Ukraina di Titik Nadir Lawan Rusia: Amunisi Habis, AS Berpaling, Israel Bikin Kiev Nelangsa
Menghadapi Rusia yang cenderung stabil secara kekuatan militer, berapa lama Ukraina bisa bertahan?
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ukraina di Titik Nadir di Perang Lawan Rusia: Amunisi Habis, AS dan Barat Berpaling
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina menghadapi kenyataan pahit berupa kekurangan peluru kaliber 155 mm setelah dimulainya operasi darat Israel di Jalur Gaza.
Menghadapi Rusia yang cenderung stabil secara kekuatan militer, berapa lama Ukraina bisa bertahan?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeluh kepada pers Barat kalau pengiriman proyektil kaliber 155 mm dari NATO telah berkurang sejak dimulainya konflik Israel-Hamas.
Baca juga: Gelombang Serangan Ketiga Pasukan Rusia ke Avdiivka Dimulai, Tentara Ukraina Terkepung di Semua Sisi
“Mereka (tentara Ukraina) benar-benar melambat,” kata Presiden Ukraina.
"Ini tidak seperti yang AS katakan: Kami tidak memberikan apa pun kepada Ukraina. Tidak! Hanya saja semua orang berjuang untuk mendapatkan (persediaan) mereka sendiri."
Publikasi AS, mengutip pejabat Ukraina yang mengatakan kalau pasokan peluru artileri baru-baru ini anjlok "lebih dari 30 persen".
Para pejabat pertahanan AS berpendapat kalau pengurangan pengiriman amunisi sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Gaza.
“Memang benar ada penurunan tajam dalam intensitas tembakan (di zona konflik),” kata Anatoly Matviychuk, pakar militer dan pensiunan kolonel, yang memiliki pengalaman dalam operasi tempur di Afghanistan dan Suriah, mengatakan kepada Sputnik.
“Bagaimanapun, Ukraina tidak memiliki kapasitas untuk mem-produksi amunisi Barat. Sekarang mereka benar-benar mempunyai masalah. Mereka bisa saja memproduksi peluru Soviet, tetapi kapasitas industri mereka telah dihancurkan oleh serangan infrastruktur (Rusia). Artinya, (Zelensky) benar-benar memiliki masalah dengan intensitas tembakan pasukannya," kata dia.
Matviychuk menjelaskan, saat ini Rusia menggunakan sekitar 25.000 hingga 50.000 cangkang peluru berbagai kaliber per hari.
Ukraina kini merespons dengan hanya 7.000-11.000 peluru, menurut para ahli.
Sebaliknya, pasukan Kiev lebih fokus pada aksi teror, mereka menembaki warga sipil.
Pensiunan kolonel ini mencatat, meskipun militer Ukraina masih secara intensif melakukan penembakan terhadap daerah pemukiman Donbass, aktivitas mereka di garis depan terus berkurang.