William Lai Menangkan Pilpres Taiwan, Dibenci China
Lai, wakil presiden saat ini, berulang kali menghadapi serangan dari China, yang menyebutnya sebagai separatis berbahaya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Lai Ching-te atau William Lai, dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, berhasil memenangkan pemilihan presiden Taiwan, pada Sabtu (13/1/2024), meskipun ada seruan dari China untuk tidak memilihnya.
Lai yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden, bersaing dengan Hou Yu-ih dari Kuomintang yang konservatif (KMT) dan mantan Wali Kota Taipei, Ko Wen-je, dari Partai Rakyat Taiwan, yang baru didirikan pada tahun 2019.
Lai meraih 40,2 persen suara, menurut hasil parsial dari Komisi Pemilihan Umum Pusat, dikutip dari Al Jazeera.
Hasil tersebut dihitung dari 98 persen TPS di seluruh pulau, menurut penghitungan komisi, yang juga menunjukkan bahwa Hou tertinggal dengan raihan 33,4 persen suara.
Sadar tak akan bisa mengejar raihan suara Lai, Hou telah mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat kepada Lai atas kemenangannya.
Ia juga meminta maaf kepada pendukung KMT karena tidak bisa mengalahkan DPP.
Wen-je yang berasal dari partai yang lebih pun mengakui kekalahan.
“Saya ingin berterima kasih kepada rakyat Taiwan karena telah menulis babak baru dalam demokrasi kita,” kata Lai dalam pidato kemenangannya.
“Kami mengatakan kepada komunitas internasional bahwa antara demokrasi dan otoritarianisme, kami akan berpihak pada demokrasi.”
Pemilihan umum di Taiwan mempunyai arti yang sangat penting karena status politik wilayah tersebut.
Meskipun secara de facto Taiwan sudah merdeka sejak tahun 1940an, China masih mengklaim pulau tersebut dan wilayahnya.
Baca juga: Pemilu Taiwan: Antara Pengaruh Cina-AS dan Pandangan Pemilih Muda
China juga tak ragu menggunakan kekuatan untuk mencapai ambisinya.
William Lai disebut-sebut sebagai ancaman bagi perdamaian di wilayah tersebut jika ia menang.
Otoritas China juga menyebut pemilu tersebut sebagai pilihan antara perang dan perdamaian.