Mesir Bujuk Hamas Hengkang dari Gaza, Imbalannya Gencatan Senjata
Pemerintah Mesir dikabarkan tengah menggelar diskusi internal dengan para pimpinan Hamas dan kelompok jihad Islam yang ada di Gaza
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO – Pemerintah Mesir dikabarkan tengah menggelar diskusi internal dengan para pimpinan Hamas dan kelompok jihad Islam yang ada di Gaza. Adapun pertemuan itu digelar untuk membahas rencana gencatan senjata permanen.
Namun menurut dua sumber keamanan Mesir, permintaan gencatan senjata tersebut ditolak mentah – mentah oleh para pimpinan Hamas karena kelompok itu enggan melepas kekuasaannya di Gaza.
"Pejabat dari Hamas dan kelompok Jihad Islam yang datang ke Kairo untuk bernegosiasi, akan tetapi kelompok itu menolak usulan Mesir agar mereka melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza dengan imbalan gencatan senjata permanen,” jelas dua sumber keamanan Mesir sebagaimana dikutip dari Haaretz.
Baca juga: Musuh Baru Israel Jaraknya Ribuan Kilometer di Selatan, Tapi Aksinya Bikin Runyam Negara Zionis
Sementara itu secara terpisah, dua pejabat dari Hamas dan kelompok Jihad Islam dengan tegas membantah apa yang dikatakan sumber tersebut tentang perundingan itu.
Senior Jihad Islam yang mengetahui perundingan di Kairo menjelaskan bahwa usulan yang diajukan Mesir hanya bertujuan untuk mempermudah peluang Israel dalam melakukan perampasan wilayah dikemudian hari.
Selain itu Mesir juga hanya menjanjikan gencatan senjata sementara bukan permanen. Alasan tersebut yang membuat Hamas dan kelompok jihad Islam menolak konsesi apa pun selain pembebasan sandera.
"Tidak akan ada negosiasi tanpa penghentian agresi sepenuhnya," kata anggota biro politik Hamas Izzat Al-Rishq.
"Kepemimpinan Hamas berupaya sekuat tenaga untuk mengakhiri agresi dan pembantaian rakyat kami sepenuhnya, bukan hanya sementara," tambahnya.
Penolakan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Hamas, pada awal pekan kemarin kelompok milisi Hamas sempat menolak tawaran baru dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melakukan jeda kemanusian selama seminggu, sebagai bagian dari proses pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.
Namun dalam kesempatan tersebut kepala sayap politik Hamas, Ismail Haniyeh menolak tegas tawaran baru dari PM Netanyahu. Ia mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan melakukan jeda kemanusian dan pembebasan sandera hingga Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.
Baca juga: Iran Borong Rudal Jelajah 1.000 Km Talaeiyeh dan Heli Pintar demi Perkuat Houthi di Laut Merah
Meski menolak tawaran jeda kemanusian dari Israel, namun pada kesempatan itu Hamas berjanji akan membebaskan sandera pria lanjut usia. Tak dijelaskan secara pasti kapan dan berapa total sandera lansia yang akan dibebaskan Hamas, namun menurut laporan media lokal The Times of Israel pembebasan itu dilakukan lantaran para lansia membutuhkan perawatan medis yang mendesak
Hal itu selaras dengan ucapan sandera Israel yang videonya sempat dibagikan oleh sayap militer Hamas, brigade Al Qassam beberapa waktu lalu. Satu dari tiga sandera yang ada di video, menyatakan bahwa dirinya ditahan bersama lansia yang menderita penyakit kronis.