Populer Internasional: Hizbullah Balas Kematian Arouri dan Tawil - Skandal Megakorupsi Ukraina
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya pertempuran antara Israel dan kelompok Hizbullah yang semakin memanas.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
Sebelumnya, perang Israel-Hizbullah pernah meletus tahun 2006 silam dan berakhir dengan kemenangan kelompok asal Lebanon itu.
Adapun saat ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memberikan sinyal bahwa dia berencana mengobarkan perang besar melawan Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon.
Sinyal perang itu, membuat khawatir AS yang menjadi sekutu dekat Israel. AS takut Israel malah membuat blunder.
Dilansir Sputnik News, media-media besar asal AS selama beberapa hari terakhir mengabarkan ketakutan AS itu.
“Para pejabat AS khawatir Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memperluas perang di Lebanon sebagai cara untuk mempertahanakan politiknya di tengah kritik di dalam negeri perihal kegagalan pemerintahnya mencegah serangan Hamas tanggal 7 Oktober,” demikiaan pernyataan The Washington Post
“Dalam pembicaraan privat, pemerintahan [Presiden AS Joe Biden] sudah memperingatkan Israel agar tidak melakukan eskalasi signifikan di Lebanon.”
3. Mesir Ancam Israel jika Berani Masuk ke Poros Philadelphia, Perbatasan Palestina
Mayor Jenderal Militer dan Strategis Mesir, Samir Farag, mengatakan poros Philadephia tidak hanya berada di wilayah Mesir.
Poros Philadelphia termasuk perbatasan di sisi Palestina sepanjang 14 kilometer.
Menurut Perjanjian Camp David (1978), Mesir dan Israel memberlakukan pembatasan jumlah dan kualitatif terhadap penempatan pasukan di kedua sisi, hingga Israel mundur dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Samir Farag menegaskan, jika Israel masuk ke poros Philadelphia maka itu adalah pelanggaran terhadap Perjanjian Camp David.
"Siapa pun yang melakukan celaan di dalam perbatasan Mesir akan dipotong kakinya dan pasukan kami siap untuk itu," kata Samir Farag, Selasa (9/1/2024).
"Jika Israel melanggar Camp David, saya katakan itu akan menjadi berkah dan kedok bagi kami. Kami akan melakukan apa yang kami inginkan di Sinai," lanjutnya.
Pernyataan Samir Farag muncul beberapa hari setelah pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Mantan Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, yang menekankan perlunya Israel mengendalikan poros Philadelphia.