Pemimpin Hizbullah: Hanya Gencatan Senjata di Gaza yang akan Akhiri Serangan di Perbatasan Lebanon
Penembakan lintas batas ke Israel hanya akan berakhir ketika agresi Israel di Gaza berhenti, kata Hassan Nasrallah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa serangan lintas batas kelompoknya ke Israel hanya akan berakhir jika agresi Israel di Jalur Gaza berhenti, Aljazeera melaporkan.
Ia mengatakan bahwa upaya diplomatik sejauh ini untuk menghentikan permusuhan di sepanjang perbatasan Lebanon tampaknya hanya menguntungkan Israel.
Hizbullah melakukan baku tembak dengan militer Israel di perbatasan selatan Lebanon untuk mendukung sekutunya di Palestina, Hamas, sejak 7 Oktober 2023.
Nasrallah mengatakan pada hari Selasa (13/2/2024) bahwa kelompoknya hanya akan menghentikan baku tembak jika gencatan senjata penuh tercapai di Gaza.
“Pada hari itu, ketika penembakan berhenti di Gaza, kami akan menghentikan penembakan di wilayah selatan,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Ada kekhawatiran yang semakin besar akan konflik besar lainnya antara Israel dan Hizbullah, yang menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.
Nasrallah menambahkan bahwa jika Israel memperluas perang lebih jauh di Lebanon, kelompoknya akan melakukan hal yang sama.
Ia memperingatkan bahwa jika Israel memutuskan untuk melancarkan perang terhadap Lebanon, mereka yang mengungsi dari Israel utara tidak akan kembali.
Para pejabat Israel kemudian harus menyiapkan tempat penampungan, hotel, sekolah dan tenda untuk dua juta orang yang akan menjadi pengungsi, tambahnya.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk mencapai solusi diplomatik di Lebanon selatan.
“Israel akan bertindak secara militer untuk mengembalikan warga yang dievakuasi ke wilayah perbatasan utara jika tidak ada solusi diplomatik yang tercapai," katanya.
Baca juga: Perbatasan Lebanon-Israel Memanas, 3 Pejuang Hizbullah Jadi Korban Jiwa
Penembakan lintas batas antara militer Israel dengan Hizbullah telah menewaskan sekitar 200 orang di Lebanon, termasuk lebih dari 170 pejuang Hizbullah, serta 10 tentara Israel dan lima warga sipil Israel.
Seorang tentara Israel tewas, 8 terluka oleh serangan roket Hizbullah
Dalam perkembangan terbaru, setidaknya satu tentara Israel tewas, dan delapan lainnya terluka akibat rentetan roket yang ditembakkan oleh Hizbullah di kota Safad di Israel utara pada Rabu (14/2/2024) pagi, The New Arab melaporkan.
Jumlah itu merupakan jumlah terbesar dalam satu kali serangan Hizbullah yang diakui Israel.
Markas komando militer Israel utara terletak di Safad.
Rudal Hizbullah menempuh jarak 15 kilometer untuk menyerang Safad dan sasaran lainnya di Israel tanpa dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel.
Secara umum, Hizbullah telah menggunakan rudal anti-tank berpemandu yang terbang rendah untuk menghindari Iron Dome.
“Akibat peluncuran tersebut, seorang tentara IDF tewas dan beberapa tentara IDF lainnya terluka,” demikian pernyataan militer Israel.
Israel menambahkan bahwa mereka sudah mulai menargetkan sumber peluncuran rudal di Lebanon selatan.
Dewan perang Israel dilaporkan telah berkumpul untuk membahas kemungkinan tanggapan.
Serangan hari Rabu ini menyusul serangkaian pembunuhan yang ditargetkan terhadap para pemimpin Hizbullah dan pemboman udara yang intens di wilayah perbatasan di Lebanon selatan.
Pada Sabtu (10/2/2024), Israel menyerang pintu masuk sebuah masjid saat jamaah meninggalkan shalat Ashar di kota perbatasan Lebanon, Houla, menewaskan satu orang dan melukai 11 lainnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.