Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ogah Dukung Genosida Israel, Biden Pertimbangkan Rencana Untuk Setop Ekspor Senjata ke Tel Aviv

Konflik antara Israel dan Hamas yang kian memanas hingga memicu lonjakan korban jiwa, mendorong presiden Amerika Serikat

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ogah Dukung Genosida Israel, Biden Pertimbangkan Rencana Untuk Setop Ekspor Senjata ke Tel Aviv
Anadolu Agency
Pemandangan dari udara bangunan-bangunan yang hancur dan puing-puing di lingkungan Jabalia setelah serangan udara Israel di Kota Gaza, Gaza, pada 11 Oktober 2023. Pengeboman hebat yang dilakukan oleh pesawat tempur Israel telah mengubah banyak bangunan menjadi puing-puing di lingkungan Jabalia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Konflik antara Israel dan Hamas yang kian memanas hingga memicu lonjakan korban jiwa, mendorong presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mempertimbangkan rencana menghentikan ekspor senjata ke Israel.

Hal tersebut diungkap langsung oleh tiga pejabat Gedung Putih, usai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus mendesak pemerintahan AS agar segera mengirimkan senjata tambahan ke tentara Israel yang berada di jalur Gaza.

“Pejabat Israel terus meminta lebih banyak senjata kepada pemerintah AS, termasuk bom udara berukuran besar, amunisi, dan pertahanan udara,” ujar laporan yang diterbitkan pejabat Gedung Putih, dilansir dari Anadolu Ajansı.

Baca juga: Brasil: Israel Harus Patuhi Putusan Mahkamah Internasional, Hentikan Genosida di Gaza

“Namun pemerintah Amerika saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan memperlambat atau menghentikan pengiriman senjata ke Israel, dengan harapan hal itu akan menekan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar mengurangi serangan serta membuka koridor kemanusiaan di Jalur Gaza,” imbuhnya.

Belum diketahui apakah penangguhan ini akan disetujui para kongres AS, namun penangguhan pengiriman ekspor senjata diungkap pejabat Gedung Putih bersamaan dengan rilisnya hasil putusan sidang Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ) atas kasus genosida Israel di Gaza.

Dimana dalam persidangan yang dihadiri 16 dari 17 hakim yang di gelar di Istana Perdamaian Den Haag, Belanda itu, Israel dinyatakan bersalah lantaran gagal meyakinkan Mahkamah bahwa mereka tidak melanggar Konvensi Genosida.

Berita Rekomendasi

Para hakim ICJ memerintahkan Israel untuk mengambil semua langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah tindakan genosida saat berperang melawan Hamas di Jalur Gaza.

Dalam poin putusannya, ICJ juga meminta pasukan Israel agar tidak menghilangkan bukti-bukti terkait dugaan genosida serta membuka gerbang bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza. Israel akan diberi waktu selama 30 hari untuk memenuhi tuntutan.

Kendati Israel telah mendapat peringatan keras dari Mahkamah Internasional, namun selama akhir pekan kemarin Israel justru kembali melakukan serangan ke sejumlah wilayah di Gaza, hingga memicu lonjakan korban tewas mencapai 26.422 jiwa yang sebagian besar terdiri atas perempuan dan anak-anak.

Baca juga: Uni Afrika, Arab Saudi, dan Qatar Sambut Baik Putusan Mahkamah Internasional soal Genosida Israel

Tak sampai disitu, menurut laporan PBB serangan rudal Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza harus mengungsi dan hidup dalam keterbatasan lantaran kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

Alasan ini yang membuat AS pikir panjang untuk memasok persenjataan, karena tindakan pemerintah Amerika berpotensi besar memicu lonjakan korban jiwa sipil di Gaza.

Sebagai informasi sebelum penangguhan dilakukan, Amerika telah berulang kali kepergok mengirimkan pasokan senjata untuk pasukan Israel.

Seperti baru – baru ini Presiden Joe Biden diam – diam mengizinkan Gedung Putih untuk menggunakan aturan otoritas darurat agar dapat menjual sekitar 14.000 peluru tank M830A1 High Explosive Anti-Tank Multi-Purpose with Tracer (MPAT) 120mm ke Israel tanpa tinjauan kongres.

Hubungan mesra yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Israel bahkan membuat Washington rela mengirimkan bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta dolar pada awal Desember kemarin.

AS bahkan telah menjadi penyokong utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya. Tak tanggung – tanggung untuk membantu negara Israel melumpuhkan Hamas, setiap tahunnya negeri Paman Sam ini menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun.

Hal ini yang kemudian membuat Amerika mendapat banyak kritik pedas dari para aktivis hak asasi manusia. Mereka bahkan menyatakan keprihatinannya atas penjualan tersebut, mereka menyebut tindakan Amerika tidak sejalan dengan upaya Washington untuk menekan Israel agar meminimalkan korban sipil di Gaza.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas