Publik Amerika Serikat Kritik Posisi dan Sikap Pemerintah AS yang Bantu Israel Membantai Warga Gaza
Sebuah surat kabar Amerika mengkritik posisi pemerintah AS terhadap konflik Israel di jalur Gaza. Publik AS mengkritik posisi dan sikap pemerintah AS.
Penulis: Muhammad Barir
Publik Amerika Serikat Kritik Posisi dan Sikap Pemerintah AS yang Bantu Israel Bantai Warga Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Sebuah surat kabar Amerika mengkritik posisi pemerintah AS terhadap konflik Israel di jalur Gaza.
Publik AS mengkritik posisi dan sikap pemerintah Amerika Serikat dalam konflik Israel dan Palestina.
The New York Times mengkritik posisi pemerintah AS terkait apa yang terjadi di Gaza.
Setelah pembicaraan panjang yang terjadi antara Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Surat kabar itu menambahkan bahwa sudah waktunya bagi pemerintah AS untuk dengan tegas memberi tahu Israel bahwa perang di Gaza tidak akan mencapai tujuannya.
Dan bahwa solusinya kini sudah jelas, terletak pada penarikan total tentara Israel dengan imbalan pembebasan semua tahanan.
Menurut surat kabar tersebut, Biden mengulangi ucapannya dalam panggilan telepon selama 45 menit dengan Netanyahu, setelah itu dia menyatakan secara eksplisit bahwa dia tidak meminta gencatan senjata di Gaza.
Baca juga: PBB: Pekerja Bantuan Gaza dan 70 Anggota Keluarga besarnya Tewas akibat Serangan Udara Israel
Menurut Gedung Putih, panggilan telepon tersebut, yang digambarkan Biden sebagai percakapan pribadi, menekankan kebutuhan mendesak untuk melindungi penduduk sipil dan memungkinkan warga sipil untuk pindah dengan aman dari wilayah pertempuran.
Posisi fleksibel Presiden AS mengenai apa yang terjadi di Gaza memicu kritik keras.
Karena New York Times menggambarkan posisi Perdana Menteri Israel yang mendahulukan kepentingan pemilu di atas kepentingan Israel sendiri.
Surat kabar tersebut menyatakan bahwa sudah waktunya bagi pemerintah AS untuk dengan tegas memberi tahu Israel bahwa perang di Gaza tidak akan mencapai tujuannya.
Dan bahwa solusinya terletak pada gencatan senjata sepenuhnya dengan penarikan tentara Israel dari Gaza, dengan imbalan atas penarikan pasukan Israel dari Gaza. pembebasan seluruh tahanan.
Baca juga: Sebut Israel Sangat Lemah dan Bisa Dikalahkan, Mayoritas Warga Arab Tolak Normalisasi Hubungan
Percakapan telepon panjang antara Biden dan Netanyahu juga membahas tujuan dan tahapan kampanye militer Israel serta strategi yang diharapkan.
Biden mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa dia tidak meminta Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata selama panggilan telepon tersebut, dan menambahkan, "Saya melakukan percakapan panjang dengan Netanyahu hari ini, dan itu adalah percakapan pribadi."
Dia menjawab salah satu pertanyaan, "Saya tidak meminta gencatan senjata."
Belum diketahui apakah pemerintah AS akan segera mengubah posisinya terhadap operasi militer Israel yang telah berlangsung di Jalur Gaza selama 11 minggu.
Sikap AS ini menggambarkan seolah-olah pembunuhan lebih dari 20.000 orang di Gaza ini belum cukup untuk mengambil keputusan tersebut.
Israel Dapat Dukungan Washington dalam Menembaki Warga Gaza, Kata Hamas
Israel dilaporkan telah menembaki seluruh keluarga yang masih tinggal di jalur Gaza kata juru bicara Hamas.
Gerakan Hamas mengumumkan pada hari Jumat bahwa tentara Israel melakukan banyak eksekusi dengan menembak seluruh keluarga di beberapa daerah di Kota Gaza dan Jalur Gaza utara.
Upaya Israel dalam membantai warga Gaza ini kata Hamas, dilakukan dengan dukungan dari Washington.
Hal ini disampaikan dalam pernyataan gerakan Palestina setelah tentara Israel meningkatkan kampanye militernya di Jalur Gaza melalui darat, udara dan laut, sehingga meningkatkan jumlah kematian dan cedera di kalangan warga sipil.
“Beberapa daerah di Kota Gaza dan di Jalur Gaza utara mencatat likuidasi dan eksekusi seluruh keluarga oleh tentara Zionis fasis Israel, yang terjadi pada keluarga Enaya di Kota Gaza, yang jenazah anggotanya ditemukan di rumah mereka setelah serangan tersebut," kata pengumuman Hamas.
“Tercatat juga beberapa kasus eksekusi laki-laki sipil di depan keluarga mereka, termasuk perempuan dan anak-anak, setelah rumah mereka diserbu, menurut kesaksian keluarga dan penyintas pembantaian teroris tersebut,” tambah Hamas.
Gerakan ini mendesak: “Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), komunitas internasional dan semua lembaga hak asasi manusia dan kemanusiaan untuk bersuara keras dalam menghadapi arogansi dan kejahatan ini, serta pengabaian terhadap hukum internasional dan kemanusiaan.”
Pernyataan tersebut menyerukan: “Pemerintah pendudukan dan pendukung internasionalnya, yang dipimpin oleh pemerintahan Presiden AS (Joe) Biden, harus bertanggung jawab atas kejahatan yang mereka lakukan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.”
Situs-situs berita menyebarkan saksi mata yang mengutip eksekusi lapangan yang dilakukan oleh tentara Israel di depan mata mereka, selain penangkapan sewenang-wenang terhadap warga sipil yang dibawa ke tujuan yang tidak diketahui.
Tentara Israel meningkatkan kampanye militernya terhadap Kota Gaza dan Jalur Gaza bagian utara, sementara Hamas menyatakan:
“Penangkapan musuh Zionis terhadap sejumlah petugas dari Bulan Sabit Merah Palestina di kamp pengungsi Jabaliya (utara), dan penangkapan terus menerus terhadap sekitar 100 personel layanan kesehatan, merupakan kejahatan perang dan merupakan ekspresi fasisme musuh, karena tindakan tersebut secara sistematis menghancurkan sektor layanan kesehatan.”
Sejak 7 Oktober, tentara Israel telah melancarkan perang genosida yang menghancurkan di Gaza, yang hingga Jumat pagi, telah menyebabkan 20.057 orang syahid dan 53.320 orang terluka, sebagian besar adalah kaum ibu dan anak-anak.
Perang tersebut juga telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut sumber di Jalur Gaza dan PBB.
(Sumber: Middle East Monitor, Sky News Arabia)