapat bertahan hidup, agar pekerja kemanusiaan tetap tinggal dan memberikan pertolongan secara efektif, maka jeda kemanusiaan saja tidak cukup,” katanya.

Russell juga memperkirakan 1.200 anak lainnya diyakini masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom atau belum ditemukan.

“Selain bom, roket, dan tembakan, anak-anak Gaza berada pada risiko ekstrem akibat kondisi kehidupan yang sangat buruk,” ujar Russell

“Satu juta anak atau seluruh anak di wilayah itu kini mengalami kerawanan pangan dan menghadapi krisis gizi yang bisa menjadi bencana besar,” pungkasnya.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas