Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
Tekanan AS ke Arab Saudi itu memantikkan lagi sorotan terhadap langkah Washington yang selama ini memanfaatkan konflik Sunni-Syiah di Timur Tengah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
“Keputusan ada di tangan Riyadh, yang berada di bawah tekanan AS untuk menunda penandatanganan dan menjalin aliansi perang melawan Yaman di Laut Merah,” tulis laporan Al-Akhbar menekankan.
Laporan ini menambahkan kalau milisi Yaman proksi (yang didukung) UEA juga berupaya menggagalkan proses perdamaian Saudi dan Yaman.
Hambat Upaya AS
Perjanjian damai antara Arab Saudi dan Yaman akan secara signifikan menghambat upaya AS untuk mengerahkan satuan tugas angkatan laut internasional ke Laut Merah untuk melindungi perdagangan maritim Israel.
“Pasukan tersebut, yang untuk sementara diberi nama Operation Prosperity Guardian, akan diumumkan oleh menteri pertahanan, Lloyd Austin, ketika dia mengunjungi [Asia Barat],” harian Inggris The Guardian melaporkan pada 17 Desember.
Panglima perang AS akan mengunjungi Israel akhir pekan ini untuk bertemu dengan para pejabat senior.
Menurut media Inggris tersebut, para pejabat Barat yakin Washington mengklaim telah sukses menggaet Yordania, UEA, Qatar, Oman, Mesir, dan Bahrain untuk gabung Satgas Maritim di Laut Merah.
Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Tantang AS Cs, Iran Peringatkan Bakal Ada Banjir Darah di Laut Merah
Selama beberapa minggu terakhir, angkatan bersenjata Yaman telah melancarkan serangan terhadap kapal komersial terkait Israel yang mencoba melintasi Selat Bab al-Mandab di selatan Terusan Suez.
Sebagai tanggapan, lima perusahaan pelayaran terbesar di dunia telah mengumumkan penghentian total aktivitas di jalur laut penting tersebut.
Perusahaan raksasa itu antara lain adalah OOCL yang berbasis di Hong Kong, CMA CGM Perancis, Maersk Denmark, Hapag-Lloyd Jerman, dan Mediterranean Shipping Co milik Italia-Swiss.
(oln/tc/spnk/*)