Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penampakan Kota-kota di Ekuador Bak Kota Mati Usai Serangan Mematikan Gangster

Tentara turun ke jalan di beberapa kota di Ekuador ketika negara  Amerika Selatan tersebut dilanda kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Penampakan Kota-kota di Ekuador Bak Kota Mati Usai Serangan Mematikan Gangster
HO/IST
Tentara siaga di Guayaquil, Ekuador setelah gangster mematikan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tentara turun ke jalan di beberapa kota di Ekuador ketika negara Amerika Selatan tersebut dilanda kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Orang-orang bersenjata bertopeng menyerbu sebuah studio TV publik saat siaran langsung di kota Guayaquil dan bom diledakkan di seluruh Ekuador pada hari Selasa.

Lebih dari 130 staf penjara disandera oleh narapidana di lima penjara. Keadaan darurat selama 60 hari dimulai pada hari Senin setelah seorang gangster terkenal menghilang dari sel penjaranya.

Tidak jelas apakah serangan terhadap studio TV di kota terbesar di Ekuador itu terkait dengan hilangnya bos geng Choneros, Adolfo Macías Villamar atau Fito, begitu ia lebih dikenal.

Presiden Daniel Noboa mengumumkan keadaan darurat sebagai respons terhadap gelombang kerusuhan dan pelarian penjara baru-baru ini serta tindakan kekerasan lainnya yang oleh pihak berwenang dianggap dilakukan oleh geng kriminal.

Dia memerintahkan agar geng kriminal "dinetralisir" dan mengatakan bahwa "konflik bersenjata internal" terjadi di dalam negeri.

Pemerintah mengatakan kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap rencana Presiden Noboa untuk membangun penjara baru dengan keamanan tinggi bagi para pemimpin geng.

BERITA TERKAIT

Presiden mengatakan pada hari Rabu bahwa Ekuador akan mulai mendeportasi tahanan asing, terutama warga Kolombia, untuk mengurangi jumlah narapidana.

Esteban Torres Cobo, wakil menteri di pemerintahan Presiden Noboa, mengatakan perang terhadap geng bersenjata dapat mengakibatkan banyak kematian dan korban jiwa.

"Ini akan menjadi pertumpahan darah namun ini adalah perubahan yang kita perlukan untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Kita tidak bisa menunda keputusan ini selama bertahun-tahun, kita harus mengambil keputusan sekarang," katanya kepada program Newshour BBC, Kamis (11/1).

Baca juga: Presiden Ekuador Nyatakan Perang Lawan Kartel Narkoba

Dia mengatakan para pemimpin geng meminta mediasi tetapi “pemerintah tidak akan bernegosiasi dengan siapa pun.” Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat khawatir dengan situasi yang memburuk" dan "dampak yang mengganggu kehidupan warga Ekuador".

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan AS mengutuk keras serangan di Ekuador, sementara juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Washington berkomitmen untuk membantu mendukung keamanan dan kemakmuran bagi rakyat Ekuador.

Beberapa jam setelah serangan yang paling berani, Guayaquil seperti sebuah kota yang terbangun dari mimpi buruk yang aneh. Suasananya bak kota mati.

Meskipun situasi keamanan memburuk dalam beberapa tahun terakhir, hanya sedikit orang yang menyangka akan menyaksikan pembawa acara saluran televisi negara dengan pistol diarahkan ke kepalanya dalam siaran langsung.

Polisi telah melakukan 70 penangkapan sejak Senin, termasuk sebagai respons terhadap penyerbuan stasiun TV tersebut. Dampak dari serangan itu adalah mengirim orang untuk berlindung, bahkan sehari kemudian. Jalanan sebagian besar kosong pada hari kerja. Banyak yang mengatakan situasi tersebut mengingatkan mereka pada kehidupan di masa pandemi Covid.

Tentara siaga di Guayaquil, Ekuador setelah gangster mematikan.
Tentara siaga di Guayaquil, Ekuador setelah gangster mematikan. (HO/IST)

Ratusan tentara, termasuk tank, berpatroli di jalan-jalan Guayaquil dan ibu kota Quito. Di seluruh negeri, sekolah-sekolah tetap tutup dan pembelajaran dilakukan secara online.

Tiongkok, investor utama di Ekuador, juga mengumumkan penutupan sementara kedutaan dan konsulatnya.(BBC/France24)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas