Netanyahu Hadapi Tekanan Besar dari Warganya Usai Gagal Bawa Pulang Sandera, Kabinet Terpecah
Strategi militer di wilayah Palestina berada di bawah pengawasan ketat menyusul kematian 24 tentara Israel pada 22 Januari 2024.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Netanyahu Hadapi Tekanan Besar dari Warganya Usai Gagal Bawa Pulang Sandera, Kabinet Terpecah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/perdana-menteri-israel-benjamin-netanyahu-_ok.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kini sedang dihadapkan pada tekanan besar pasca gugurnya sejumlah pasukan Israel di medan perang dan meningkatnya protes atas kegagalannya membawa kembali sandera.
Strategi militer di wilayah Palestina berada di bawah pengawasan ketat menyusul kematian 24 tentara Israel pada 22 Januari 2024, yang merupakan kerugian satu hari terbesar Israel sejak serangan darat di Gaza yang dimulai pada akhir Oktober lalu.
Di antara mereka yang gugur adalah 21 tentara cadangan, yang tewas dalam satu insiden.
Baca juga: Sekjen PBB: Penolakan Israel Atas Solusi Dua Negara Jadi Amunisi Baru Perlawanan untuk Palestina
Emmanuel Navon, dosen di Universitas Tel Aviv, mengatakan hilangnya pasukan “memengaruhi semua orang, karena hampir semua orang di negara ini memiliki putra atau saudara laki-laki atau kerabat (yang berperang di Gaza)”.
“Warga Israel sekarang akan semakin bertanya, apa strategi Netanyahu ke depan?. Apakah kita benar-benar terus melanjutkan sampai kita menghabisi Hamas?,” kata Navon.
Pada saat yang sama, perpecahan muncul di kabinet perang Netanyahu menyusul protes di Tel Aviv dan di luar rumahnya di Yerusalem, di mana kerabat para sandera mengadakan unjuk rasa pada tanggal 22 Januari 2024 sambil meneriakkan “semua orang dan sekarang” untuk mendesak kembalinya para tawanan.
“Suasana hati kabinet perang saat ini sangat buruk,” kata Julia Elad-Strenger, dosen di Universitas Bar-Ilan dekat Tel Aviv.
Janji Netanyahu yang teguh untuk melenyapkan kelompok militan Palestina Hamas sebagai respons terhadap serangan 7 Oktober 2023 semakin dipandang dalam Kabinet sebagai tindakan yang tidak sejalan dengan pemulangan sandera yang ditahan di Gaza.
Kabinet Perang Terpecah
Dua anggota Kabinet perang yang beranggotakan lima orang, Benny Gantz dan Gadi Eisenkot, menolak pendirian Netanyahu bahwa hanya tekanan militer terhadap Hamas yang akan memungkinkan kembalinya sandera.
“Menurut Netanyahu tidak akan ada kemenangan jika Hamas tetap berdiri, menurut Gantz dan Eisenkot tidak akan ada kemenangan jika sandera hilang,” kata Profesor Reuven Hazan, seorang profesor ilmu politik di Universitas Ibrani Yerusalem.
Eisenkot, yang putranya tewas dalam pertempuran di Gaza, memberikan wawancara pekan lalu di mana ia memisahkan diri dari posisi yang telah lama dipegang Netanyahu.
“Tidak mungkin mengembalikan para sandera hidup-hidup dalam waktu dekat tanpa kesepakatan (dengan Hamas),” katanya kepada stasiun televisi Israel Channel 12.
Taktik untuk Tetap Berkuasa
Sementara itu, para ahli memperkirakan bahwa Netanyahu akan melanjutkan perang sebagai taktik untuk tetap berkuasa, bahkan ketika tekanan untuk mengubah haluan meningkat.
“Saya pikir dia telah mengambil keputusan untuk mempertahankan perang ini dan bukan hanya untuk kepentingan politiknya, tapi perang tanpa akhir adalah strateginya secara umum,” kata Mairav Zonszein, analis senior di International Crisis Group.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.