Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Khusus dengan Pendiri INH: Satu Roket Hasilkan Guncangan 3,6 Skala Richter di Gaza

Menurutnya, bombardir yang dikirim pasukan militer Israel tidak berhenti pagi, siang, dan malam.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Wawancara Khusus dengan Pendiri INH: Satu Roket Hasilkan Guncangan 3,6 Skala Richter di Gaza
MOHAMMED ABED / AFP
Warga Palestina memeriksa kerusakan di sebuah bangunan tempat tinggal di Rafah di Jalur Gaza selatan setelah serangan udara Israel pada awal 4 Desember 2023. Founder International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein menyampaikan gambaran kehancuran Kota Gaza dan sekitarnya di Palestina 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Founder International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein menyampaikan gambaran kehancuran Kota Gaza dan sekitarnya di Palestina.

Menurutnya, bombardir yang dikirim pasukan militer Israel tidak berhenti pagi, siang, dan malam.

Bahkan membuat guncangan tektonik yang membuat gedung-gedung dan pemukiman warga hancur rata dengan tanah selama 60 hari invasi berlangsung.

Baca juga: Hamas Ajak Warga Palestina di Lebanon Gabung Garis Depan Banjir Al-Aqsa

“Jadi ledakan ini luar biasa ini kan selain menghasilkan ledakan yang sangat masif jadi satu roket itu selain memiliki daya ledak dan hancur sangat tinggi juga kelebihannya itu bisa menghasilkan guncangan tektonik sebesar 3,6 Skala Richter (SR),” kata Husein saat podcast di Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (4/12/2023).

Husein menjelaskan dari beberapa kali infasi yang dilancarkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) kali ini yang terparah.

Dikatakannya, tingkat kehancuran Gaza dan sekitarnya pada tahun ini melebihi tingkat kehancuran empat agresi.

Baca juga: Korban Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel Mendekati 15.900, Lebih dari 42.000 Orang Luka-luka

“Nah itu kita rasakan ketakutannya belum lagi kalau kita bicara psikologis itu tidak mudah,” imbuhnya.

BERITA TERKAIT

Berikut wawancara lengkap Tribun Network dengan Founder International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein:

Boleh diceritakan awalnya INH dibentuk dan bagaimana akhirnya bisa tinggal di Gaza selama 12 tahun?

Jadi saya ini anak kampung yang lahir tumbuh besar sekolah kuliah di pondok pesantren namanya Al Fatah Desa Pasir Angin Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sempat kuliah jurnalistik 2006-2007 kemudian kuliah Syariah 2009 sampai 2010 akhir saya ikut aktivis konflik kemanusiaan.

Jadi ada 120-an aktivis kemanusiaan dari berbagai negara itu mengadakan konvoi jalur darat berjalan dari India, Bangladesh, Pakistan, Iran, Suriah, Turki semuanya jalur darat.

Pada 2011 tanggal 5 Januari saya tiba di Palestina Gaza waktu itu saya seorang relawan kemanusiaan dari lembaga Aqso Working Group. Kemudian kami dikontrak oleh Mer-C untuk menjadi tim pembangunan rumah sakit Indonesia di Gaza.

Jadi memang tujuan akhirnya itu di Palestina Gaza. Di sana itu 12 tahun di sana kemudian akhirnya menikah dengan warga sana?

Saya tiba 2011 kemudian saya menikah 2014, saya juga kuliah di Gaza 2012 ya memang sejak kedatangan saya pertama kali kerja sudah niat hijrah di sana untuk tinggal di sana. Saya sudah berniat menjadi aktivis kemanusiaan dan jurnalis di sana menjadi telinga dan mata orang Indonesia dan warga Palestina.

Kemudian juga bisa disampaikan ke keluarga di dunia dan sampai akhirnya saya menikah dan memiliki dua orang anak. Beberapa kali pulang dan terakhir pulang kampung pada tanggal 16 November 2023.

Lalu terkait kejadian perang pecah waktu itu sedang berada di mana bagaimana cerita kengerian yang terjadi di sana?

Jadi pertama perang ini bukan pertama kali bagi saya ini yang keempat. Pada 2012 saya juga merasakan langsung gempuran zionis selama 8 hari. Orang zionis menamakannya killer of cloud.

Pada 2014 kami lagi-lagi diserang selama 51 hari. Dan kemudian tahun 2020 kami diserang selama 14 hari dan terakhir yang ini sampai sekarang. Bagaimana kondisinya itu enggak bisa digambarkan dengan kata-kata, saya hanya bisa menggambarkan bagaimana kengerian suasananya bombardir yang hampir tidak terhingga dari pagi siang sore.

Jadi ledakan ini luar biasa ini kan selain menghasilkan ledakan yang sangat masif jadi satu roket itu selain memiliki daya ledak dan hancur sangat tinggi juga kelebihannya itu bisa menghasilkan guncangan tektonik sebesar 3,6 Skala Richter (SR).

Nah itu kita rasakan ketakutannya belum lagi kalau kita bicara psikologis itu tidak mudah.

Baca juga: Korban Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel Mendekati 15.900, Lebih dari 42.000 Orang Luka-luka

Saat kejadian itu anak dan istri berada di mana?

Di awal 5 hari pertama itu saya saat itu berada di rumah sakit Indonesia di wilayah utara. Saya bersama 7 orang lain di sana bersama warga negara Indonesia kemudian saya bergerak ke pusat Kota Gaza di dekat Al-Shifa.

Tanggal 12 sampai tanggal 15 Oktober kita di sana namun gagal kita enggak bisa dievakuasi saya menetap ke wilayah Selatan di wilayah tempat mertua saya tinggal keluarga dari istri.

Tapi di Selatan itu jauh dari serangan atau bagaimana?

Sama saja banyak rumah tetangga saya yang hancur dan itu saya dokumentasikan saya abadikan dalam video vlog saya di youtube.

Dalam proses evakusi itu kengeriannya karena awalnya kan batal?

Saya terangkan dulu dari tiga infasi itu Kementerian Luar Negeri itu selalu menawarkan dan mengimbau untuk evakauasi tetapi saya selalu menolak.

Karena kondisi saat itu ada banyak faktor yang satu itu saya masih bujangan ya belum nikah gitu. Saat itu serangan-serangan tuh enggak seperti sekarang kemudian internet masih bisa ada akses listrik masih ada.

Tapi kali ini itu beda sekali kali ini memang 5 hari pertama aja dari tanggal 7 sampai tanggal 12 Oktober itu tingkat kehancuran Gaza dan sekitarnya itu melebihi tingkat kehancuran empat agresi sebenarnya.

Kalau dibandingkan tiga agresif sebelumnya serangan kali ini lebih parah?

Sebelum saya hadir itu sudah ada. Jadi sebelum saya di sini ada 4 agresi sebelumnya satu saya enggak hadir. Kerusakan daei seluruh agresi dari 2008 sampai 2021 kalau digabung kerusakannya itu masih kalah dengan kerusakan 5 hari pertama.

Jadi ini terparah ya?

Iya terparah sekarang sudah masuk hari ke-60 bayangkan saja.

Kondisi rumah di sana sekarang bagaimana?

Saya sudah mengosongkan rumah dan mereka (warga Gaza) sedang menuju ke wilayah yang lebih Selatan lagi namanya kota apa dekat perbatasan.

Dan sekarang mereka lebih banyak bergerak ke arah Mesir.

Baca juga: Cerita Husein Gaza: Hantaman Roket-roket Israel ke Wilayah Palestina Timbulkan Gempa 3,6 SR

Untuk warga Gaza ini sebenarnya lebih banyak pindah atau bertahan?

Warga di wilayah Gaza memang keras kepala mereka nggak mau keluar, bagi mereka sudah diusir sekali pada 1948 dalam peristiwa Nakbah dan ini adalah respon yang wajar bagi masyarakat yang memang pemilik sah tanah itu.

Wajar bila bagi mereka itu kita harus memperjuangkan kita harus mempertahankan dengan darah dan nyawa. Makanya kan kebalik ketika Israel mendapat serangan balasan mereka mau keluar karena orang Israel ini dia merasa ini bukan tanahnya mereka nggak ada kewajiban.

Ini sudah cukup sebenarnya menjawab perdebatan ini tanah siapa sih Palestina atau tanah Yahudi. Tapi yang kita lihat kabur mereka nggak punya sense of belong. Mereka nggak punya mempertahankan tanah mereka kalau memang itu tanah mereka seharusnya mereka mempertahankan juga dong.

Saat perang pecah ini kita tahu kan bombardir di sana sini tapi mungkin lebih detailnya apa saja sih yang dilakuin IDF (Pasukan Pertahanan Israel)?

Saya pribadi menyebutnya IOF / Israel Offense Force karena Israel ini bukan bertahan tetapi mereka menyerang. Ini sebetulnya yang paling pas untuk tentara Israel.

Mereka setiap melakukan infasi dari berbagai sektoe dari udara mereka gempur dari arteleri laut dari darat juga begitu. Target mereka ya memanf seperti yang kita lihat korban itu kan rata-rata 75 persen anak-anak dan balita.

Jadi memang apapun excuse mereka itu sedang melakukan genosida dan mereka tidak sama sekali tidak merasa bersalah itu di berbagai wawancara. Mereka bilang karena warga anak-anak Israel telah dibunuh maka kami juga bunuh anak-anak mereka. Begitu kata-kata Netanyahu.

Padahal tidak terbukti anak-anak mereka terbunuh itu sebenarnya propaganda anak-anak tersembelih. Semua kebohongan itu kan terungkap. Jadi memang semua yang dituduhkan oleh Israel bahwa para pejuang bersembunyi di para sipi itu propaganda.

Kemudian juga ada terowongan di bawah rumah sakit itu semua propaganda. Itu semua terbantahkan upaya mereka itu hanya supaya bisa membantai sebanyak-banyaknya sipil Palestina di Gaza.

Ada informasi bahwa tentara Israel ini memberikan selembaran agar masyarakat sipil keluar dari Gaza ini benar atau tidak?

Mereka memberikan selebaran tapi bukan karena mereka care tapi ini bagian dari perang psikologi mereka sadar ratusan ribu pengungsi nggak bisa bergerak ke selatan mau gimana. Orang nggak ada kendaraan juga, anak-anak wanita tanpa logistik dan air minum.

Jadi selebaran itu normatif saja padahal faktanya warga sipil juga tetap diserang. Sebetulnya tetap diteror kami akan bunuh kalian tidak ada jalan keluar.

Jadi sebenarnya mereka juga sudah memberikan pilihan mereka keluar ke mana di wilayah Selatan pun sama. Mereka dipaksa untuk bergerak tetapi sampainya di sana tetap akan diserang. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas