Bos Hamas Saleh al-Arouri Pernah Singgung Ingin Mati Syahid, Kini Tewas akibat Drone Israel
Bos Hamas Saleh al-Arouri pernah menyinggung keinginannya soal mati syahid. Menurutnya, ia sudah hidup terlalu lama.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.com - Pejabat senior Hamas, Saleh al-Arouri, tewas dalam serangan drone di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, menurut laporan Hamas dan media Lebanon.
Hamas, lewat saluran resminya, mengatakan al-Arouri terbunuh pada Selasa (2/1/2024) dalam "serangan Zionis yang berbahaya."
Anggota politbiro Hamas, Izzat al-Sharq, menyebutnya sebagai "aksi pembunuhan oleh pengecut," dikutip dari Al Jazeera.
Diketahui, al-Arouri adalah pejabat senior di politbiro Hamas dan dikenal sangat terlibat dalam urusan militer Hamas.
Sebelum tewas, al-Arouri pernah menyinggung soal keinginannya mati syahid.
Baca juga: Netanyahu Larang Pejabat Israel Komentari Pembunuhan Saleh al-Arouri, Petinggi Hamas di Lebanon
Saat itu, ia mengaku menanti waktu di mana dirinya mati syahid akibat serangan Israel.
Menurut al-Arouri, dirinya sudah hidup terlalu lama.
"Saya menantikan kemartiran (mati syahid). (Saya) berpikir bahwa saya hidup terlalu lama," kata dia pada bulan Agustus 2023, dilansir The Arab News.
Israel sudah sejak lama menuduh al-Arouri melakukan serangan mematikan terhadap warga Israel.
Tapi, seorang pejabat Hamas mengatakan al-Arouri adalah sosok penting "di tengah perundingan" mengenai hasil perang Gaza dan pembebasan sandera yang dilakukan oleh Qatar dan Mesir.
Meskipun kurang berpengaruh dibandingkan para pemimpin Hamas di Gaza, al-Arouri dipandang sebagai tokoh kunci kelompok militan Palestina itu.
Ia merupakan dalang di balik operasi di Tepi Barat dari pengasingannya di Suriah, Turki, Qatar, dan terakhir Lebanon, setelah lama mendekam di penjara Israel.
Sebagai pejabat senior Hamas, ia berperan besar dalam mempererat hubungan Hamas dengan Hizbullah.
Al-Arouri beberapa kali bertemu dengan pemimpin Hizbullah, Hassan Nassrallah.
Lewat Hizbullah, al-Arouri juga bisa mendekatkan Hamas dengan Iran.
Israel Siaga Tinggi
Tewasnya Saleh al-Arouri dalam serangan drone Zionis membuat Israel siaga tinggi.
Pembunuhan yang menargetkan al-Arouri berdampak besar terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perang ini.
Menurut pantauan jurnalis Al Jazeera, Hamdan Salhut, dari Yerusalem Timur yang dididuki, sudah banyak terjadi baku tembak di perbatasan utara Israel dengan Lebanon.
Serangan itu semakin intensif seiring berlangsungnya perang.
Baca juga: Bos Hamas Saleh al-Arouri Tewas di Lebanon, Hizbullah Ngamuk Beri Ancaman Balas Dendam ke Israel
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengatakan setiap pembunuhan yang ditargetkan terhadap kelompok mana pun, dari faksi perlawanan mana pun, tidak akan ditoleransi di wilayah Lebanon dan akan dibalas dengan tindakan.
Para pejabat Israel yang berbicara secara anonim kepada media Israel, mengatakan mereka mengharapkan adanya semacam respons.
Respons itu bisa berbentuk apa saja, mulai protes, serangan, hingga roket jarak jauh.
Karena itulah mereka meningkatkan tingkat kewaspadaan.
Sementara itu, Zeina Khodr, jurnalis Al Jazeera melaporkan dari Beirut, mengatakan ada "kepanikan" di Ibu Kota Lebanon setelah serangan yang menewaskan al-Arouri.
Iran, yang mendukung Hamas dan Hizbullah, mengatakan pembunuan al-Arouri akan menciptakan lebih banyak perlawanan terhadap Israel, media pemerintah melaporkan.
"Darah para martir tidak diragukan lagi akan memicu gelombang perlawanan dan motivasi untuk melawan penjajah Zionis."
"Tidak hanya di Palestina, tetapi juga kawasan ini (Lebanon dan Iran), dan di antara semua pencari kebebasan di seluruh dunia," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani.
Profil Saleh al-Arouri
Saleh al-Arouri lahir di kota Arura, dekat kota Ramallah di Tepi Barat pada 1966.
Ia bersekolah di sekolah lokal untuk pendidikan dasar dan lulus sekolah menengah pada 1984.
Setelahnya, al-Arouri mendaftar ke Universitas Hebron di Tepi Barat bagian selatan dan lulus dengan gelar sarjana di bidang Syariah Islam pada 1992.
Dikutip dari Anadolu Agency, sejak remaja, al-Arouri bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan memimpin Aksi Mahasiswa Islam di Universitas Hebron pada 1985.
Setelah Hamas didirikan pada akhir 1987 oleh Ikhwanul Muslim, al-Arouri bergabung.
Baca juga: Selain Saleh al-Arouri, Israel Bunuh 2 Komandan Brigade Al-Qassam dan 4 Kader Hamas di Lebanon
Al-Arouri pernah dipenjara oleh tentara Israel dalam penahanan administratif tanpa pengadilan untuk jangka waktu terbatas antara tahun 1990-1992, karena keterlibatannya dengan Hamas.
Ia dianggap sebagai salah satu pendiri Brigade al-Qassam, kelompok sayap Hamas.
Saat al-Arouri menjadi buron tentara Israel, ia mendirikan sel-sel aparat militer Brigade al-Qassam di Tepi Barat antara 1991-1992.
Lalu, di tahun 1992, ia kembali ditangkap oleh tentara Usrael dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena aksinya itu.
Sepanjang masa penahanannya, ia memainkan peran penting dalam memimpin Hamas dan berjuang melawan administrasi penjara.
Al-Arouri dibebaskan pada 2007, namun Israel menangkapnya kembali tiga bulan kemudian.
Ia ditahan selama tiga tahun hingga tahun 2010.
Mahkamah Agung Israel kemudian memutuskan untuk membebaskan al-Arouri dan mengasingkannya dari Palestina.
Ia kemudian dideportasi ke Suriah, di mana al-Arouri tinggal selama tiga tahun sebelum hidup sebagai pengembara di beberapa negara.
Terakhir, al-Arouri pindah ke Lebanon sampai pembunuhannya pada 2 Januari 2023, kemarin.
Setelah dibebaskan pada 2010, al-Arouri terpilih sebagai anggota biro politik Hamas.
Al-Arouri adalah salah satu negosiator Hamas untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran tahanan pada 2011 dengan Israel melalui mediasi Mesir.
Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditawan oleh Hamas, dibebaskan dengan imbalan pembebasan 1.027 tahanan Palestina dari penjara Israel.
Pada 31 Juli 2021, al-Arouri terpilih kembali menjadi wakil kepala biro politik Hamas untuk kedua kalinya.
Selain jabatan tersebut, ia juga berperan sebagai pemimpin gerakan di Tepi Barat.
Pada 9 Oktober 2017, ia terpilih kembali sebagai wakil kepala biro politik.
Selanjutnya, al-Arouri terpilih menjadi ketua Hamas wilayah Tepi Barat pada 4 Juli 2021.
Di bulan November 2018, Departemen Luar Negeri AS mengalokasikan hadiah sebesar 5 juta dolar AS bagi informasi terkait ke alArouri, bersama para pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon.
Departemen Keuangan AS telah memasukkannya ke dalam daftar terorisme sejak 2015.
Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan pada 25 Oktober, enam pemimpin Hamas berada "di garis bidik Israel," termasuk al-Arouri.
Tentara Israel menyerbu rumah al-Arouri pada 31 Oktober di kota Arura dekat Ramallah di Tepi Barat.
Penggerebekan tersebut terjadi setelah berhari-hari operasi besar-besaran terhadap aktivis Hamas di kota tersebut, menjadikan rumahnya sebagai pusat investigasi.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)