TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berencana membanjiri terowongan dengan air laut, risiko apa saja yang dihadapi warga Palestina terkait hal ini?

Dikutip dari Al Jazeera, infrastruktur air di Gaza dan Tepi Barat sudah lama rapuh.

Setelah perang antara Israel dan Hamas meletus pada 7 Oktober 2023, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant memerintahkan “blokade total” terhadap Gaza.

Makanan dan air sangat sulit masuk ke Gaza terhitung sejak 9 Oktober 2023.

• Israel sudah lama kendalikan pasokan air ke wilayah pendudukan

Selama beberapa dekade, Israel telah mengendalikan pasokan air ke wilayah-wilayah pendudukan, memutus atau menyalakannya sesuka hati.

Warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki tidak diperbolehkan membangun sumur air baru atau instalasi air apa pun tanpa mendapatkan izin dari otoritas Israel - yang seringkali sulit dilakukan.

Bahkan warga yang mengumpulkan air hujan, di Tepi Barat tak luput dari pantauan.

• Infrastruktur air diserang Israel

Selain itu, tentara dan pemukim Israel menyerang infrastruktur yang memasok air ke warga Palestina.

Dikurung oleh tembok Israel di timur dan laut di barat, mendapatkan air yang bisa digunakan untuk minum, memasak, dan kebersihan di Jalur Gaza selalu menjadi hal yang lebih rumit.

• Paket air diimpor dari Mesir

Selama ini, penduduk di sana bergantung pada kombinasi tiga pabrik desalinasi air laut, tiga pipa yang mengalir langsung dari Israel.

Sejumlah sumur dan lubang bor yang mengalirkan air yang tidak diolah dari tanah, dan paket air yang diimpor dari Mesir.

Baca juga: Mungkinkan Banjiri Terowongan Pakai Air Laut Pengaruhi Pasokan Air Gaza? Ini Penjelasannya

• Kontaminasi limbah

Pada masa sebelum perang, sumber daya tersebut hampir tidak cukup untuk wilayah berpenduduk padat.

Yang menambah masalah adalah kontaminasi limbah.

Pemerintah Gaza biasanya menggunakan sekitar empat instalasi pengolahan air limbah untuk menjaga agar air tanah tidak bercampur dengan saluran pembuangan.