Harga Kebutuhan Pokok di Gaza Naik, Imm Abdullah: Pedagang Menaikkan Harga di Luar Kendali
Pasar-pasar di Jalur Gaza dibanjiri oleh warga ketika gencatan senjata untuk membeli persediaan makanan dan pakaian musim dingin.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Nuryanti
Di antaranya, Air kemasan, yang dulunya 2 shekel, sekarang menjadi 4 atau 5 shekel, satu karton telur berharga 45 shekel, satu kilo garam, yang dulunya 1 syikal sekarang menjadi 12, sedangkan gula menjadi 25 syikal.
Menurutnya, naiknya barang-barang ini sangat tidak adil bagi warga Gaza saat ini.
“Ini sangat tidak adil,” kata Imm Abdullah.
“Saya tidak tahan lagi dan suatu hari saya duduk di tepi laut dan menangis karena saya tidak tahu bagaimana memberi makan atau menghidupi keluarga saya. Terkadang saya berharap kami tetap tinggal di rumah dan dibom daripada mengalami hal ini," jelasnya.
Angka Kemiskinan di Jalur Gaza Mencapai 53 Persen setelah Blokade Israel
Menurut Badan Pusat Statistik Palestina, angka kemiskinan di Jalur Gaza mencapai 53 persen.
Dengan sepertiga (33,7 persen) Gaza hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Sekitar 64 persen rumah tangga di Gaza tidak memiliki cukup makanan, dan angka pengangguran mencapai 47 persen.
Ini merupakan salah satu angka pengangguran tertinggi di dunia.
Menurut Elhasan Bakr, seorang analis ekonomi yang berbasis di Gaza, distorsi harga telah menyebabkan inflasi antara 300 hingga 2.000 persen untuk berbagai produk.
Sebelum 7 Oktober, Israel telah memblokade wilayah pesisir selama 17 tahun.
Itu engakibatkan kerugian sebesar 35 miliar dolar pada perekonomian Palestina.
“Agresi Israel terbaru telah menjadi paku lain bagi perekonomian Gaza,” kata Bakr kepada Al Jazeera.
"Kerugian langsung yang dialami sektor swasta telah melampaui 3 miliar dolar, sedangkan kerugian tidak langsung mencapai lebih dari 1,5 miliar dolar” jelasnya.