Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wajib Militer Ukraina Ciptakan Tentara di Bawah Standar, Ada Pasukan Marinir yang Tak Bisa Berenang

Program wajib militer di Ukraina saat ini telah menyebabkan kinerja perang yang di bawah standar. Ada anggota pasukan marinir yang tak bisa berenang.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Wajib Militer Ukraina Ciptakan Tentara di Bawah Standar, Ada Pasukan Marinir yang Tak Bisa Berenang
(AFP/Henry Nicholls)
Sejumlah warga Ukraina mengikuti pelatihan wajib militer yang diwajibkan pemerintahan Kiev untuk memerangi invasi Rusia. Sayang perekrutan tersebut menghasilkan tentara di bawah standar. 

TRIBUNNEWS.COM -- Program wajib militer di Ukraina saat ini telah menyebabkan kinerja perang yang di bawah standar. Bahkan ada anggota pasukan marinir yang tak bisa berenang.

Akan tetapi Kiev tetap memaksakan warganya untuk tetap mengikuti program peperangan untuk mengusir tentara Rusia dari wilayah mereka.

Pemaksaan tersebut terjadi di mana saja dan kapan saja. Militer menghalalkan segala cara untuk merekrut warga Ukraina.

Baca juga: Rusia Bisa Saja Hancurkan Ukraina Jika Bertindak seperti Israel di Gaza, Tapi Putin Tak Tertarik

New York Times melaporkan pada hari Jumat, perekrut militer Ukraina telah “menculik” laki-laki dari jalanan dan memaksa mereka untuk berperang. Dengan melonjaknya angka korban, para perekrut diduga beralih ke mereka yang terluka dan cacat untuk mengisi posisi tersebut.

“Para perekrut telah menyita paspor, memecat orang-orang dari pekerjaan mereka dan, setidaknya dalam satu kasus, mencoba mengirim orang dengan disabilitas mental ke pelatihan militer,” lapor NYT, mengutip wawancara dengan pengacara, aktivis, dan wajib militer Ukraina.

Di antara mereka yang dipaksa masuk militer adalah seorang pria yang lengannya patah, seorang pria yang pengacaranya mengatakan bahwa ia memiliki “diagnosis resmi ‘cacat mental’ sejak masa kanak-kanak,” dan para pekerja biasa yang terpojok ketika mereka meninggalkan pekerjaan mereka dan dibawa secara paksa ke pusat-pusat perekrutan.

Pria dengan lengan patah berhasil melarikan diri dari pusat perekrutan, katanya kepada surat kabar tersebut, namun orang lain yang tidak dapat melarikan diri dihadapkan pada pilihan yang sulit: membayar suap agar dianggap tidak layak untuk bertugas atau dikirim ke garis depan.

Berita Rekomendasi

Salah satu rekrutan yang bertempur tahun lalu di Artyomovsk (disebut Bakhmut di Ukraina) menyebut suap tersebut sebagai “pembelian dari kematian.”

“Video tentara yang mendorong orang ke dalam mobil dan menahan orang di luar keinginan mereka di pusat perekrutan semakin sering muncul di media sosial dan laporan berita lokal,” tulis Times.

Video semacam itu telah beredar di saluran Telegram Rusia dan Ukraina sejak pertengahan tahun 2022, dan sumber militer Ukraina mengatakan kepada RT bahwa laki-laki dalam usia wajib militer diculik dari jalan-jalan dan pusat perbelanjaan kurang dari empat bulan setelah konflik.

Baca juga: Putin Bandingkan Perang Rusia-Ukraina dengan Agresi Israel di Jalur Gaza

Mobilisasi Jalan Terus

Kepala intelijen militer Ukraina Kirill Budanov mengakui meski kualitas militer yang diproduksi sangat buruk, perekrutan tentara terus berjalan.

"Tak ada seorang pun yang bisa lolos dari mobilisasi," kata Budanov dikutip dari Russia Today dari media lokal, Minggu (18/12/2023).

Wajib militer, jelasnya, menjadi pilihan utama manakala Rusia terus melakukan penyerangan dan untuk mempertahankan jumlah militer mereka.

Ia menyebutkan, saat ini terdapat 1,1 juta orang di Angkatan Bersenjata Ukraina setelah dilakukannya perekrutan.

FOTO FILE: Tentara Ukraina mendapatkan pelatihan daru pasukan Khusus Inggris di South East England, 24 Februari 2023.
FOTO FILE: Tentara Ukraina mendapatkan pelatihan daru pasukan Khusus Inggris di South East England,. (© Leon Neal / Getty Images)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas