Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
Tekanan AS ke Arab Saudi itu memantikkan lagi sorotan terhadap langkah Washington yang selama ini memanfaatkan konflik Sunni-Syiah di Timur Tengah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kesepakatan ini potensial ditandatangani sebelum akhir tahun ini.
Lewat perjanjian perdamaian itu, hubungan Arab Saudi dan Yaman diyakini akan menyudahi perang menahun antara kedua negara.
Perang yang didukung NATO, termasuk AS dan negara Barat itu telah menghancurkan Yaman, negara termiskin di dunia Arab, selama delapan tahun.
“Arab Saudi sedang melalui ujian yang sulit antara dua pilihan .… Entah akan keluar dari permusuhan dengan Yaman berdasarkan peta yang disepakati dengan Sanaa, atau akan tunduk pada perintah AS dan bergabung dengan koalisi maritim internasional, dan ini berarti tetap rentan untuk (tetap dalam) pemerasan [barat],” tulis laporan Al-Akhbar merinci.
AS Manfaat Isu dan Konflik Sektarian
Tekanan AS ke Arab Saudi itu memantikkan lagi sorotan terhadap langkah Washington yang selama ini memanfaatkan isu dan konflik sektarian di Timut Tengah.
Konflik itu berkutat pada perbedaan ideologi dan pemahaman mendasar antara kelompok Sunni dan Syiah.
Pada wacana perdamaian Arab Saudi dan Yaman, wacana perjanjian itu akan membuka kerja sama dua negara, terlepas dari pandangan ideologi, dalam berbagai bidang, termasuk kerjasama kemanusiaan untuk Gaza.
Pada kasus Perang Gaza, Michael Maloof, mantan penasihat keamanan di kantor Menteri Pertahanan AS, menilai Washington juga memainkan isu sektarian ini untuk melemahkan dukungan terhadap Hamas dari persatuan Sunni-Syiah.
“Dan sekarang kita mencapai titik di mana Israel, seperti yang kita ketahui sekarang, dapat dilenyapkan jika Sunni dan Syiah bersatu dan menyerang Israel sekaligus dalam serangan dari segala arah,” kata dia dilansir Sputnik.
Baca juga: Eks-Pentagon: Netanyahu Bikin Celaka AS ke Perang Lawan Iran Demi Selamatkan Karier Politiknya
Teruskan Jalan Perdamaian
Meskipun ada tekanan dari Washington, kerajaan Arab Saudi dilaporkan terus melanjutkan jalan menuju perdamaian dengan Yaman.
"Dan Arab Saudi berupaya untuk “mempercepat” penyelesaian perjanjian perdamaian untuk menghindari halangan lebih lanjut yang dilakukan oleh Emirat atau agen lokal,” kata laporan Al-Akhbar
Perunding Saudi dan Yaman telah memberikan komentar terakhir mereka mengenai draft perjanjian tersebut.
Versi revisi tersebut baru-baru ini disampaikan kepada utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, yang telah mulai mengoordinasikan upacara perdamaian resmi.
Menurut sumber Al-Akhbar di Riyadh dan Sanaa, perjanjian perdamaian tersebut mencakup pencabutan total blokade darat, laut, dan udara yang diberlakukan di Yaman oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, sebuah “mekanisme konsensus” untuk membayar gaji pegawai publik, dan ekspor minyak gratis dari wilayah yang dikuasai Saudi.