Presiden Erdogan Tolak Tekanan AS untuk Putuskan Hubungan dengan Hamas
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak tekanan Amerika Serikat untuk memutuskan hubungan sejarah Ankara dengan Hamas setelah operasi Hamas.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Daryono
Presiden Erdogan mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus diadili karena menjadi 'penjahat perang'.
“Kami tidak akan membiarkan isu Israel memiliki senjata nuklir dilupakan,” kata Erdogan dalam pidato pembukaannya pada pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, dikutip dari Anadolu.
Ia mengatakan, Neranyahu terus mencoba mengabaikan kematian di Gaza.
Menurutnya, Israel adalah penjahat dalam konflik kemanusiaan ini.
“Israel bukan hanya seorang pembunuh tetapi juga seorang pencuri,” kata Erdogan.
Oleh karena itu, ia menekankan agar Israel tidak lagi meluncurkan serangan di Gaza.
“Kita tidak bisa membiarkan Israel menduduki Gaza sekali lagi," tambahnya.
Ia juga meminta pengubahan stuktur global.
“Ada struktur global yang bertindak berdasarkan kemauan beberapa negara. Struktur PBB yang korup perlu diubah," jelasnya.
Ia menegaskan Gaza merupakan wilayah Palestina sampai kapanpun.
“Gaza adalah wilayah Palestina. Gaza adalah milik Palestina dan akan tetap demikian selamanya,” jelasnya.
“Mereka yang menginvasi Gaza akan mencari tempat lain besok. Penjagal Gaza Netanyahu mengungkapkan bahwa dia memiliki cita-cita ekspansionis,” kata Erdogan.
Sebagai informasi, tentara Israel kembali mengebom Jalur Gaza pada Jumat pagi setelah menyatakan berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu.
Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 15.523 sejak 7 Oktober.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel