Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

'Politik gotong royong' Jokowi dikhawatirkan berujung pada pemerintahan Prabowo rasa Orde Baru - 'Hindari parlemen semu'

Jokowi sebagai "jembatan" diperkirakan akan terus bergerilya mencari koalisi baru dari lawan-lawan politiknya. Namun sejumlah analis…

zoom-in 'Politik gotong royong' Jokowi dikhawatirkan berujung pada pemerintahan Prabowo rasa Orde Baru - 'Hindari parlemen semu'
BBC Indonesia
'Politik gotong royong' Jokowi dikhawatirkan berujung pada pemerintahan Prabowo rasa Orde Baru - 'Hindari parlemen semu' 

Di periode pertamanya pada 2014-2019, Jokowi berhasil memperbesar koalisinya di tengah jalan dengan memasukkan Partai Golkar, PPP, dan PAN ke pemerintahan.

Sementara itu, di periode keduanya pada 2019-2024, Jokowi tercatat menggandeng Gerindra dan PAN, bahkan memasukkan pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno yang menjadi pesaingnya di pemilihan presiden lima tahun silam ke kabinet.

Dari sana, koalisi partai pendukung pemerintahan Jokowi berhasil menguasai 81,9% kursi di parlemen.

Bila koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran bisa mendominasi parlemen, akan lebih mudah untuk melanjutkan program-program besar Jokowi seperti pemindahan ibu kota negara serta menjalankan program-program baru seperti makan siang gratis di sekolah, kata Silvanus Alvin, pengamat politik dari Universitas Multimedia Nusantara.

"Tentu seandainya semua menjadi koalisi atau terjadi kondisi tanpa oposisi, maka sistem checks and balances bisa hilang," kata Alvin. "Ini tidak baik bagi demokrasi di Indonesia."

Aisah Putri Budiatri, peneliti di Pusat Riset Politik BRIN, mengatakan Indonesia tidak perlu mengulangi situasi yang sama seperti di era Orde Baru yang dipimpin presiden otoriter Soeharto.

Saat itu, kata Aisah, muncul "parlemen semu" yang membuat fungsi checks and balances tidak berjalan dengan semestinya.

Berita Rekomendasi

"Demokrasi yang kita harapkan kan demokrasi substantif, tidak hanya prosedural. Jadi, lupakanlah kejadian-kejadian Orde Baru dan jangan ditiru pembentukan parlemen semu," kata Aisah.

"Salah satu [ciri] pembentukan parlemen semu itu ya kalau koalisinya terlalu besar dan hanya menyisakan sedikit oposisi, karena kelompok oposisi itu nggak akan terlalu efektif juga pada akhirnya untuk melakukan checks and balances itu."

Saat kekuatan oposisi di parlemen lemah, kata Ujang, harapan untuk mengawal demokrasi jatuh pada gerakan politik ekstra-parlementer yang dimotori masyarakat sipil, termasuk akademisi, para ahli, mahasiswa, dan buruh.

"Biasanya, untuk menjaga dan mengawal proses demokrasi ini, kalau kekuatan oposisinya lemah di parlemen, itu diambil alih oleh kekuatan ekstra-parlementer," kata Ujang.

"Untuk demokrasi, ya ini harus kita kawal."

Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas