Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
Tekanan AS ke Arab Saudi itu memantikkan lagi sorotan terhadap langkah Washington yang selama ini memanfaatkan konflik Sunni-Syiah di Timur Tengah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan meningkat tajam di Laut Merah, satu di antara beberapa tulang punggung jalur pelayaran internasional.
Sebagai bagian dari bentuk dukungan terhadap perjuangan milisi pembebasan Palestina di Gaza, Angkatan Bersenjata Yaman dan kelompok Milisi Ansarallah Houthi memblokade jalur tersebut bagai kapal apapun yang berentitas Israel.
Sejauh ini, Ansarallah menyatakan serangannya tersebut 'baru' berupa pengalihan jalur, bukan penenggelaman terhadap hanya kapal-kapal dari dan menuju Israel.
Tapi, seiring memanasnya Perang Gaza, Houthi mengancam akan menaikkan status serangannya tersebut ke tahap 'penenggelaman'.
Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Tantang AS Cs, Iran Peringatkan Bakal Ada Banjir Darah di Laut Merah
Ansarallah berjanji, akan menghentikan serangan jika agresi militer Israel berhenti dan bantuan makanan serta obat-obatan dibiarkan mencapai Gaza.
Aksi Houthi berdampak langsung terhadap perekonomian Israel di mana blokade membuat pemasukan negara dari ekspor-impor anjlok tajam beriring kenaikan harga-harga komoditas.
Baca juga: Houthi Bikin Dompet Israel Cekak, Pendapatan Pelabuhan Eilat Anjlok 80 Persen
Sekutu abadi Israel, Amerika Serikat (AS) bereaksi. AS membentuk koalisi internasional dalam Satuan Tugas Maritim yang bertugas di Laut Merah.
AS berdalih mengamankan jalur pelayaran internasional.
Namun sejumlah analis menyebut, AS sejatinya hanya berupaya melindungi kepentingan Israel semata karena kapal-kapal yang menjadi target Ansarallah Houhi Yaman adalah kapal berentitas Israel.
Pihak bersikukuh, ancaman di Laut Merah adalah ancaman global yang harus menjadi tanggung jawab bersama.
Ujian Arab Saudi
Belakangan AS memberikan tekanan pada Arab Saudi untuk bergabung dalam satuan tugas maritim tersebut.
Untuk itu, AS meminta Arab Saudi menunda penandatanganan perjanjian perdamaian dengan Yaman.
Menurut laporan harian Lebanon Al-Akhbar, rancangan perjanjian perdamaian antara Sanaa dan Riyadh telah diselesaikan.