Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terusir dari Tanah Pendudukan, Pemukim Utara Israel Tak Bisa Segera Kembali ke Rumah Mereka

Ratusan ribu warga pemukim Israel terusir dari tanah jajahan mereka di utara saat Hizbullah makin ganas mengancam.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Terusir dari Tanah Pendudukan, Pemukim Utara Israel Tak Bisa Segera Kembali ke Rumah Mereka
JALAA MAREY/AFP via Getty Images
Tentara Israel (IDF) mengambil posisi tempur di wilayah Galilea Atas, Israel utara dekat perbatasan dengan Lebanon pada 1 November 2023 [ 

Warga pemukim Israel disebut takut terjadi perang karena mereka memahami besarnya risiko yang ditimbulkannya, terutama setelah menyaksikan operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan kelompok milisi Perlawanan Palestina di Gaza.

Channel 13 melaporkan pada Jumat lalu kalau warga Israel di Utara sedang mengalami gangguan mental karena "dampaknya tidak terbatas pada situasi keamanan namun juga mencakup situasi psikologis dan ekonomi."

Menurut WSJ, operasi Hamas 7 Oktober bertajuk Banjir Al Aqsa telah membuktikan kalau pencegahan “saja tidak cukup,”.

Perang terbuka lintas perbatasan, tulis laporan, sejauh ini belum terjadi karena kedua belah pihak menyadari risiko hancur-hancuran bagi keduanya saat konflik terbuka pecah.

"Dan hal ini juga berlaku pada pemahaman lama kalau skenario saling menghancurkan telah menghalangi perang baru antara entitas pendudukan Israel dan Hizbullah Lebanon," tulis laporan tersbeut.

Baca juga: Ungkap Kelemahan Besar Israel, Mayor Jenderal IDF: Pasukan Radwan Hizbullah Bisa Acak-acak Haifa

Meluasnya eskalasi konflik dengan pejuang Hamas hingga Tank Merkava Israel bergerak ke posisi di utara Israel dekat perbatasan dengan Lebanon. Minggu (15/10/2023). (Jalaa MAREY/AFP)
Meluasnya eskalasi konflik dengan pejuang Hamas hingga Tank Merkava Israel bergerak ke posisi di utara Israel dekat perbatasan dengan Lebanon. Minggu (15/10/2023). (Jalaa MAREY/AFP) (AFP/JALAA MAREY)

Endus Gelagat Banjir Al Aqsa II

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan pejabat tinggi pemerintahannya telah berulang kali memperingatkan Israel agar tidak memperluas perang dengan Hizbullah.

Biden khawatir kalau Israel tidak akan mampu menangani kedua front dengan berperang melawan milisi Lebanon sementara tengah bertempur melawan milisi pembebasan Palestina di Gaza.

Baca juga: Cueki AS, Israel Mau Gempur Lebanon: Hizbullah Punya 150 Ribu Rudal, IDF Tak Siap Perang Multifront

Berita Rekomendasi

Dalam laporan sebelumnya, WSJ melaporkan kalau pejabat tinggi militer dan keamanan di Israel sejatinya bernafsu untuk melancarkan serangan “pencegahan” terhadap Lebanon dan Hizbullah, hanya beberapa hari setelah dimulainya operasi Perlawanan Gaza.

Namun, Biden secara pribadi turun tangan untuk menghentikan sekutu terdekat AS tersebut.

Biden mengambil langkah ini karena takut akan meluas menjadi perang regional.

Di sisi lain, Biden  juga merasa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu enggan dan memiliki pandangan yang sama untuk tidak meladeni Hizbullah.

Namun Israel rupanya tetap ngotot menggempur Hizbullah di Lebanon.

Baca juga: Ngebom Tanpa Izin AS, Israel Cuci Tangan: Kami Tak Targetkan Hizbullah, Hamas: Pengecut!

Tentara Israel berlari ke posisi selama latihan di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi pada 9 November 2023, di tengah meningkatnya ketegangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel ketika pertempuran berlanjut di selatan dengan militan Hamas di Jalur Gaza. (Jalaa MAREY / AFP)
Tentara Israel berlari ke posisi selama latihan di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi pada 9 November 2023, di tengah meningkatnya ketegangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel ketika pertempuran berlanjut di selatan dengan militan Hamas di Jalur Gaza. (Jalaa MAREY / AFP) (AFP/JALAA MAREY)

Secara rinci, saat itu Israel kemudian mengumumkan kalau mereka memiliki informasi yang “kredibel” kalau Hizbullah merencanakan serangan lintas batas serupa Operasi Banjir Al Aqsa Hamas.

Tokoh militer dan intelijen AS terkemuka, termasuk Direktur CIA William Burns dan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, kemudian segera menggelar pertemuan penting untuk membahas pernyataan Israel.

Setelah rapat tersebut, Washington menyimpulkan kalau mereka tidak akan mendukung tindakan berisiko tersebut, karena tidak sejalan dengan informasi intelijen mereka sendiri. 

(oln/wsj/almydn/*)
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas