Suriah Sebut Serangan Udara AS Picu Konflik di Timur Tengah: Cara yang Sangat Berbahaya
AS melancarkan serangan udara ke puluhan lokasi di Irak dan Suriah yang digunakan oleh milisi dukungan Iran dan Garda Revolusi Iran.
Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
“Biarkan semua orang yang ingin menyakiti kita mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti orang Amerika, kami akan membalasnya," lanjut dia.
Biden dan para pemimpin penting AS lainnya telah mengatakan selama berhari-hari bahwa tanggapan Amerika tidak akan hanya berupa satu pukulan, melainkan “tanggapan berjenjang” dari waktu ke waktu.
Serangan AS terjadi selama sekitar 30 menit, dan tiga dari lokasi serangan berada di Irak dan empat di Suriah, kata Letjen Douglas Sims, direktur Staf Gabungan.
Komando Pusat AS mengatakan, serangan itu melibatkan lebih dari 125 amunisi presisi, dan amunisi tersebut dikirimkan oleh banyak pesawat, termasuk pembom jarak jauh B-1 yang diterbangkan dari Amerika Serikat.
Sims mengatakan, cuaca merupakan salah satu faktor ketika AS merencanakan serangan untuk memungkinkan AS memastikan bahwa serangannya tepat sasaran dan menghindari korban sipil.
Namun tidak jelas apakah anggota milisi terbunuh.
“Kami tahu bahwa ada militan yang menggunakan lokasi-lokasi ini, IRGC serta personel kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran,” kata Sims.
“Kami melakukan serangan malam ini dengan gagasan bahwa kemungkinan besar akan ada korban jiwa yang terkait dengan orang-orang yang berada di dalam fasilitas tersebut," jelasnya.
Baca juga: 18 Militan Pro-Iran Tewas usai Serangan Balasan AS Hantam Pangkalan di Suriah dan Irak
Sebagai informasi, media pemerintah Suriah melaporkan bahwa ada korban jiwa, namun tidak menyebutkan jumlahnya.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa 18 militan tewas dalam serangan di Suriah.
Juru bicara militer Irak, Yahya Rasool, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kota al-Qaim dan daerah di sepanjang perbatasan negara itu dengan Suriah telah terkena serangan udara AS.
Serangan tersebut, katanya, merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Irak dan melemahkan upaya pemerintah Irak.
Selain itu, serangan AS disebut menimbulkan ancaman yang akan membawa Irak dan wilayah itu mengalami konsekuensi yang tidak diinginkan.
Di sisi lain, Kirby mengatakan bahwa AS telah memperingatkan pemerintah Irak sebelum melakukan serangan.