Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WRSA-I, Gudang Senjata AS di Israel yang Bisa Dipakai Sesuka Hati dan Bayar Belakangan

AS telah mengisi ulang gudang amunisi dan persenjataan itu setelah menipis karena dipakai Israel secara berhambur-hambur di Jalur Gaza melawan Hamas

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in WRSA-I, Gudang Senjata AS di Israel yang Bisa Dipakai Sesuka Hati dan Bayar Belakangan
MENAHEM KAHANA / AFP
Seorang tentara Israel menutup telinganya saat howitzer artileri gerak sendiri menembakkan peluru dari posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan pada 6 November 2023 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza. 

WRSA-I, Gudang Senjata AS di Israel yang Bisa Dipakai Sesuka Hati dan Bayar Belakangan

TRIBUNNEWS.COM - Gudang persenjataan milik pemerintah Amerika Serikat (AS) dan disembunyikan di wilayah Israel – yang dikenal sebagai War Reserve Stocks for Allies-Israel (WRSA-I) – kembali menjadi pusat perhatian dunia.

Hal itu merujuk pada pengakuan mantan pejabat AS yang menyebut Gedung Putih telah mengisi ulang gudang amunisi dan persenjataan tersebut setelah menipis karena dipakai Israel secara berhambur-hambur di Jalur Gaza.

Terkait WRSA-I, eks-pejabat Pentagon itu menyebut, Israel bisa kapanpun memakai persediaan senjata dan amunisi di lokasi tersebut jika dibutuhkan.

Baca juga: Iming-iming AS Tak Mempan, Arab Saudi Pilih Damai dengan Yaman Ketimbang Bela Israel di Laut Merah

“Secara resmi, itu adalah peralatan AS untuk digunakan oleh AS,” kata seorang mantan pejabat senior Pentagon kepada The Guardian.

“Tapi di sisi lain, dalam keadaan darurat, siapa bilang kami tidak akan memberi mereka (Israel) kunci gudang (senjata)?” kata dia menambahkan.

Pejabat senior lain AS yang akrab dan mengetahui seluk-beluk WRSA-I mengatakan ke outlet berita Inggris tersebut kalau Washington bersedia memberikan apapun yang diminta Tentara Israel, khususnya soal amunisi pesawat untuk serangan udara.

Berita Rekomendasi

"Jika menyangkut amunisi udara ke darat, kami akan memberikan apa pun yang dibutuhkan [Israel],” kata pejabat itu.

Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Serang Kapal Kontainer, AS Sibuk Tangkis Puluhan Drone dan 3 Rudal Balistik

Seorang tentara Israel menyusun peluru artileri 155mm di dekat howitzer self-propelled yang dikerahkan di posisi dekat perbatasan dengan Lebanon di wilayah Galilea atas di Israel utara pada 18 Oktober 2023.
Seorang tentara Israel menyusun peluru artileri 155mm di dekat howitzer self-propelled yang dikerahkan di posisi dekat perbatasan dengan Lebanon di wilayah Galilea atas di Israel utara pada 18 Oktober 2023. (Jalaa MAREY / AFP)

Bisa Bayar Belakangan

Dibuat pada tahun 1980-an untuk memasok tentara AS jika terjadi perang regional, WRSA-I adalah simpul terbesar dalam jaringan global penyimpanan senjata AS.

Ulasan laporan itu menyebut, meskipun Tel Aviv secara hukum tidak diizinkan untuk menggunakan WRSA-I secara gratis – yang isi lengkapnya tidak diungkapkan kepada publik – pada faktanya Israel mendapat keistimewaan dari AS soal transfer senjata ini.

"Para mantan pejabat pertahanan mengatakan transfer dari timbunan (amunisi dan persenjataan) tersebut berbeda dari penjualan senjata biasa antara AS dan negara lain,” tulis laporan tersebut.

"Amunisi tersebut dapat ditarik (digunakan) oleh tentara Israel sebelum proses penyerahan peralatan tersebut selesai sepenuhnya,” kata laporan itu menjelaskan kalau Israel bisa memakainya dulu lalu membayarnya belakangan.

Pada kasus penjualan senjata resmi AS ke negara lain, Washington biasanya mengajukan sejumlah persyaratan ketat, termasuk assessment potensi senjata akan berakhir di tangan pihak yang bermusuhan dengan AS.

Secara formil, penjualan senjata juga harus melalui persetujuan kongres AS.

Syarat lain, tentu saja, penjualan senjata AS akan tuntas jika pembayaran sudah diselesaikan lebih dulu oleh pembeli.

Namun, Josh Paul, mantan pejabat departemen luar negeri AS, mengungkapkan, AS rupanya juga punya kebijakan diskresi terhadap penjualan senjata ke negara sekutu mereka, Israel khususnya.

“Kami secara surut membangun kasus penjualan militer asing, yang mungkin perlu atau tidak perlu diberitahukan kepada Kongres, tergantung pada apa yang mereka ambil dan berapa jumlahnya,” kata  Josh yang mengundurkan diri pada bulan Oktober sebagai protes terhadap Dukungan Washington yang tak terkendali terhadap pembersihan etnis di Gaza.

“Tidak ada tinjauan terhadap hak asasi manusia, tidak ada tinjauan terhadap keseimbangan regional, tidak ada tinjauan kebijakan transfer senjata konvensional yang biasanya terjadi […] Pada dasarnya, ini memerlukan apa yang Anda bisa dan kami akan menyelesaikannya nanti,” tambah Paul ke The Guardian.

Awak artileri Israel menyiapkan peluru di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan pada 6 November 2023 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza. (JACK GUEZ / AFP)
Awak artileri Israel menyiapkan peluru di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan pada 6 November 2023 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza. (JACK GUEZ / AFP) (AFP/JACK GUEZ)

Kesampingkan Aturan, Kongres Dilangkahi Demi Persenjataan Israel 

Pada akhir Oktober, Gedung Putih mengirimkan permintaan anggaran tambahan ke Kongres yang mencakup penghapusan pembatasan semua kategori senjata dan amunisi yang boleh diakses Israel dari WRSA-I.

“Sebuah proposal dalam permintaan legislatif kepada Kongres untuk mengenyampingkan pemberitahuan Kongres sepenuhnya untuk Penjualan Militer Asing (FMF/funded Foreign Military Sales) atau Kontrak Komersial Langsung, belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengalaman saya […] Terus terang, [itu] merupakan penghinaan terhadap hak prerogatif pengawasan Kongres,” kata Josh Paul tentang celah hukum yang terkubur di lebih dari 40 halaman legalisasi legislatif.

Meskipun tidak ada transparansi mengenai kategori dan jumlah senjata yang diberikan AS kepada Israel, laporan Axios pada Oktober, merinci kalau Washington memberikan peluru artileri 155 mm kepada sekutunya.

Amunisi yang tidak terarah ini, tersedia dalam jumlah besar di WRSA-I, dianggap sangat berbahaya karena “akurasinya sangat lemah jika dibidik dari jarak jauh.

"Sehingga meningkatkan kemungkinan warga sipil dan infrastruktur sipil terkena peluru yang salah,” menurut Marc Garlasco, mantan peneliti PBB untuk kejahatan perang.

CNN mengungkapkan awal bulan ini kalau penilaian intelijen AS menetapkan sekitar 40-45 persen dari lebih dari 29.000 amunisi udara-ke-darat yang digunakan Israel di Gaza adalah amunisi tidak terarah.

"Penggunaan amunisi yang tidak terarah oleh Israel di salah satu tempat terpadat di dunia telah dengan cepat mengubah Gaza menjadi kampanye militer paling mematikan dalam sejarah modern, dengan tingkat kematian tidak kurang dari 355 warga sipil per hari – sekitar 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak," tulis TC.

(oln/tg/axs/tc/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas