Dari Pengusiran ke Pulau Buatan Hingga Bom Nuklir, Rencana Kejam Israel untuk Ambil Alih Gaza
Aksi Israel secara eksplisit menyampaikan niat untuk mengusir seluruh penduduk wilayah Palestina yang terkepung. ICJ akan memutus gugatan pada Jumat
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
![Dari Pengusiran ke Pulau Buatan Hingga Bom Nuklir, Rencana Kejam Israel untuk Ambil Alih Gaza](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gaza-hancur-lebur-jabalia.jpg)
Laporan tersebut juga menyebutkan kemungkinan merelokasi penduduk ke kota-kota tenda sementara sebelum membentuk komunitas permanen di Sinai utara.
Baca juga: Penulis Zionis: Perbatasan Israel akan Meluas hingga Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai
Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi sangat menentang gagasan tersebut, sementara Amerika Serikat juga secara terbuka dan pribadi menyatakan penolakannya terhadap gagasan tersebut, dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken menyebutnya “tidak dapat dimulai.”
Presiden AS Joe Biden dan al-Sisi juga menekankan dalam diskusi bahwa warga Palestina di Gaza tidak boleh mengungsi ke Mesir atau negara lain.
Sehubungan dengan rencana Sinai, Campbell mengatakan hal itu “tidak boleh dilakukan,” baik bagi UE maupun AS, dan menambahkan bahwa “tidak ada pembenaran untuk hal ini.”
Pendudukan Lewat Pembangunan Pemukiman Yahudi
Para menteri Israel juga menyuarakan dukungan untuk membangun kembali pemukiman Yahudi di Gaza.
Israel telah mendirikan banyak pemukiman di Tepi Barat yang diduduki, yang tidak diakui oleh hukum internasional dan karenanya ilegal.
Israel belum memiliki pemukiman di Jalur Gaza sejak tahun 2005, namun Menteri Luar Negeri Katz mengutarakan gagasan tersebut dalam pidatonya baru-baru ini.
Dia mengatakan hal itu akan menjadi “pesan tegas kepada musuh-musuh kita yang kejam,” dan mengklaim bahwa sebagian besar masyarakat Israel setuju kalau “hanya pendirian pemukiman yang dapat menjamin keamanan.”
![Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di bandara Ben Gurion Tel Aviv pada 18 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Biden mendarat di Israel pada 18 Oktober, dalam kunjungan solidaritas menyusul serangan Hamas yang memicu pembalasan besar-besaran Israel. Ribuan orang, baik warga Israel maupun Palestina, tewas sejak 7 Oktober 2023, setelah militan Hamas Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, memasuki Israel selatan dalam serangan mendadak yang menyebabkan Israel menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza pada 8 Oktober. (Brendan SMIALOWSKI / AFP)](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/joe-biden-kunjungi-benjamin-netanyahu-di-tel-aviv-israel_20231018_203433.jpg)
Faktor AS
Campbell, akademisi Universitas Wina, mengatakan pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Netanyahu mungkin terdorong untuk bertindak cepat terhadap gagasan kontroversial tersebut karena pemilu AS yang akan datang.
Ada kemungkinan, “Netanyahu berspekulasi akan kepergian (lengsernya) Biden,” ujarnya, seraya menyebutkan reaksi AS yang tidak biasa terhadap beberapa tindakan Israel meskipun faktanya Israel sepenuhnya mendukung serangan brutal di Gaza.
“Mungkin, mantan Presiden AS Donald Trump akan kembali berkuasa,” katanya, seraya menekankan bahwa kemungkinan keluarnya Biden dari jabatannya mungkin menjadi katalis bagi tindakan Israel saat ini.
“Tapi tahukah Anda, Trump tidak dapat diprediksi,” tambahnya, sambil mengatakan kalau pengusaha yang kemudian menjadi presiden itu mungkin ingin menyesuaikan diri dengan “negara-negara Arab yang kaya di Teluk” ketika ia kembali berkuasa.
“Jadi, Netanyahu mungkin berpikir, 'Jika saya tidak cocok dengan Biden, dia tidak akan bertahan lama di kantornya.' Namun Trump mungkin tidak begitu tertarik untuk terlibat dalam konflik di Timur Tengah dan Israel. tidak terlalu mendukung pengiriman pasukannya ke sana,” Campbell menyimpulkan.
(oln/anadolu/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.