Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Populer Internasional: Netanyahu Tolak Permintaan Hamas - 64 Kapal Lolos Berlayar di Laut Merah

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya sebanyak 64 kapal lolos berlayar di Laut Merah asalkan tidak berafiliasi dengan Israel.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Populer Internasional: Netanyahu Tolak Permintaan Hamas - 64 Kapal Lolos Berlayar di Laut Merah
Kolase Tribunnews/AFP
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya sebanyak 64 kapal lolos berlayar di Laut Merah asalkan tidak berafiliasi dengan Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews.com di kanal Internasional dapat disimak di sini.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang di Gaza.

Soal konflik di Laut Merah, 64 kapal nyatanya bisa lolos berlayar selama tidak menunjukkan hubungannya dengan Israel.

Di Melbourne, akses bongkar muat kapal diblokir demonstran. Australia diperkirakan merugi miliaran dolar.

Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

1. Netanyahu Tolak Kesepakatan dengan Hamas untuk Akhiri Perang, Korban di Gaza Sudah Tembus 25.000

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak persyaratan yang diajukan oleh Hamas untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera, termasuk penarikan pasukan Israel dan membiarkan Hamas berkuasa di Gaza, CBC melaporkan.

Minggu (22/1/2024), ketika pesawat Israel kembali membom Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters, penolakan pemimpin Israel untuk mengakhiri serangan militer di Gaza berarti "tidak ada peluang bagi kembalinya para tawanan Israel."

BERITA REKOMENDASI

Israel menyatakan, perang terhadap Hamas setelah kelompok militan tersebut melancarkan serangan pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.100 orang dan diperkirakan 240 orang dibawa ke Gaza, menurut penghitungan Israel.

Israel membalas pengeboman besar-besaran dan invasi darat ke seluruh lingkungan di Gaza.

Operasi darat kini dipusatkan di Khan Younis dan pembangunan kamp-kamp pengungsi di Gaza tengah.

Sementara itu, Hamas telah menembakkan roket ke Israel.

Baca juga: AS Bantah Kapal Ocean Jazz Diserang Houthi, Diduga Memuat Senjata Untuk Israel

“Sebagai imbalan atas pembebasan sandera, Hamas menuntut diakhirinya perang, penarikan pasukan kami dari Gaza, dan membiarkan Hamas tetap utuh,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

“Saya menolak mentah-mentah syarat penyerahan dari Hamas,” ujarnya.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Nasib Apes, Pasukan Israel Berniat Serang Lebanon, tapi Malah Lebih Dulu Diserang Hizbullah

Hizbullah menyerang pasukan Israel yang sebenarnya sudah bersiap melancarkan serangan terhadap Hizbullah di Lebanon.

Serangan Hizbullah pada hari Selasa (22/1/2024), menargetkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang berada di baratk Zar’it.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan Hizbullah, pihaknya menyerang IDF dengan rudal. Dilaporkan ada korban luka dalam serangan itu.

Dikutip dari Al Manar, sebelumnya pada hari Minggu, Hizbullah juga menembakkan rudal di barak Biranit.

Kemudian, Hizbullah menyerang pos militer Ruweisat al-Qarn yang berada di wilayah Lebanon yang kini diduduki Israel.

Kelompok militan asal Lebanon itu selanjutnya menggempur pos militer Hadab al-Bustan.

Tak hanya itu, Hizbullah juga meluncurkan rudal ke arah permukiman Avivim di Israel untuk membalas serangan udara Israel ke permukiman warga sipil di Lebanon selatan.

BACA SELENGKAPNYA >>>

Baca juga: Ancam Serang Lebanon, Yoav Gallant: Israel Tak Mundur Meski Hizbullah Setop Tembaki Kami

3. 64 Kapal Lolos Berlayar di Laut Merah, Houthi: Asalkan Beri Pesan Tak Berhubungan dengan Israel

Kelompok Houthi Yaman telah meloloskan 65 kapal untuk berlayar di Laut Merah pada Minggu (21/1/2024).

Sebanyak 64 kapal berhasil lolos karena mengibarkan spanduk yang menolak hubungan apapun dengan Israel.

Anggota kelompok Houthi, Mohamed Ali al-Houthi, mengatakan itu merupakan solusi yang tepat untuk bebas berlayar di Laut Merah.

“Solusi paling sederhana yang memungkinkan kapal lewat dengan aman saat melintasi Laut Merah adalah dengan memasang tanda bertuliskan 'Kami tidak memiliki hubungan dengan Israel',” katanya, dikutip dari Anadolu Ajansi.

Dengan memakai spanduk ini di kapalnya, Houthi mengizinkan 64 kapal yang tidak berhubungan dengan Israel untuk melewati Laut Merah dengan selamat.

​​​​​​​“Solusi ini efektif karena 64 kapal berhasil melintasi laut dengan selamat sambil menaikkan rambu ini,” tambahnya.

Sebagai informasi, Houthi telah meluncurkan serangan kepada kapal-kapal yang diduga memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah sejak 9 Januari.

Houthi mengatakan tujuan mereka melakukan serangan pada kapal-kapal tersebut agar Israel menghentikan serangan di Gaza.

Namun dalam beberapa hari terakhit, Houthi mendapat serangan pembalasan dari AS dan Inggris.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Akses Bongkar Muat Kapal Israel di Melbourne Diblokir Demonstran, Australia Merugi Miliaran Dolar

Sekitar 4.000 demonstran pro-Palestina di Australia melakukan aksi turun ke jalanan, untuk memblokir akses kapal kargo berbendera Israel yang akan melakukan bongkar muat di pelabuhan Melbourne.

Aksi unjuk rasa ini merupakan kali kesekian yang dilakukan demonstran pro-Palestina asal Australia selama 15 minggu terakhir. Sambil membentangkan spanduk bertuliskan "halangi kapal Zim", para demonstran menyerukan kalimat hujatan agar kapal kargo Zim berbendera Israel meninggalkan pelabuhan.

Mohammed Helmy, salah satu penyelenggara demo, mengatakan blokade dimaksudkan untuk menekan pemerintah agar mengambil tindakan atas kekejaman yang terjadi di Gaza akibat agresi Israel.

“Tindakan tersebut telah memblokir pelabuhan sepenuhnya saat ini untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada pemerintah bahwa warga Melbourne tidak senang dengan kapal-kapal Zim yang dimuat dari pelabuhan Melbourne,” kata Helmy, Minggu (21/1/2023).

“Masyarakat ingin invasi di Gaza dihentikan, dan jika pemerintah tidak mau mengambil tindakan atau memberikan perhatian, maka kami akan memaksa mereka untuk memberikan perhatian,” imbuh Helmy dikutip dari Middle East Eye.

Sebelum aksi blokade dilakukan, unjuk rasa awalnya digelar di Perpustakaan Negara Bagian Victoria yang kemudian berlanjut ke jalan-jalan Melbourne dan Gedung Parlemen Australia.

Namun setelah demonstrasi terjadi selama berbulan-bulan, aksi protes damai yang disampaikan para demonstran tak kunjung didengarkan oleh pemerintah setempat. Alasan tersebut yang membuat pendung pro-Palestina geram hingga nekat memblokade kapal – kapal Israel di pelabuhan Melbourne.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas