Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Petinggi HAM PBB: UNHCR Minta Bukti Perempuan Israel Diperkosa Hamas, Tel Aviv Tak Merespons

Lembaga PBB, UNHCR menyatakan Israel menolak akses buat mereka untuk memantau dan mendokumentasikan tuduhan penyerangan oleh Hamas ke Perempuan Israel

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Petinggi HAM PBB: UNHCR Minta Bukti Perempuan Israel Diperkosa Hamas, Tel Aviv Tak Merespons
tangkap layar twitter
BOMBARDEMEN ISRAEL - Foto dari ketinggian yang menunjukkan kehancuran di satu sudut di Jalur Gaza Palestina yang hancur karena bombardemen tanpa pandang bulu Israel. 

Petinggi HAM PBB: UNHCR Minta Bukti Perempuan Israel Diperkosa Hamas, Tel Aviv Tak Merespons

TRIBUNNEWS.COM - Volker Türk, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Jumat (23/2/2024) mengungkapkan kalau pihak berwenang Israel belum menanggapi permintaan izin UNHCR untuk memantau dan mendokumentasikan laporan pelecehan seksual terhadap perempuan Israel saat penyerangan Hamas dalam Operasi Banjir Al-Aqsa, 7 Oktober 2023 silam.

Dalam laporannya, UNHRC mengutip adanya tuduhan Israel atas pemerkosaan, kekerasan seksual, dan serangan terhadap perempuan dan anak perempuan oleh Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.

Baca juga: Standar Ganda AS di ICJ Soal Pemerkosaan: Israel Cukup Kata Pakar, Palestina Butuh Bukti Indepanden

"Laporan tersebut tidak memberikan bukti atau konfirmasi apa pun atas pernyataan Israel," kata laporan Al-Mamlaka TV.

Studi tersebut juga menyatakan, Israel membentuk komite sipil non-pemerintah Israel untuk menyelidiki tuduhan kejahatan terhadap perempuan dan anak-anak untuk mendokumentasikan kekerasan berbasis gender terhadap mereka.

"Meskipun ada permintaan berulang kali dari UNHCR, pihak berwenang Israel menolak akses untuk memantau dan mendokumentasikan tuduhan-tuduhan ini," kata laporan itu.

Baca juga: Ben-Gvir: Kami Akan Terus Persenjatai Sipil Pemukim Israel, Tak Ada yang Namanya Bangsa Palestina

Lebih jauh lagi, pemerintah dan media Israel menuduh Hamas memenggal kepala anak-anak dan melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan, meskipun Hamas membantah tuduhan tersebut.

Berita Rekomendasi

"Sebaliknya, malah banyak film yang beredar yang memperlihatkan anggota Hamas bersikap ramah terhadap anak-anak, memperlakukan mereka dengan bermartabat dan hormat," tambah laporan itu.

Pada Oktober 2023, Salem Awais, juru bicara UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, menyatakan, "Tidak ada bukti pemenggalan kepala anak-anak Israel atau pembakaran anak-anak di Israel oleh Hamas."

Baca juga: Informasi A1, Pakar di PBB: Perempuan Palestina Ditelanjangi, Diperkosa, Dieksekusi Militer Israel

Warga Palestina membawa korban pemboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 7 November 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Warga Palestina membawa korban pemboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 7 November 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Mahmud HAMS / AFP)

Pelanggaran Israel terhadap Palestina

Mengenai kebijakan Israel, laporan UNHCR menekankan peningkatan jumlah penangkapan yang dilakukan oleh IOF setelah tanggal 7 Oktober.

Dikatakan bahwa penangkapan tersebut disertai dengan “pemukulan, penganiayaan, dan penghinaan terhadap perempuan dan laki-laki Palestina, termasuk kekerasan seksual seperti menendang organ genital dan ancaman pemerkosaan."

Laporan tersebut juga menekankan konfirmasi dari kesaksian para korban dan saksi mata, serta rekaman video yang diunggah oleh tentara IDF di jaringan media sosial.

Baca juga: Matinya Kemanusiaan, Sakit Jiwanya Tentara Israel Bagikan Video Gembira Penyiksaan Warga Palestina


Rekaman-rekaman ini menunjukkan penganiayaan terhadap warga Palestina, termasuk tawanan laki-laki yang direkam atau difoto dalam keadaan telanjang atau berpakaian sebagian, mata ditutup, diborgol, dan menjadi sasaran kekerasan fisik dan penghinaan yang dilakukan oleh tentara IDF.

Menurut artikel tersebut, para pejabat Israel telah memenjarakan setidaknya 4.000 warga Palestina dari Gaza yang tinggal di Israel dan terisolasi dari dunia luar setelah mencabut perawatan medis dan izin kerja mereka pada 11 Oktober.

Para tahanan di penjara Israel menghadapi kondisi yang mengerikan, termasuk ancaman pemerkosaan. , kurangnya pakaian dan akses ke toilet, serta pembatasan makanan dan air.

Keluarga dan orang-orang terkasih tidak mengetahui apa pun selama berminggu-minggu mengenai kondisi para tahanan.

(oln/almlk/jn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas