Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serangan Israel di Gaza Termasuk Paling Mematikan dalam Sejarah: Setara Pemboman Sekutu ke Jerman

Serangan Israel ini termasuk yang paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah.

Editor: Erik S
zoom-in Serangan Israel di Gaza Termasuk Paling Mematikan dalam Sejarah: Setara Pemboman Sekutu ke Jerman
Jack GUEZ / AFP
Gambar yang diambil dari Israel selatan yang berbatasan dengan Jalur Gaza pada 22 Desember 2023, menunjukkan asap mengepul menyusul pemboman Israel di wilayah Palestina di tengah pertempuran yang sedang berlangsung dengan kelompok militan Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM, GAZA-  Serangan Israel di Gaza disebut termasuk yang paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah.

Para ahli menyatakan bahwa serangan militer Israel di Jalur Gaza setara dengan pemboman Sekutu terhadap Jerman pada Perang Dunia II.

Dalam waktu dua bulan, serangan tersebut telah menimbulkan lebih banyak kerusakan dibandingkan penghancuran Aleppo di Suriah antara 2012 dan 2016 atau serangan Mariupol di Ukraina.

Baca juga: Israel Jatuhkan Bom Paling Destruktif ke Jalur Gaza, Berat Lebih dari 900 Kg

Selain itu, serangan ini telah membunuh lebih banyak warga sipil daripada yang dilakukan koalisi pimpinan Amerika dalam serangan tiga tahunnya melawan kelompok ISIS.

Diberitakan AP News pada Jumat (22/12/2023), militer Israel tidak menjelaskan jenis bom dan artileri yang digunakan di Gaza.

Tetapi dari pecahan ledakan yang ditemukan di lokasi dan analisis rekaman serangan, para ahli yakin bahwa sebagian besar bom yang dijatuhkan di wilayah tersebut adalah buatan AS.

Termasuk senjata-senjata penghancur bunker seberat 900 kilogram yang telah menewaskan ratusan orang di daerah padat penduduk.

Berita Rekomendasi

Dengan jumlah korban tewas sedikitnya 20.000 orang di Gaza Palestina, komunitas internasional menyerukan gencatan senjata.

Tetapi, Israel berjanji terus maju dengan mengatakan ingin menghancurkan kelompok Hamas.

Hal itu dipicu serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang dan menyandera 240 warga Israel.

Pemerintahan Joe Biden diam-diam terus memasok senjata ke Israel. Namun pekan lalu, Presiden AS Joe Biden secara terbuka mengakui bahwa Israel kehilangan legitimasi internasional atas apa yang disebutnya sebagai pemboman tanpa pandang bulu.

Dampak serangan Israel di Gaza

Serangan Israel telah menghancurkan lebih dari dua pertiga seluruh bangunan di Gaza utara dan seperempat bangunan di wilayah selatan Khan Younis.

Hal itu menurut analisis data satelit Copernicus Sentinel-1 oleh Corey Scher dari CUNY Graduate Center dan Jamon Van Den Hoek dari Oregon State University, ahli dalam memetakan kerusakan pada masa perang.

Untuk persentase bangunan yang rusak di wilayah Khan Younis meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam dua minggu pertama serangan Israel di selatan.

Baca juga: Momen Sangat Langka, PNS di Belanda Berdemo, Berani Kecam Pemerintahnya soal Perang di Gaza

Jumlah tersebut mencakup puluhan ribu rumah serta sekolah, rumah sakit, masjid, dan toko. Pemantau PBB mengatakan sekitar 70 persen gedung sekolah di Gaza telah rusak.

Setidaknya 56 sekolah yang rusak berfungsi sebagai tempat penampungan bagi warga sipil yang mengungsi. Serangan Israel merusak 110 masjid dan tiga gereja.

Israel menganggap Hamas bertanggung jawab atas kematian warga sipil dengan memasukkan militan ke dalam infrastruktur sipil. Tempat-tempat tersebut juga menampung banyak warga Palestina yang melarikan diri atas perintah evakuasi Israel.

"Gaza sekarang memiliki warna yang berbeda dari luar angkasa. Teksturnya berbeda," kata Scher, yang telah bekerja dengan Van Den Hoek untuk memetakan kehancuran di beberapa zona perang, dari Aleppo hingga Mariupol.

Melampaui pemboman sekutu di Jerman pada Perang Dunia II

Bagaimana kehancuran yang terjadi secara historis? Dalam beberapa hal, kehancuran di Gaza telah melampaui pemboman Sekutu di Jerman selama Perang Dunia II.

"Antara tahun 1942 dan 1945, sekutu menyerang 51 kota besar dan kecil di Jerman, menghancurkan sekitar 40-50 persen wilayah perkotaannya," kata Robert Pape, sejarawan militer AS.

Pape mengatakan angka ini setara dengan 10 persen bangunan di seluruh Jerman, dibandingkan dengan lebih dari 33 persen di Gaza, wilayah padat penduduk yang luasnya hanya 360 kilometer persegi.

"Gaza adalah salah satu serangan penghukuman warga sipil paling intens dalam sejarah," kata Pape.

Baca juga: Momen Sangat Langka, PNS di Belanda Berdemo, Berani Kecam Pemerintahnya soal Perang di Gaza

"Sekarang mereka berada di kuartil teratas dalam serangan paling dahsyat yang pernah ada," imbuh dia.

Serangan koalisi pimpinan AS pada tahun 2017 untuk mengusir kelompok ISIS dari kota Mosul di Irak dianggap sebagai salah satu serangan paling intens terhadap sebuah kota dalam beberapa generasi.

Pertempuran sembilan bulan itu menewaskan sekitar 10.000 warga sipil, sepertiga dari mereka akibat pemboman koalisi, menurut penyelidikan Associated Press pada saat itu.

Sementara selama serangan 2014-2017 untuk mengalahkan ISIS di Irak, koalisi tersebut melakukan hampir 15.000 serangan di seluruh negeri, menurut Airwars, sebuah kelompok independen yang berbasis di London yang memantau konflik-konflik baru-baru ini.

Sebagai perbandingan, militer Israel mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah melakukan 22.000 serangan di Gaza.

300 Orang Meninggal Setiap Hari

Helikopter serang angkatan udara Israel menembakkan rudal saat terbang di atas Jalur Gaza utara dekat perbatasan dengan Israel selatan pada 22 Desember 2023
Helikopter serang angkatan udara Israel menembakkan rudal saat terbang di atas Jalur Gaza utara dekat perbatasan dengan Israel selatan pada 22 Desember 2023 (JACK GUEZ / AFP)

Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza, Palestina, terus bertambah setiap hari.

Bahkan Badan Kesehatan Dunia PBB (World Health Organization/WHO) mengungkapkan ada sekitar 300 kematian terjadi setiap hari di Gaza.

Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut Gaza sebagai neraka dunia.

Ia juga mengatakan dari 36 rumah sakit di sana, hanya sembilan yang berfungsi sebagian.

“Saya sampai tak bisa menghitung berapa banyak ketika saya pikir krisis di Gaza tidak bisa lebih menyeramkan lagi. Tetapi itu terjadi lagi,” ujar Ghebreyesus dikutip dari Palestine Chronicle, Jumat (22/12/2023).

WHO menyebutkan sekitar 20.000 orang terbunuh akibat agresi Israel dan kebanyakan anak-anak serta perempuan.

“Dan dengan lebih dari 52.000 orang (dan terus bertambah) menderita luka-luka yang mengancam jiwa dan mengubah hidup, dalam waktu 3 bulan ini adalah hal yang mengerikan dan yang terpenting sebuah parodi kemanusiaan,” keluhnya.

“Sebuah horor tak akhir bagi mereka yang terjebak di apa yang disebut sebagai neraka dunia,” tambahnya.

Baca juga: Pensiunan Jenderal AS: Banyaknya Tentara Israel yang Tewas di Gaza karena Kurang Pengalaman

Ghebreyesus pun menyerukan agar gencatan senjata segera dilakukan, dan ia mencantumkan poin-poin untuk menyimpulkan situasi saat ini.

“Kita saat ini tengah menyaksikan, rata-rata sekitar 300 kematian setiap hari ketika perang berkecamuk, sistem kesehatan yang hancur dengan hanya 9 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian, dan taka da satupun yang berfungsi di utara,” ujarnya.

Ia juga menambahkan banyaknya anak-anak yang menjadi yatim piatu setelah orang tuanya di bunuh, serta penyakit, kelaparan dan kekurangan air bersih, dan sanitasi yang menimbulkan risiko lebih lanjut selain bom dan peluru.

“Ruang kemanusiaan yang selalu berhaya dan terbatas untuk menyalurkan pasokan medis yang menyelamatkan jiwa,” katanya.

“Trauma kesehatan mental yang akan menghantui banyak orang selama bertahun-tahun. Pembantaian haarus dihentikan. Kami membutuhkan gencatan senjata sekarang,” sambungnya.

(Kompas.com/AP News/Tribunnews)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas