Gaza Kian Memburuk, Bayi Gunakan Popok dari Kresek, Terpaksa Minum Sari Kurma Untuk Cegah Lapar
Para pengungsi harus putar otak demi bisa bertahan hidup, salah satu dengan memakaikan celana plastik kresek untuk para bayi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Boikot akses bantuan kemanusian yang dilakukan militer Israel, memaksa para pengungsi harus putar otak demi bisa bertahan hidup.
Seperti yang dilakukan Inas Al-Masry, salah satu ibu di Gaza yang terpaksa memakaikan celana plastik kresek untuk bayi- bayi mereka.
Hal tersebut dilakukan Inas Al-Masry dan para ibu di Gaza lainnya, lantaran harga popok terus mengalami kenaikan tajam.
Dimana per satu bungkus popok kini dibanderol dengan harga 200 shekel atau sekitar Rp 850 ribu.
“Setidaknya kami membutuhkan satu bungkus popok setiap pekannya, namun kami tak sanggup membeli popok karena satu bungkusnya tembus mencapai 200 shekel,” jelas Inas Al-Masry dikutip dari Youtube Hindustan Times.
Lonjakan harga ini yang membuat para ibu di Gaza harus memakaikan bayi mereka dengan celana yang terbuat dari kantong kresek sebagai pengganti popok.
Selain dari kantong kresek, para ibu Gaza juga memanfaatkan limbah APD Covid-19 yang telah didaur ulang untuk membuat popok plastik.
Bayi di Gaza Konsumsi Kurma
Tak hanya krisis popok, akibat boikot yang dilakukan Israel kini 1,7 pengungsi di Gaza mulai dilanda krisis bahan pangan akut hingga sebagian besar ibu hamil dan menyusui mengalami gizi buruk.
Fakta ini diungkap oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional ActionAid.
Adapun lonjakan gizi buruk yang menimpa ibu hamil dan menyusui mulai terjadi pasca Israel melakukan blokade bantuan pangan yang akan dikirimkan ke wilayah Gaza.
Baca juga: WFP: Konvoi Bantuan Pangan untuk Gaza Utara Dihalangi Pasukan Israel
Akibatnya para ibu hamil dan menyusui mengalami gizi buruk dan kekurangan cairan, sehingga tak bisa menyusui bayinya dengan baik.
“Seluruh penduduk dunia mengalami kelaparan, namun ibu hamil dan menyusui yang paling menderita. Kisah-kisah yang kami dengar sungguh mengerikan,” Riham Jafari, Koordinator Advokasi dan Komunikasi di ActionAid Palestine, dikutip dari Al Arabiya.
Untuk mencegah bayi-bayi mengalami kelaparan, Seorang ibu pengungsi Palestina bernama Warda Mattar yang tinggal di kamp pengungsi Al-Nuseirat, sebelah utara Deir al-Balah terpaksa memberikan kurma pada bayinya.
Agar bayinya yang berusia dua bulan bisa menghisap sari kurma, Mattar membungkus kurma tersebut dengan kain kasa.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.