Ikuti Skenario AS, PA Mau Gandeng Hamas Sebagai Mitra Junior Penguasa Gaza, Netanyahu Jawab A dan B
AS terindikasi menunjukk PA untuk menjalankan pemerintahan di Gaza setelah perang Hamas-Israel berakhir. PA ingin jadikan Hamas mitra, Netanyahu sewot
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ikuti Skenario AS, PA Mau Gandeng Hamas Sebagai Mitra Junior Penguasa Gaza, Netanyahu Jawab A dan B
TRIBUNNEWS.COM - Otoritas Palestina (PA) dilaporkan sedang mengerjakan rencana yang dirancang Amerika Serikat dalam skenario kepemimpinan Gaza pasca-perang.
AS terindikasi menunjukk PA untuk menjalankan pemerintahan di Gaza setelah perang Hamas-Israel berakhir.
Terkait rencana AS itu, Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, berharap kalau Hamas akan bergabung dengan badan pemerintahan baru tersebut sebagai “mitra junior”.
Baca juga: Darah Sudah Tumpah di Gaza, Marwan Barghouti Serukan Fatah-PA Bangkit Melawan Israel di Tepi Barat
“Hamas sebelum 7 Oktober adalah satu hal, dan setelahnya adalah hal lain,” kata Shtayyeh, yang telah memimpin Otoritas Palestina di bawah Presiden Mahmoud Abbas sejak 2019, kepada Bloomberg, Kamis (7/12/2023).
“Jika mereka (Hamas) siap untuk mencapai kesepakatan dan menerima platform politik PLO, maka akan ada ruang untuk melakukan pembicaraan. Rakyat Palestina tidak boleh terpecah belah.”
Dia menambahkan kalau “hasil yang diinginkannya” dalam perang ini adalah Hamas menjadi mitra junior di bawah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang lebih luas, membantu membangun negara merdeka baru yang mencakup Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur. ”
Menurut Bloomberg, para pejabat AS bertemu dengan Shtayyeh untuk membahas skema ini, karena kedua belah pihak dilaporkan sepakat kalau Israel tidak boleh “menduduki kembali Gaza.
AS dan PA juga menentang rencana Israel untuk mengurangi lahan Gaza untuk digunakan sebagai zona penyangga dalam rencana relokasi paksa warga Palestina di wilayah kantung tersebut.
“Kami tidak mengikuti rencana militer Israel,” klaim Shtayyeh.
“Orang-orang kami ada di sana. Kita perlu menyusun suatu mekanisme, sesuatu yang sedang kita kerjakan bersama komunitas internasional. Akan ada kebutuhan yang sangat besar dalam hal bantuan dan rekonstruksi untuk menyembuhkan luka-luka tersebut,” kata dia.
Sebagai bagian dari rencana Washington, perdana menteri Palestina diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Qatar minggu ini untuk meminta Doha agar “mengalihkan dukungan finansial yang besar untuk Hamas” ke Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat.
Para pejabat Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri mengungkapkan kepada Politico awal pekan ini mengenai adanya “rencana permainan multifase pascaperang” yang akan membuat PA “diubah” sebagai pihak yang memimpin Gaza setelah perang mereda.
Baca juga: Episode Paling Memalukan, Cerita Berantakannya Operasi Penyelamatan Pasukan Khusus Israel di Gaza
Rekam Jejak PA
PA didirikan pada tahun 1994 berdasarkan Perjanjian Oslo pertama (1993) antara Tel Aviv dan PLO yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Awalnya didirikan sebagai badan pemerintahan sementara yang akan meletakkan dasar bagi negara Palestina yang merdeka.
"Namun, setelah berpuluh-puluh tahun dituduh korupsi, skandal kolaborasi, dan catatan hak asasi manusia yang buruk, Otoritas Palestina berada dalam kondisi “inersia total” sebelum Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi pada tanggal 7 Oktober," tulis kolumnis TC, Khalil Harb.
“Abbas berusia 88 tahun yang tidak terpilih (sebagai presiden lagi), yang masa jabatannya selama 18 tahun telah diperpanjang atas kemauan Amerika dan Israel, telah lama terlepas dari realitas Palestina. Selain itu, ia tidak mampu menyampaikan visi untuk mengatasi atau menyelesaikan krisis yang semakin meningkat yang mempengaruhi lebih dari 3 juta penduduk di Tepi Barat, 60 persen di antaranya berusia di bawah 30 tahun,” jelas Harb.
Menurut jajak pendapat publik yang dilakukan di wilayah pendudukan Palestina pada bulan Juli, 63 persen responden setuju kalau keberadaan PA justru menguntungkan Israel, sementara 50 persen mengatakan mereka mendukung keruntuhan atau pembubaran organisasi tersebut.
Jawab A dan B Netanyahu
Atas pernyataan Shtayyeh tersebut di atas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi responsnya lewat cuitan di Twitter, Jumat (8/12/2023).
Secara singkat Netanyahu memberi dua respons A dan B atas pernyataan Shtayyeh tersebut.
“ A. Tidak akan ada Hamas – kami akan melenyapkannya,” kata Netanyahu.
Dia menambahkan, pernyataan Shtayyeh malah makin menegaskan keputusannya untuk menjadikan Israel memiliki kendali dan kontrol penuh atas Gaza pasca-perang melawan Hamas.
“B. Fakta bahwa ini adalah usulan Otoritas Palestina hanya memperkuat kebijakan saya: Otoritas Palestina bukanlah solusinya,” kata dia.
(oln/TC/Memo/*)