Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rapat kabinet Israel Terkait Perilaku Tentara Tiba-tiba Berakhir dengan Perselisihan

Rapat kabinet Israel mengenai perilaku tentara tiba-tiba berakhir dengan perselisihan.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Rapat kabinet Israel Terkait Perilaku Tentara Tiba-tiba Berakhir dengan Perselisihan
Ohad Zwigenberg / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (tengah) diberi nasihat saat memimpin rapat kabinet 

Rapat kabinet Israel Terkait Perilaku Tentara Tiba-tiba Berakhir dengan Perselisihan

TRIBUNNEWS.COM- Rapat kabinet Israel mengenai perilaku tentara tiba-tiba berakhir dengan perselisihan.

Para anggota parlemen mendesak dilakukannya penyelidikan atas perilaku dan kesalahan tentara Israel menjelang serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, yang kemudian memicu perselisihan antara personil rapat.

Dilansir Media Israel, rapat Pertemuan kabinet diplomatik-keamanan Israel yang berlangsung pada Kamis malam tiba-tiba berakhir ketika terjadi pertikaian.

Rapat kabinet tersebut diadakan untuk membahas masa depan Jalur Gaza setelah perang Israel di daerah kantong yang terkepung berakhir.

Namun, anggota parlemen bentrok dengan kepala staf dan lembaga pertahanan mengenai penyelidikan atas kesalahan dan perilaku tentara Israel sekitar serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Baca juga: Lawan Israel, Brigade Al-Qassam dan Al-Quds Hancurkan 3 Tank Merkava dan Buldoser di Jalur Gaza

Anggota parlemen mengatakan bahwa penyelidikan, yang dilakukan untuk melihat kegagalan persiapan serangan tersebut, dijanjikan akan dimulai segera setelah perang di Gaza berakhir.

Berita Rekomendasi

Laporan di media Israel menyebutkan pertemuan itu berlangsung selama tiga setengah jam, sebelum meledak menjadi pertikaian.

Kepala Staf Herzi Halevi, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dan Menteri Transportasi Miri Regev termasuk di antara mereka yang terlibat dalam diskusi intensif tersebut.

Regev mengatakan keputusan mengenai penyelidikan tersebut dibuat tanpa sepengetahuan anggota parlemen, dengan alasan bahwa tentara harus sepenuhnya fokus pada pertempuran saat ini.

Baca juga: Israel Bakal Usir Ratusan Orang Arab-Israel Penduduk Yerusalem Atas Tuduhan Terorisme

Diskusi tentang apa yang harus terjadi setelah perang di Gaza telah mengungkapkan perpecahan ideologis yang mendalam di dalam koalisi, dengan Ben Gvir dan Smotrich menegaskan kembali keyakinan mereka dalam pertemuan tersebut bahwa warga Palestina di Gaza harus terusir secara permanen dan digantikan dengan pemukim Israel.

Perdebatan lain dalam pertemuan tersebut adalah pengumuman bahwa penyelidikan akan melibatkan mantan menteri pertahanan, Shaul Mofaz. Keputusan tersebut menimbulkan ketidakpuasan di kalangan politisi sayap kanan, karena keterlibatannya dalam penarikan sepihak Israel dari Gaza pada tahun 2005 dan menjadi tokoh kunci dalam koordinasi keamanan dengan Otoritas Palestina.

Seorang menteri mengatakan kepada media berbahasa Ibrani Kan News bahwa diskusi tersebut tercela dan bahwa tentara diserang, menyebabkan beberapa anggota senior lembaga pertahanan pergi di tengah-tengah.

Baca juga: Tentara Israel Klaim Sukses Bunuh Komandan Brigade Al-Quds di Gaza, Petinggi PIJ Diincar dari Udara

Ada juga perselisihan mengenai apakah tim penuh telah ditunjuk untuk melakukan penyelidikan, dan tidak ada jawaban jelas yang diberikan.

Ben Gvir dilaporkan membela haknya untuk mempertanyakan kepala staf, dengan mengatakan "tidak semua kritik adalah penistaan, kami adalah menteri dan ini adalah tugas kami".

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya menghentikan semua diskusi, mengakhiri pertemuan dan mengatakan bahwa pertemuan akan dilanjutkan di lain waktu.


Diskusi Panas

Pada hari Jumat, Smotrich menanggapi laporan media Israel tentang pertemuan tersebut, dengan mengatakan bahwa pertemuan tersebut tidak “meledak” dan malah pertemuan tersebut akan berakhir pada tengah malam.

“Memang dalam lima menit terakhir terjadi perdebatan sengit mengenai masalah tim penyidik, tapi suara kerasnya ada di antara para menteri, bukan di depan kepala staf,” tulisnya di X.

Dia menambahkan bahwa diskusi tersebut didasarkan pada tiga topik utama: hak untuk melakukan penyelidikan saat perang sedang berlangsung; apakah investigasi harus dilakukan secara internal dengan pihak militer, atau jika harus ada keterlibatan dari tingkat politik; dan keterlibatan Mofaz.

“Posisi saya adalah bahwa penyelidikan operasional yang dirancang untuk mengambil pelajaran yang relevan dengan kelanjutan perang harus dilakukan selama perang, dan sisanya setelah perang. Sejauh yang saya pahami, ini juga merupakan posisi kepala staf,” tambahnya sambil mengatakan bahwa keyakinannya adalah urusan tentara.

Politisi Israel Yair Lapid juga mengecam kebocoran pertemuan tersebut sebagai “aib dan bukti lebih lanjut bahwa kabinet ini berbahaya.”

“Negara Israel harus mengganti pemerintah dan pemimpinnya. Orang-orang ini tidak layak atas pengorbanan dan kepahlawanan laki-laki dan perempuan IDF, dan tidak akan mampu memimpin keputusan strategis. Mereka harus pergi sekarang,” tambahnya.

Perang pecah di Israel dan Gaza pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas dan kelompok bersenjata Palestina melancarkan serangan terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.140 orang, menurut jumlah korban tewas pemerintah.

Sementara itu, Israel telah membunuh lebih dari 22.000 warga Palestina dalam serangan pemboman udara dan serangan darat, sebagian besar korban adalah kaum ibu dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Palestina.

(Sumber: Middle East Eye)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas