Menhan Israel Sebut Gaza Bakal Mirip Tepi Barat, Tentara IDF Bebas Dar Der Dor Warga Palestina
niat Israel mengontrol Gaza secara militer berarti kebebasan tentara Israel (IDF) untuk melakukan operasi militer dan pembunuhan seperti di Tepi Barat
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Menhan Israel Sebut Gaza Bakal Mirip Tepi Barat, IDF Bebas Dar Der Dor Warga Palestina
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel berencana untuk langsung menduduki Jalur Gaza setelah perang melawan gerakan pembebasan Palestina, Hamas, selesai.
Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, Selasa (30/1/2024).
Dilansir TC, niat Israel untuk mengontrol Gaza secara militer berarti kebebasan kepada tentara Israel (IDF) untuk melakukan operasi militer dan pembunuhan terhadap warga Palestina seperti yang mereka lakukan sekarang di Tepi Barat.
Baca juga: Tentara Israel Bunuh Ratusan Warga Palestina di Tepi Barat, Netanyahu: Lanjutkan Sampai Menang Total
“Setelah perang, ketika perang usai, saya pikir sudah jelas bahwa Hamas tidak akan mengendalikan Gaza. Israel akan mengendalikannya secara militer dan tidak akan mengendalikannya secara sipil,” kata Gallant dalam sebuah pengarahan di kantornya di Tel Aviv, Israel.
Dia mencontohkan, kebebasan IDF melakukan operasi militer tersebut tergambar dari peristiwa baru-baru di mana pasukan khusus Israel menyerbu lantai tiga Rumah Sakit Ibnu Sina di Jenin.
Baca juga: Nyamar Jadi Dokter, Penampakan Pasukan Khusus Israel yang Tembak Warga Palestina di Rumah Sakit
“Ketika kita berbicara tentang kebebasan operasi militer, lihat apa yang terjadi malam ini di Jenin,” tambah Gallant, merujuk pada pembunuhan tiga warga Palestina di kota Tepi Barat pada Selasa pagi.
Pada insiden yang disebut milisi pembebasan Palestina itu sebagai aksi pengecut tersebut, Pasukan khusus Israel yang berpakaian seperti warga sipil menyerbu rumah sakit dan membunuh tiga pejuang perlawanan Palestina.
Menurut media Palestina, salah satu korban terluka dalam penggerebekan pada bulan Oktober dan menerima perawatan sementara yang lain mengunjunginya di rumah sakit.
“Ini adalah kebebasan operasi militer pada tingkat tertinggi, namun kami tidak mengontrol wilayah tersebut dalam arti sipil,” kata Gallant.
“Hal ini bisa dicapai [di Gaza juga], dan itu akan memakan waktu.”
Baca juga: Kabinet Perang Israel Tempur Beneran, Yoav Gallant Mau Serbu Kantor Netanyahu Bawa Brigade Golani
Ogah Bikin Warga Palestina Sejahtera
Komentar Gallant menunjukkan, dia ingin Israel menduduki Gaza sambil menghindari tanggung jawab negara pendudukan terhadap penduduk sipil Palestina sebagaimana diwajibkan dalam international humanitarian law (IHL) alias hukum kemanusiaan internasional.
IHL mencakup memastikan standar kebersihan dan kesehatan masyarakat yang memadai serta menyediakan makanan dan perawatan medis bagi penduduk yang berada di bawah pendudukan.
Israel telah menghancurkan rumah sakit dan sistem kesehatan di Gaza, sambil menerapkan blokade untuk membatasi masuknya makanan dan air.
IHL melarang pemindahan paksa penduduk secara kolektif atau individual dari dan di dalam wilayah pendudukan serta pemindahan penduduk sipil dari kekuasaan pendudukan ke wilayah pendudukan.
Baca juga: Pengusiran Warga Gaza Dimulai, Israel Tekan Mesir Terima Pengungsi dengan Imbalan Penghapusan Utang
Mengomentari masalah ini, Menteri Pertahanan Gallant mengatakan kepada para pejabat AS pekan lalu kalau ia dan militer Israel "tidak akan mengizinkan pembangunan kembali pos-pos atau pemukiman ilegal oleh pemukim Israel di Jalur Gaza," kata empat pejabat AS dan Israel kepada Axios.
Namun pada Minggu, 12 menteri dan 18 anggota parlemen dalam koalisi pemerintahan Israel berkumpul di sebuah konferensi untuk mempromosikan pengusiran paksa terhadap 2,3 juta warga Palestina di Gaza dan untuk membangun pemukiman Yahudi di daerah kantong tersebut.
Baca juga: Israel Gelar Resettlement Conference, Para Menteri Bersorak atas Rencana Perampasan Gaza
Tak lama setelah dimulainya perang pada bulan Oktober, sebuah dokumen bocor dari Kementerian Intelijen Israel yang menguraikan rencana untuk mengusir penduduk Gaza dengan dalih keprihatinan kemanusiaan.
Anggota gerakan pemukim Israel selama bertahun-tahun telah menganjurkan penaklukan kembali dan pemukiman kembali Gaza.
Pada tahun 2005, Perdana Menteri Israel saat itu Ariel Sharon memerintahkan pembongkaran blok pemukiman Gush Katif dan evakuasi pemukim Yahudi dari Gaza.
Baca juga: Dokumen Intelijen Israel Bocor: Mau Jadikan Warga Gaza Kaum Terusir di Tenda-Tenda Sinai Mesir
(oln/tc/*)