Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahed Tamimi: Perempuan Palestina di Penjara Israel Tanpa Baju, Dipukuli dan Tak Diberi Minum

Setelah dibebaskan, Ahed Tamimi membeberkan kondisi mengerikan di penjara Israel.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Ahed Tamimi: Perempuan Palestina di Penjara Israel Tanpa Baju, Dipukuli dan Tak Diberi Minum
JAAFAR ASHTIYEH / AFP
Aktivis yang baru dibebaskan Ahed Tamimi berdiri di antara para pendukungnya selama upacara penyambutan setelah pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel 

Ahed Tamimi: Perempuan Palestina di Penjara Israel Dipukuli, Tanpa Baju, Tak Diberi Minum

TRIBUNNEWS.COM - Wanita yang menjadi ikon perlawanan warga Palestina terhadap pendudukan Israel, Ahed Tamimi, menjadi satu di antara orang yang dibebaskan Israel dalam skema pertukaran tawanan dengan Hamas, Kamis (30/11/2023).

Setelah dibebaskan, Ahed Tamimi membeberkan kondisi mengerikan di penjara Israel.

Ahed Tamimi mengatakan, perempuan Palestina di penjara-penjara Israel dipukuli dan dibiarkan tanpa air dan pakaian.

Baca juga: Eyes Never Lie, Tatapan Penuh Cinta Maya Si Sandera Israel ke Tentara Hamas, Stockholm Syndrome?

Ahed Tamimi, yang baru saja dibebaskan dari penjara Israel, menyoroti keadaan mengerikan di dalam penjara dan menekankan penghinaan yang masih dihadapi oleh 30 tahanan perempuan Plaestina setiap hari di sana.

Kurangnya kebutuhan pokok, termasuk makanan, air, dan selimut, memberikan gambaran yang suram bagaimana kondisi mereka di dalam penjara Israel.

Tamimi juga mengungkapkan ancaman pemenjaraan ayahnya.

BERITA REKOMENDASI

Tamimi mengatakan kalau 10 tahanan perempuan lainnya tiba dari Gaza meninggalkan anak-anak mereka di jalanan dan situasi mereka sangat buruk.

Ikon perlawanan Palestina Ahed Tamimi telah dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan gelombang keenam antara Israel dan Hamas.

Berbicara kepada pers hari ini dia mengatakan setidaknya sepuluh wanita yang dipenjara dari Jalur Gaza ditahan dalam kondisi yang buruk oleh Israel.

Aktivis berusia 23 tahun ini mengatakan kalau “kegembiraan [karena kebebasan] tidak lengkap dan sangat kurang karena terjadinya pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza oleh Tentara Israel.”

“Kami meninggalkan sekitar 30 wanita yang di penjara, termasuk sepuluh orang dari Jalur Gaza, yang ditangkap dalam operasi darat Israel baru-baru ini [yang dimulai pada 27 Oktober] dan situasi mereka sangat buruk,” katanya.

Tamimi melanjutkan dengan mengatakan: “Situasi di penjara sangat sulit, dengan adanya kekerasan yang dilakukan setiap hari terhadap tahanan perempuan. Mereka dibiarkan tanpa air atau pakaian, tidur di lantai dan dipukuli.”

“Pihak berwenang Israel mengancam saya akan [menargetkan] ayah saya jika saya berbicara tentang apa pun yang terjadi di penjara. Terlepas dari segalanya, kami lebih kuat dari penjajahan. Kami akan terus [melawan] sampai merdeka (kebebasan dari pendudukan,” tambahnya.

Pada bulan Oktober, pasukan Israel menahan ayah aktivis tersebut dari rumahnya di kota Nabi Saleh, sebelah barat kota Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki.

Saat ini, ayah Tamimi masih di penjara.

Pada tanggal 6 November, pasukan pendudukan Israel menahan Ahed setelah menggeledah rumahnya dan menyita telepon seluler keluarganya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas