Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Pemimpin Houthi, Abdul Malik Al-Houthi, Mulai Menjabat saat Usia 23 Tahun Gantikan sang Kakak

Berikut profil pemimpin Houthi yaitu Abdul Malik Al-Houthi yang menjabat saat berusia 23 tahun.

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Profil Pemimpin Houthi, Abdul Malik Al-Houthi, Mulai Menjabat saat Usia 23 Tahun Gantikan sang Kakak
AFP PHOTO / MOHAMMED HUWAIS
Seorang pria Yaman memegang foto pemimpin gerakan Houthi Abdul-Malik al-Houthi selama demonstrasi yang diselenggarakan oleh gerakan Houthi untuk menuntut pemerintah membatalkan keputusan membatasi subsidi bahan bakar pada 20 Agustus 2014 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut profil pemimpin Houthi yaitu Abdul Malik Al-Houthi.

Abdul Malik Al-Houthi merupakan pemimpin militer, spiritual dan politik Houthi di Yaman.

Abdul Malik Al-Houthi menjabat sebagai pemimpin militer Houthi sejak tahun 20024.

Saat itu, Abdul Malik Al-Houthi masih berusia 23 tahun.

Ia menggantikan sang kakak yaitu Hussein Badr-al-Din al-Houthi yang meninggal karena dibunuh oleh pasukan keamanan Yaman, dikutip dari counterextremism.com.

Profil Singkat Abdul Malik Al-Houthi

Abdul Malik Al-Houthi lahir di provinsi utara Saadah dekat perbatasan dengan Arab Saudi pada tahun 1982.

Baca juga: Kapal Kargo Gelap-gelapan di Laut Merah, Sinyal Pelacakan Dimatikan agar Tidak Terdeteksi Houthi

Berita Rekomendasi

Mengutip dari Middle East Eye, Abdul Malik Al-Houthi merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara.

Ia tumbuh i bawah pengawasan ketat ayahnya, Badreddin al-Houthi.

Badreddin al-Houthi merupakan seorang ulama terkemuka dari sekte minoritas Zaydi Shia di Yaman.

Awal Mula Abdul Malik Al-Houthi Menjabat sebagai Pemimpin Houthi

Sebelum Abdul Malik Al-Houthi menjabat sebagai pemimpin Houthi, sang kakak yaitu Hussein Badr-al-Din al-Houthi merupakan pendiri kelompok ini.

Saat itu, Hussein Badr-al-Din al-Houth mendirikan sebuah gerakan yang bertujuan untuk memperkuat hak-hak Zaidi dan menyediakan layanan pendidikan dan sosial yang bernama Houthi.

Namun, pemerintah menuduh Hussein mendirikan pusat keagamaan tanpa izin.

Kemudian pemerintah di Yaman menawarkan hadiah sebesar 55.000 dolar untuk penangkapannya dan meluncurkan operasi yang bertujuan untuk memberantas dugaan pemberontakan di utara.

Hussein kemudian dibunuh oleh pasukan keamanan yang mencoba menangkapnya pada tahun itu juga.

Baca juga: Analis: Serangan Houthi Yaman di Laut Merah Bisa Picu Lonjakan Harga Minyak Dunia

Sejak saat itulah Abdul-Malik al-Houthi mengambil alih kendali militer atas Houthi.

Ia menjadi komandan yang bertanggung jawab atas negosiasi dengan pemerintah Yaman pada tahun 2007.

Setelah Arab Spring pada tahun 2011, Houthi mengubah retorikanya menjadi pidato yang menarik perhatian banyak warga Yaman.

Popularitasnya meningkat ketika ia mulai mengkritik tingginya harga bensin dan serangan pesawat tak berawak Saudi.

Pada bulan September 2014, ia berusaha menggulingkan pemerintahan Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour yang berbasis di Sanaa.

Pada bulan November 2014, Hadi mengumumkan daftar baru menteri pemerintah yang mencakup pejabat dan pendukung Houthi.

Namun, kelompok Houthi menolak usulan struktur pemerintahan tersebut, dan tidak menyetujui orang-orang tertentu yang pernah bertugas di pemerintahan sebelumnya.

Pada bulan Januari 2015, Houthi menggulingkan pemerintahan Hadi di Sanaa, merebut gedung-gedung pemerintah dan istana presiden.

Kemudian Houthi menjadikan Hadi dan kabinetnya sebagai tahanan rumah dan menuntut pengunduran diri mereka.

Satu bulan kemudian, Houthi mendirikan parlemen sementara yaitu Komite Revolusi Tertinggi (SRC).

Pada musim semi 2015, Houthi menguasai 16 provinsi Yaman di utara dan barat laut Yaman.

Baca juga: Ancaman Houthi Yaman untuk Amerika: Laut Merah akan Jadi Kuburanmu

Dianggap mengancam stabilitas Yaman, Houthi mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat dan PBB pada 14 April 2015.

Pada 16 Februari, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengubah kebijakan pendahulunya dan mencabut sebutan Houthi.

Namun, ia mengumumkan bahwa Houthi dan dua pemimpin lainnya akan tetap terkena sanksi berdasarkan Perintah Eksekutif 13611 atas tindakan “yang mengancam perdamaian, keamanan, atau stabilitas Yaman.

Kemudian Houthi membuat komitmen kepada delegasi Oman untuk mengadakan disuksi gencatan senjata dengan koalisi pimpinan Saudi pada 21 Juni 2021.

Dua bulan kemudian, pengadilan militer Yaman menjatuhkan hukuman mati kepada Abdul-Malik al-Houthi dan 173 orang lainnya melalui regu tembak.

Hal tersebut karena mereka dianggap melakukan kudeta militer terhadap pemerintah dan melakukan pelanggaran militer dan kejahatan perang.

Sementara baru-baru ini, Houthi bergabung dengan proksi Iran lainnya dalam menargetkan kepentingan Israel dan AS di wilayah Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023.

Abdul-Malik al-Houthi kemudian memperingatkan bahwa Houthi akan menanggapi setiap intervensi AS di Jalur Gaza dengan drone, rudal, dan opsi militer lainnya.

Keputusan tersebut dideklarasikan Abdul Malik Al-Houthi pada 10 Oktober 2023.

Selama bulan Oktober dan November, Houthi meluncurkan beberapa drone dan rudal ke kota Eilat di Laut Merah Israel.

Houthi juga menargetkan kapal-kapal pelayaran yang terkait dengan Israel di Laut Merah.

Tidak hanya itu, Houthi juga menegaskan secara aktif mencari kapal-kapal Israel di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait  Kelompok Houthi

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas