Menlu Retno: Indonesia Konsisten Dukung Palestina, Bela hingga Mahkamah Internasional
Ia memaparkan pada 19 Februari 2024 mendatang di Mahkamah Internasional, dirinya akan datang mewakili Pemerintah Indonesia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menunjukan konsistensinya untuk terus berjuang untuk Palestina.
Indonesia pun siap untuk membela Palestina di Mahkmakah Internasional.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu RI di Gedung Merdeka, Bandung, Senin (8/1/2024).
"Indonesia akan terus berjuang untuk Palestina," tutur Retno.
Ia memaparkan pada 19 Februari 2024 mendatang di Mahkamah Internasional, dirinya akan datang mewakili Pemerintah Indonesia.
Baca juga: Sikap Anies, Prabowo, dan Ganjar soal Palestina pada Debat Capres 2024
Retno akan menyampaikan pernyataan lisan untuk mendukung Mahkamah memberikan Advisory Opinion perkuat posisi hukum Palestina.
"Intinya PBB tidak boleh melupakan perjuangan Bangsa Palestina, baik secara politik maupun hukum internasional," ujar mantan Dubes RI di Belanda ini.
Retno menyebut bahwa kemerdekaan Palestina merupakan satu utang Indonesia kepada Palestina yang belum juga bisa dibayar lunas.
Tahun 2023 merupakan tahun yang sangat buruk bagi bangsa Palestina.
"Menjelang tutup tahun 2023, lebih dari 21 ribu orang kehilangan nyawanya di Gaza akibat kekejaman Israel. 70 persen diantaranya adalah anak-anak dan perempuan. Berbagai fasilitas publik dihancurkan dan tidak dapat berfungsi, termasuk Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara yang merupakan kontribusi rakyat Indonesia," ungkap dia.
Indonesia kata Retno menyayangkan Dewan Keamanan PBB tidak mampu menghentikan genosida yang berlangsung di Gaza.
Kekejaman Israel tidak hanya terjadi di Gaza namun juga di Tepi Barat.
"Indonesia terus konsisten dan berada di garis depan bersama dengan bangsa Palestina memperjuangkan hak-hak mereka. Konsul Kehormatan Indonesia telah didirikan di Ramallah pada tahun 2016," jelas Retno.
Dirinya memandang bahwa masus Palestina menunjukkan double standard sejumlah negara di dunia, terutama “the Global North”.
Sejumlah negara “the Global North” mendadak diam menyaksikan pelanggaran kemanusiaan.
"Kemana semua “kuliah” yang sering mereka berikan mengenai HAM? Bukankah bangsa Palestina memiliki hak yang sama dengan kita semua?Kenapa seakan nilai bangsa Palestina lebih rendah dari kita?" jelas Retno.