Pemimpin Senior Kataib Hizbullah Tewas dalam Serangan AS di Baghdad Irak
Serangan pesawat tak berawak menewaskan dan melukai beberapa orang, termasuk pejabat tinggi faksi Perlawanan Irak, Kataib Hizbullah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara yang menargetkan sebuah mobil yang sedang berjalan di timur Baghdad, Irak, menewaskan seorang pemimpin senior Kataib Hizbullah, Rabu (7/2/2024) malam waktu setempat.
Kataib Hizbullah adalah salah satu faksi yang beroperasi di bawah payung Perlawanan Islam di Irak.
Dilansir Al Mayadeen, Abu Baqer al-Saedi (Abu Bakir al-Saadi) atau yang juga dikenal dengan nama Abu Baqer Diyala, tewas.
Amerika Serikat mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Komando Pusat Amerika Serikat atau CENTCOM menyebut serangan itu merupakan serangan balasan atas kematian 3 tentara AS di Yordania pada 28 Januari lalu.
Sementara itu, warga Irak yang marah dengan agresi AS, berkumpul di lokasi serangan.
Mereka menentang kehadiran AS dalam bentuk apapun di wilayah tersebut, khususnya di Irak.
Upaya de-eskalasi Kataib Hizbullah
Akhir Januari lalu, Kataib Hizbullah sudah mencoba meredakan ketegangan dengan mengumumkan untuk tidak melakukan operasi lagi terhadap AS.
Upaya de-eskalasi Kataib Hizbullah diumumkan pada Selasa (30/1/2024) malam waktu setempat.
Dikatakan mereka tidak ingin mempermalukan pemerintah Irak, basis kelompok mereka.
Namun niat tersebut disambut dengan skeptisisme di Amerika Serikat.
Baca juga: Kataib Hezbollah Umumkan Tidak akan Serang Amerika Lagi setelah 3 Tentara AS Tewas di Yordania
Pentagon menuduh telah terjadi tiga serangan lainnya sejak kematian 3 tentara AS itu.
Berbicara pada hari Selasa (30/1/2024) lalu di Washington, DC, Presiden AS Joe Biden mengaitkan serangan tersebut dengan Iran.
“Saya menganggap mereka bertanggung jawab dalam artian mereka memasok senjata kepada pelakunya,” katanya.
Meski begitu, Biden menyatakan tidak menginginkan perang yang lebih luas di wilayah tersebut.
Tentang Kataib Hezbollah
Mengutip Al Jazeera, Kataib Hizbullah adalah elemen paling kuat dalam kelompok yang disebut Perlawanan Islam di Irak, yang telah melakukan lebih dari 150 serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah sejak 7 Oktober.
AS sejauh ini merespons serangan mereka dengan serangan udara dan menjatuhkan sanksi terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak, khususnya Kataib Hezbollah.
Dalam pernyataannya pada hari Selasa (30/1/2024), Sekretaris Jenderal Kataib Hizbullah Abu Hussein al-Hamidawi menyebut bahwa banyak sekutunya, khususnya Iran, sering menolak eskalasi terhadap pasukan pendudukan Amerika di Irak dan Suriah.
Mahmoud Abdelwahed dari Al Jazeera mengatakan pernyataan itu bertujuan untuk meringankan atau mengurangi beban yang dihadapi pemerintah di Irak sejak awal serangan ini.
Kelompok yang Didukung Iran
Kataib Hizbullah merupakan salah satu kelompok yang didukung Iran atau berafiliasi dengan Iran.
Namun, Iran sering mengatakan bahwa kelompok perlawanan selalu bertindak sendiri dalam menanggapi kejahatan Israel di Gaza.
"Kelompok perlawanan regional tidak menerima perintah dari Iran, dan Iran juga tidak berperan dalam keputusan mereka untuk melakukan operasi pembalasan demi membela rakyat Palestina," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kan'ani, Senin (29/1/2024) lalu, mengutip PressTV.
Lebih lanjut Nasser Kan'ani mengatakan, sejak awal serangan Israel ke Gaza pada awal Oktober lalu, Iran telah berulang kali memperingatkan bahaya perluasan ruang lingkup konflik di wilayah tersebut akibat serangan Israel yang terus berlanjut dan dukungan penuh AS terhadap Israel.
Kan'ani menekankan bahwa tekanan AS dan pelanggaran terus menerus terhadap kedaulatan nasional Irak dan Suriah serta serangan bom terhadap kelompok dan masyarakat Irak, Suriah dan Yaman telah memperburuk ketidakstabilan di kawasan itu.
Ia menekankan pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan.
Baca juga: Penyebab Kataib Hezbollah Stop Perangi Pasukan AS Meski Tetap Dukung Warga Gaza, Pilih Bertahan
Iran percaya bahwa mengakhiri serangan Israel di Gaza serta segera melakukan gencatan senjata dapat mempersiapkan landasan bagi pemulihan perdamaian di wilayah tersebut, kata Kan’ani.
“Iran memantau perkembangan di kawasan dengan kesiapan dan kewaspadaan dan tanggung jawab atas konsekuensi tuduhan provokatif terhadap Iran berada di tangan para pelaku klaim tidak berdasar tersebut,” tambahnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)