Houthi Yaman 'Kuasai' Laut Merah: Israel, Mesir, hingga Eropa Kena Dampak, Diprediksi Rugi Besar
Perekonomian di sejumlah negara terdampak buntut aksi Houthi menguasai Laut Merah sebagai bentuk tekanan agar Israel menghentikan serangan ke Gaza.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
Pertama adalah Israel, yang merupakan sasaran langsung pertama Houthi.
Israel saat ini telah merasakan dampak dari terganggunya perdagangan maritim.
Lalu lintas melalui pelabuhan selatan Eilat, yang terletak di kota yang juga merupakan tujuan wisata, terhenti dan masa depan tampaknya tidak menentu seiring berkecamuknya konflik.
Negara kedua adalah Mesir, yang sudah menghadapi kemerosotan perekonomian sebelum perang.
Baca juga: AS Kelabakan, Arab Saudi dan UEA Ogah Gabung Satgas Maritim Laut Merah Buat Perangi Houthi
Akibat kondisi ini, Mesir bisa sangat menderita akibat melambatnya perdagangan, selain penurunan biaya transit untuk kargo yang melewati Terusan Suez, sesuatu yang Mesir sangat bergantung.
Selanjutnya, ada negara-negara Eropa dan Mediterania yang diprediksi akan menderita kerugian terbesar jika situasi ini terus berlanjut dalam jangka panjang.
Pasalnya, banyak kapal yang membawa kargo ke dan dari negara-negara tersebut terkena dampaknya.
Lebih dari 100 Kapal Kargo Pilih Ganti Rute
Lebih dari 100 kapal kargo telah dialihkan rutenya di sekitar Afrika bagian selatan untuk menghindari Terusan Suez.
Pengalihan rute ini terjadi karena pemberontakan Houthi yang menyerang kapal-kapal di pantai barat Yaman.
Perusahaan pelayaran Kuehne dan Nagel mengatakan telah mengidentifikasi 103 kapal yang mengubah arah, berlayar mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Dikutip dari The Guardian, jumlah itu diperkirakan masih akan bertambah.
Pengalihan rute ini menambah sekitar 6.000 mil laut pada perjalanan biasa dari Asia ke Eropa, dan berpotensi menambah waktu pengiriman produk selama tiga atau empat minggu.
Kapal-kapal yang telah dialihkan sejauh ini memiliki kapasitas untuk membawa kontainer berukuran 1,3 m 20 kaki (6 meter), kata Kuehne dan Nagel.
Kapal tanker minyak dan gas juga telah melakukan pengalihan, dan BP merupakan perusahaan terbesar yang secara terbuka menyatakan mereka telah melakukan pengalihan tersebut.