Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza Gagal Menjelang Ramadhan, Hamas: Kami Terus Berusaha
Hamas menyebut, meski kesepakatan gencatan senjata di Gaza gagal menjelang Ramadhan, mereka tetap terus berusaha agar bisa segera mengakhiri agresi.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Kesepakatan gencatan senjata di Gaza berakhir gagal setelah tiga hari negosiasi dengan Hamas.
Perundingan yang dilakukan di Kairo, Mesir mengalami kebuntuan setelah Hamas menolak tawaran untuk membebaskan sekitar 100 sandera dan 30 sandera lainnya.
Meski begitu, Hamas akan terus berusaha untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel menjelang Ramadhan.
"Kami menunjukkan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencapai penghentian komprehensif agresi terhadap rakyat kami, namun pendudukan masih menghindari hak perjanjian ini," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Rabu (6/3/2024), dikutip dari Arab News.
Para perunding dari Hamas, Qatar, dan Mesir – namun bukan Israel – berada di Kairo untuk mencoba mencapai gencatan senjata selama 40 hari.
Sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden pada Selasa (5/3/2024) mengatakan Hamas berhak menerima kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan sandera Israel.
Kesepakatan yang diberikan kepada Hamas, yakni pembebasan para sandera dan bantuan ke Gaza yang akan ditingkatkan demi menghindari kekurangan gizi akut.
AS pada hari Selasa telah merevisi pernyataan dalam rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mendukung "gencatan senjata segera yang berlangsung sekitar enam minggu di Gaza, bersamaan dengan pembebasan semua sandera".
Revisi ketiga dari rancangan undang-undang tersebut, kini mencerminkan pernyataan blak-blakan Wakil Presiden AS Kamala Harris yang menyerukan Israel untuk berbuat lebih banyak guna meringankan "bencana kemanusiaan" di Gaza.
Pembebasan sandera yang sakit, terluka, lanjut usia, dan perempuan akan menghasilkan gencatan senjata segera di Gaza setidaknya selama enam minggu.
"Fase pertama gencatan senjata ini juga akan memungkinkan gelombang bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza, dan memberikan waktu dan ruang untuk menjamin pengaturan yang lebih langgeng dan ketenangan yang berkelanjutan," kata Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Hari ke-152 Perang Israel-Hamas, Zionis Halangi Konvoi Bantuan Kemanusiaan
Sebelumnya di Beirut, pejabat Hamas Osama Hamdan mengulangi tuntutan utama kelompoknya: diakhirinya serangan militer Israel, penarikan pasukan Israel, dan kembalinya seluruh warga Gaza ke rumah-rumah yang terpaksa mereka tinggalkan.
Dia mengatakan pertukaran tahanan tidak dapat dilakukan kecuali setelah gencatan senjata.
Israel hanya menginginkan jeda dalam upaya untuk mengeluarkan sandera dari Gaza dan memberikan lebih banyak bantuan, dan bersikeras bahwa mereka tidak akan mengakhiri konflik sebelum Hamas "dilenyapkan".