Asal-usul Black Friday, Istilah yang Digunakan setelah Perayaan Thanksgiving
Black Friday merupakan istilah yang muncul setelah perayaan Thanksgiving dirayakan. Berikut asal-usul istilah Black Friday.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
Pengunjung berbondong-bondong ke kota untuk memulai belanja liburan mereka, dan terkadang hari belanja populer ini bertepatan dengan pertandingan sepak bola tahunan Angkatan Darat-Angkatan Laut AS.
Istilah ini populer di kalangan pembeli dan pedagang di Philadelphia, dan dari sana istilah ini menyebar ke seluruh negeri.
Baca juga: Chuseok, Perayaan Thanksgiving Day Ala Orang Korea, Seperti Apa Kemeriahannya?
Tahun 1980-an membawa mitologi Black Friday seperti yang kita kenal sekarang.
Meskipun frasa berwarna hitam dan merah digunakan dalam dunia bisnis untuk menggambarkan untung dan rugi, penjelasan tentang salah satu hari belanja tersibuk dalam setahun ini baru muncul pada tahun 1980-an, sekitar 20 tahun setelah frasa Black Friday muncul.
Kepanikan Pasar Sekuritas
Dalam sejarah AS, Black Friday merupakan kepanikan pasar sekuritas yang terjadi pada 24 September 1896 akibat anjloknya harga saham dan harga emas.
Dikutip dari Britannica, kecelakaan itu merupakan konsekuensi dari upaya pemodal Jay Gould dan raja kereta api James Fisk untuk memojokkan pasar emas dan menaikkan harga.
Baca juga: Fakta-fakta Hari Thanksgiving: dari Sejarah, Tradisi hingga Kontroversinya
Skema ini bergantung pada upaya untuk menjauhkan emas dari pasar, yang diatur oleh para manipulator melalui pengaruh politik.
Ketika Presiden AS Ulysses S. Grant akhirnya menyadari skema tersebut, dia memesan emas pemerintah senilai $4.000.000 untuk dijual di pasar.
Hal ini memecahkan masalah dan harga emas anjlok, mengakibatkan kepanikan yang juga menyeret jatuhnya pasar saham.
Black Friday secara signifikan merugikan perekonomian AS dan reputasi pemerintahan Grant.
(Tribunnews.com/Whiesa)