Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kelompok HAM: Serangan Israel terhadap 7 Jurnalis di Lebanon Tampaknya Disengaja

Dua kelompok HAM internasional menyebut serangan Israel terhadap sekelompok jurnalis di Lebanon nampaknya disengaja.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Kelompok HAM: Serangan Israel terhadap 7 Jurnalis di Lebanon Tampaknya Disengaja
AFP
Wakil direktur regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Aya Majzoub, peneliti Human Rights Watch (HRW) Lebanon Ramzi Kaiss, reporter Al-Jazeera Carmen Joukhadar dan jurnalis video AFP Dylan Collins menghadiri konferensi pers bersama oleh Amnesty International kelompok hak asasi manusia di Beirut pada 7 Desember 2023. Dua kelompok HAM internasional menyebut serangan Israel terhadap jurnalis di Lebanon nampaknya disengaja. 

Amnesty mengatakan bahwa peluru tank tersebut berkemungkinan besar merupakan proyektil M339.

Gambar yang disediakan oleh Reuters ini menunjukkan jurnalis Reuters Issam Abdallah menggendong seekor anak kucing sambil berpose untuk difoto di Saaideh, Lebanon, pada 4 Juli 2023. Investigasi AFP yang dirilis pada 7 Desember 2023 dan dilakukan bersama dengan LSM Airwars menunjukkan peluru tank 120mm buatan Israel digunakan dalam serangan ganda. Pengawas Hak Asasi Manusia dan Amnesty International mengatakan serangan mematikan itu tampaknya merupakan serangan yang ditargetkan terhadap warga sipil dan memerlukan penyelidikan kejahatan perang.
Gambar yang disediakan oleh Reuters ini menunjukkan jurnalis Reuters Issam Abdallah menggendong seekor anak kucing sambil berpose untuk difoto di Saaideh, Lebanon, pada 4 Juli 2023. (Emilie MADI / milik Reuters / AFP)

Baca juga: Tank Israel Tembak Mati Seorang Jurnalis Reuters dan Lukai 6 Jurnalis Lainnya, Laporan Reuters & AFP

M339 diproduksi oleh Sistem IMI Israel dan telah diidentifikasi dalam investigasi Amnesty International lainnya mengenai serangan yang dilakukan oleh militer Israel.

HRW mengatakan bahwa mereka telah mewawancarai tujuh saksi, termasuk tiga jurnalis yang terluka dan seorang perwakilan pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan.

Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York itu juga mengatakan pihaknya menganalisis 49 video dan puluhan foto, citra satelit, dan berkonsultasi dengan pakar militer, video, dan audio.

HRW mengatakan pihaknya mengirim surat berisi temuan dan pertanyaan kepada angkatan bersenjata Lebanon dan Israel, tetapi tidak menerima tanggapan dari mereka.

Ramzi Kaiss, peneliti Lebanon di Human Rights Watch, mengatakan bahwa mereka juga telah mendokumentasikan kasus-kasus lain yang melibatkan pasukan Israel.

“Mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban, dan perlu dijelaskan bahwa jurnalis dan warga sipil lainnya bukanlah target yang sah,” katanya.

Berita Rekomendasi

Aya Majzoub, Wakil Direktur Regional Amnesty International, mengutuk serangan terhadap sekelompok jurnalis internasional yang hanya melakukan pekerjaan mereka.

“Serangan langsung terhadap warga sipil dan serangan tanpa pandang bulu sangat dilarang oleh hukum kemanusiaan internasional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” katanya.

Collins, jurnalis video AFP Amerika dari Boston, mengatakan bahwa para jurnalis berada di lokasi kejadian selama lebih dari satu jam sebelum serangan itu dan merasa “aman.”

Ia mengatakan mereka berada di sebuah bukit terbuka, terlihat oleh beberapa posisi Israel, dan mereka selalu memasang drone di udara.

Daerah perbatasan Lebanaon dan Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) secara resmi merilis pernyataan maaf kepada pemerintah Lebanon usai melakukan serangan udara hingga menewaskan salah satu pasukan penjaga perdamaian Lebanon yang sedang bertugas di dekat perbatasan Israel, pada Selasa (5/12/2023).
Daerah perbatasan Lebanaon dan Israel. (AFP)

Baca juga: Peringatkan Hizbullah, Israel Sesumbar Ancam Ubah Lebanon Selatan Jadi Gaza

"Tidak ada aktivitas militer di dekat kami," ujarnya.

“Tugas kami adalah menceritakan kisahnya, bukan menjadi kisahnya,” kata Collins.

Ibu Abdallah, Fatima, mengatakan kepada The Associated Press bahwa keluarganya sejak hari pertama yakin bahwa Israel berada di balik serangan itu.

Sekarang setelah ada bukti, dia berharap Israel akan dimintai pertanggungjawaban.

“Langkah ini bukan hanya untuk Issam tapi untuk melindungi jurnalis di masa depan,” kata Abdallah.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas