Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu PLO dan Apa Bedanya dengan Fatah, Hamas, Jihad Islam dan PA?

Mengenal "pemain-pemain" Palestina dalam konflik dengan Israel, termasuk Fatah, Hamas, Jihad Islam, PA dan PLO.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Apa Itu PLO dan Apa Bedanya dengan Fatah, Hamas, Jihad Islam dan PA?
Thaer GHANAIM / PPO / AFP
Presiden Palestina Mahmud Abbas (tengah) dan anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) membacakan doa sebelum pertemuan mereka di kota Ramallah, Tepi Barat pada 28 Oktober 2023. Mengenal "pemain-pemain" Palestina dalam konflik dengan Israel, termasuk Fatah, Hamas, Jihad Islam, PA dan PLO. 

TRIBUNNEWS.COM - Serangan Israel di Jalur Gaza selama lebih dari dua bulan terakhir, tidak hanya membuat Hamas menjadi sorotan, tetapi juga pemain lain di Palestina seperti Fatah, Jihad Islam Palestina (PIJ), Palestine Liberation Organisation (PLO), dan Palestinian Authority (PA).

Mengutip Indian Express, berikut penjelasan masing-masing organisasi tersebut dan peran mereka dalam konflik Israel-Palestina.

1. Fatah

Fatah – yang artinya menaklukkan – dibentuk di Kuwait pada akhir tahun 1950an setelah lebih dari 70.000 warga Arab Palestina mengungsi selama Perang Israel-Arab tahun 1948.

Organisasi nasionalis sekuler ini didirikan oleh banyak orang, namun pendiri utamanya adalah Yasser Arafat, yang kemudian menjadi presiden Otoritas Palestina (PA).

Rekan aktivisnya di antaranya adalah Mahmoud Abbas, yang menjadi presiden PA saat ini.

Baca juga: Ada Pembicaraan Rahasia Antara Pemimpin Hamas dan Gerakan Fatah Mengenai Masa Depan Gaza

Tujuan awal Fatah cukup jelas, yakni perjuangan bersenjata melawan Israel untuk membebaskan Palestina.

Operasi militernya dimulai pada tahun 1965 dan sebagian besar dilakukan dari Yordania dan Lebanon.

Berita Rekomendasi

Tiga tahun kemudian, Fatah menjadi bagian dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sebuah organisasi politik payung dari berbagai kelompok Arab yang bertujuan membantu Palestina mencapai status negara melalui perlawanan bersenjata.

Perjuangan bersenjata Fatah berakhir setelah Yordania dan Lebanon mengusir sayap militer Fatah dari wilayah mereka pada tahun 1970an.

Organisasi tersebut, mengalami transformasi, menurut laporan Al Jazeera, dan kemudian bernegosiasi dengan Israel.

Pada tahun 1990-an, PLO yang dipimpin Fatah secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan meninggalkan perlawanan bersenjata dan kemudian menandatangani Perjanjian Oslo yang membentuk Otoritas Palestina (PA), sebuah badan pemerintahan mandiri sementara yang dimaksudkan untuk mengarah pada Negara Palestina merdeka.

Saat ini, Fatah memimpin PA, yang menguasai sekitar 40 persen wilayah Tepi Barat yang diduduki.

Pada tahun 2006, Fatah kehilangan kendali atas Jalur Gaza setelah kalah dari sayap politik kelompok militan Palestina Hamas dalam pemilihan demokratis Dewan Legislatif Palestina (PLC).

2. Hamas

Hamas adalah partai politik besar lainnya di Palestina, tetapi Hamas lebih terkenal karena perjuangan bersenjatanya melawan Israel.

Anggota Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, yang bertopeng, berbaris saat unjuk rasa di Kota Gaza pada 20 Juli 2022.
Anggota Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, yang bertopeng, berbaris saat unjuk rasa di Kota Gaza pada 20 Juli 2022. (Mahmud HAMS / AFP)

Baca juga: Hamas Tetap Tak Mau Akui Israel meski Siap Gabung PLO demi Palestina

Kelompok ini didirikan pada akhir tahun 1980-an, setelah dimulainya intifada (pemberontakan) Palestina pertama melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Israel merebut kedua wilayah Palestina tersebut setelah memenangkan Perang Israel-Arab pada tahun 1967.

Seperti Fatah, Hamas juga bertujuan untuk mendirikan negara Palestina sesuai perbatasan tahun 1967 (kelompok tersebut memperbarui tujuannya setelah dirilisnya dokumen politik baru pada tahun 2017).

Namun, berbeda dengan Fatah, Hamas tidak mengakui kenegaraan Israel.

Seperti disebutkan sebelumnya, organisasi militan ini telah menguasai Jalur Gaza, yang berpenduduk lebih dari dua juta orang, sejak tahun 2006.

3. Jihad Islam Palestina (PIJ)

PIJ adalah kelompok militan terbesar kedua di Palestina (setelah Hamas), yang bertujuan untuk menghancurkan Israel dan mendirikan negara Palestina yang sepenuhnya Islami dengan cara militer.

PIJ didirikan pada tahun 1981 oleh anggota Ikhwanul Muslimin Mesir.

Laporan media internasional menunjukkan bahwa kelompok tersebut didukung secara finansial oleh Iran (negara Syiah yang diduga juga mendanai Hamas) dan memiliki hubungan lama dengan negara tersebut.

PIJ dikatakan mengambil inspirasi dari Revolusi Islam Iran yang didirukan tahun 1979.

Abu Hamzah, juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina (PIJ).
Abu Hamzah, juru bicara Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina (PIJ). (Tangkapan layar X/Quds)

Baca juga: Serangan Terbaru Israel di Kamp Pengungsi Jabalia, Putra Jubir Kelompok Jihad Islam Palestina Tewas

Meskipun Hamas dan PIJ adalah sekutu, kedua kelompok memiliki identitas dan beberapa perbedaan.

“PIJ adalah milisi yang lebih kecil, lebih elit, dan seringkali tertutup yang mengabdi pada perjuangan bersenjata, sementara Hamas adalah organisasi komunitas yang jauh lebih besar yang mengambil tanggung jawab penuh pemerintahan di Gaza,” lapor surat kabar Haaretz.

Meskipun PIJ menjauh dari politik, PIJ telah lama berpartisipasi dalam politik mahasiswa.

PIJ mengajukan kandidat dalam pemilihan universitas Palestina sejak tahun 1980an.

PIJ juga mengambil bagian dalam pemilihan legislatif tahun 1996.

4. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)

PLO dibentuk pada tahun 1964 di pertemuan puncak Liga Arab di Kairo, Mesir, dengan tujuan tunggal untuk membebaskan Palestina dengan bantuan perjuangan bersenjata untuk mencapai tujuannya.

Organisasi ini pada dasarnya merupakan koalisi kelompok-kelompok Arab yang lebih kecil (kecuali Hamas dan Jihad Islam).

Namun Fatah tetap menjadi kelompok yang dominan.

Pendiri Fatah, Yasser Arafat, menjadi ketua PLO pada tahun 1969 hingga ia meninggal pada tahun 2004.

Presiden Palestina Mahmud Abbas memegang plakat yang menunjukkan peta sejarah Palestina (dari kiri ke kanan), rencana pembagian Palestina oleh PBB pada tahun 1947, perbatasan antara wilayah Palestina dan Israel pada tahun 1948-1967, dan peta terkini wilayah Palestina tanpa wilayah Israel dan permukiman yang dicaplok, saat ia menghadiri pertemuan darurat Liga Arab yang membahas proposal penyelesaian konflik Timur Tengah yang ditengahi AS di markas liga di ibu kota Mesir, Kairo, pada 1 Februari 2020.
Presiden Palestina Mahmud Abbas memegang plakat yang menunjukkan peta sejarah Palestina (dari kiri ke kanan), rencana pembagian Palestina oleh PBB pada tahun 1947, perbatasan antara wilayah Palestina dan Israel pada tahun 1948-1967, dan peta terkini wilayah Palestina tanpa wilayah Israel dan permukiman yang dicaplok, saat ia menghadiri pertemuan darurat Liga Arab yang membahas proposal penyelesaian konflik Timur Tengah yang ditengahi AS di markas liga di ibu kota Mesir, Kairo, pada 1 Februari 2020. (KHALED DESOUKI / AFP)

Baca juga: Hamas Bersedia Gabung PLO, Mau Akhiri Perang, Dirikan Negara Palestina di Gaza-Tepi Barat-Yerusalem

Yasser Arafat digantikan Mahmoud Abbas, yang kini masih menjadi ketua organisasi tersebut.

Meskipun PLO melanjutkan perjuangan bersenjatanya hingga tahun 1990an, PLO secara resmi diakui oleh Liga Arab dan Majelis Umum PBB sebagai “satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina”.

PLO lah yang diundang untuk berpartisipasi dalam semua aktivitas PBB dengan status pengamat.

Pada tahun 1988, PLO mendukung solusi dua negara terhadap konflik dengan Israel, menurut Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, sebuah wadah pemikir di Berlin, Jerman.

Titik balik besar bagi PLO terjadi pada awal tahun 1990an, ketika PLO tidak hanya menghentikan perjuangan bersenjatanya melawan Israel namun juga mengakui status negara Yahudi tersebut.

Langkah ini merupakan kemunduran besar bagi PLO dan menjadikan Hamas lebih tersorot, kata Khaled Al Hroub, profesor Studi Timur Tengah di Universitas Northwestern Qatar, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera.

5. Palestinian Authority (PA) atau Otoritas Palestina

PA didirikan pada bulan Juli 1994 berdasarkan Perjanjian Oslo sebagai badan sementara yang memerintah sebagian Gaza dan Tepi Barat (tidak termasuk Yerusalem Timur) hingga tercapai solusi yang disepakati untuk konflik Israel-Palestina.

PA berfungsi sebagai badan PLO, yang mewakili warga Palestina di badan-badan internasional.

PA dipimpin oleh presiden yang dipilih langsung, yang menunjuk seorang perdana menteri dan pemerintahan yang harus mendapat dukungan dari Dewan Legislatif terpilih, menurut laporan BBC.

Gambar selebaran yang disediakan oleh kantor pers Otoritas Palestina (PPO) menunjukkan Presiden Palestina Mahmud Abbas sedang menerima atlet Palestina di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada 4 Agustus 2023.
Gambar selebaran yang disediakan oleh kantor pers Otoritas Palestina (PPO) menunjukkan Presiden Palestina Mahmud Abbas sedang menerima atlet Palestina di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada 4 Agustus 2023. (Wissam KHALIFA / PPO / AFP)

Baca juga: Otoritas Palestina Bunyikan Alarm Genosida oleh Israel dengan Membumihanguskan Gaza

Pada tahun 2006, PA digulingkan dari Jalur Gaza setelah Hamas memenangkan pemilihan PLC dan sejak itu Hamas terus menguasai wilayah tersebut.

Saat ini, PA menguasai sebagian Tepi Barat.

PA dipimpin oleh Mahmoud Abbas, yang juga merupakan ketua PLO dan Fatah.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas