Warga Sambut Tahanan Palestina Bawa Bendera Hamas, Israel Marah: Kamu Bisa Dipenjara Lagi
Israel melarang warga Palestina merayakan pembebasan tahanan. Massa membawa bendera Palestina dan Hamas pada gelombang 1 pembebasan tahanan.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Israel melarang warga Palestina merayakan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel dalam kesepakatan gencatan senjata selama 4 hari dengan Hamas.
Mereka menembakkan gas air mata ketika beberapa anak membawa bendera Hamas, menyebabkan mereka berlarian di dekat penjara Ofer di Tepi Barat.
Sejumlah 39 warga Palestina dibebaskan dari penjara pada hari pertama gencatan senjata pada Jumat (24/11/2023).
Keluarga tahanan Palestina di Tepi Barat menyambut bebasnya anggota keluarga mereka, yang diiringi ribuan warga sambil membawa bendera Palestina pada Jumat malam.
Koresponden AFP menyaksikan pembebasan 28 dari 39 tahanan di hari itu di Beitunia di Tepi Barat yang diduduki.
Sementara, 11 lainnya dipindahkan untuk dibebaskan di Yerusalem Timur yang diduduki.
Baca juga: Israel Tembaki Warga Palestina yang Kembali ke Gaza Utara saat Gencatan Senjata 4 Hari
Kerumunan warga Palestina di Beitunia menyambut mereka dan meneriakkan "Allahu Akbar" sambil membawa bendera Palestina, bendera Hamas, bendera Fatah dan menyalakan petasan.
Mereka mengangkat tahanan yang dibebaskan di bahu mereka.
Marah Bakir (24), yang dipenjara selama 8 tahun, mengungkapkan kebahagiaannya setelah bebas dari penjara.
"Saya bahagia, namun pembebasan saya harus dibayar dengan darah para syuhada," kata Marah Bakir kepada wartawan pada Jumat (24/11/2023) malam di luar penjara Al-Jalama di dekat Kota Jenin, dikutip dari France24.
"Kebebasan terasa luar biasa, jauh dari empat tembok penjara. Saat ini saya tidak tahu apa-apa tentang keluarga saya," lanjutnya, membandingkan dirinya saat di sel isolasi.
Sayangnya, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan mereka mengangkut empat orang yang terluka oleh tembakan Israel di depan penjara Ofer di Tepi Barat.
Seorang pemuda berusia 17 tahun juga dibawa ke rumah sakit karena patah tulang karena diserang tentara Israel sebelum ia dibebaskan dari penjara.
Israel Ancam Tahanan Palestina yang Dibebaskan
Baca juga: Hamas Bebaskan 13 Sandera Israel dan 11 WNA dari Gaza di Hari ke-1 Gencatan Senjata
Satu dari 39 tahanan Palestina yang dibebaskan pada hari pertama gencatan senjata mengatakan ia sempat diancam oleh tentara Israel.
"Apakah mereka memberitahu sesuatu sebelum membebaskanmu?" tanya wartawan kepada tahanan yang berusia 17 tahun itu pada Jumat (24/11/2023) malam.
"Mereka mengatakan hanya keluargamu yang boleh menyambutmu dan kamu tidak boleh disambut oleh orang lain atau kami akan memenjarakanmu lagi," jawab remaja yang bernama Qusai itu.
"Jadi itu ancaman untuk tidak merayakannya dengan teman dan keluarga?" tanya wartawan.
"Ya, jika kamu merayakannya dengan orang selain keluargamu, maka kamu akan pergi ke penjara lagi," kata remaja itu, mengulangi perkataan tentara Israel sebelum ia dibebaskan.
Jumlah narapidana terbanyak adalah anak-anak yang berasal dari Kota Yerusalem.
Beberapa di antaranya telah menjalani hukuman penjara selama bertahun-tahun.
Gencatan Senjata selama 4 Hari di Jalur Gaza
Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata selama 4 hari yang dimulai pada Jumat (24/11/2023) pukul 7 pagi untuk pembebasan 50 sandera dan 150 tahanan.
Pada hari pertama, Hamas membebaskan 24 sandera yang terdiri dari 13 warga Israel, 10 warga Thailand dan 1 warga Filipina.
Sementara Israel membebaskan 39 tahanan Palestina dari penjara pada hari itu.
Pembebasan selanjutnya akan dilakukan selama tiga hari berikutnya, dengan estimasi setidaknya 10 sandera per hari.
Hamas Palestina vs Israel
Baca juga: Hari Pertama Gencatan Senjata, Ribuan Warga Palestina Pulang ke Rumah, Israel: Perang Belum Berakhir
Kesepakatan pembebasan 50 sandera Hamas dan 150 tahanan Palestina di penjara Israel ini menyusul pemboman Israel yang masif di Jalur Gaza.
Israel menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut juga meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.083 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Sabtu (25/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel