Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Video Aksi Para Pemukim Israel Bersorak Menghalangi Truk Bantuan Kemanusiaan yang Akan Masuk ke Gaza

Kondisi di Gaza pada saat ini makin memprihatinkan, Gaza masih dilanda kelaparan. Truk-truk yang akan membawa bantuan kemanusiaan tak bisa masuk.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Video Aksi Para Pemukim Israel Bersorak Menghalangi Truk Bantuan Kemanusiaan yang Akan Masuk ke Gaza
Tangkapan layar Twitter
Pemukim Zionis yang tidak bersenjata memblokir masuknya truk kemanusiaan yang membawa bantuan ke Jalur Gaza. Kondisi ini membuat kondisi di Gaza semakin memprihatinkan, dengan terbatasnya makanan yang masuk ke sana. Sementara ruang gerak mereka terkepung oleh tentara Israel. 

Adwan menambahkan, kualitas bantuan tetap sama, “sebatas daging kaleng, selimut, tenda, sebagian bahan pembersih, sebagian obat-obatan dan perbekalan kesehatan,” ujarnya.

Juru bicara Otoritas Penyeberangan dan Perbatasan menekankan bahwa 70 persen pasokan medis yang masuk ke Gaza tidak diperlukan saat ini, dan menyoroti obat-obatan untuk virus COVID-19 sebagai salah satu contohnya.

Senada dengan itu, Program Pangan Dunia PBB (WFP) telah memutuskan untuk menangguhkan pengiriman makanan ke Jalur Gaza bagian utara “sampai kondisi tersedia yang memungkinkan distribusi yang aman.”

“Keputusan untuk menghentikan pengiriman ke bagian utara Jalur Gaza bukanlah keputusan yang mudah, karena kita tahu hal ini berarti situasi di sana akan semakin memburuk dan lebih banyak orang berisiko meninggal karena kelaparan,” kata WFP dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

Kemudian dalam pernyataannya, organisasi PBB tersebut mengakui bahwa “Makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan penyakit merajalela, membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan malnutrisi akut. Orang-orang sudah sekarat karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kelaparan.”

Kantor Media Pemerintah Gaza meminta organisasi PBB tersebut membatalkan keputusan ini, dengan mengatakan bahwa keputusan tersebut “sama dengan hukuman mati bagi 750.000 orang, yang memperburuk situasi kemanusiaan.”

(Sumber: X, The Cradle)

BERITA REKOMENDASI
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas