Pesawat SU-34 Berjatuhan Dirudal Ukraina, Rusia Takut Kerahkan Jet Tempur Siluman di Garis Depan?
Jika klaim itu benar, lebih dari selusin jet pembom Fullback diduga telah ditembak jatuh oleh Ukraina hanya dalam waktu dua minggu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Namun, pesawat tersebut tidak pernah dikirim untuk misi terbang di atas Ukraina. Sejauh ini belum ada laporan penampakan pesawat Su-57 yang terverifikasi di Ukraina.
Dalam pembaruan intelijen sebelumnya, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, “Rusia kemungkinan besar akan memprioritaskan menghindari kerusakan reputasi, mengurangi prospek ekspor, dan kompromi terhadap teknologi sensitif yang akan timbul jika ada kerugian.”
Pernyataan ini didukung secara luas oleh para pengamat militer dan pakar perang di seluruh dunia.
Su-57 merupakan pesawat tempur multiperan generasi kelima dengan mesin ganda, yang digambarkan oleh Rusia sebagai kompetitor F-35, jet tempur yang banyak digunakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya di seluruh Eropa dan Asia.
Moskow memproyeksikan Su-57 sebagai pesawat siluman yang dirancang untuk mendeteksi dan menghilangkan target udara, permukaan, dan darat menggunakan senjata berpemandu.
Bahkan, pesawat ini juga dapat berfungsi sebagai pos komando untuk mengoordinasikan berbagai elemen angkatan udara dalam sebuah misi peperangan.
SU-57 dilengkapi dengan rudal jelajah Kh-59MK2, yang dimaksudkan untuk menyerang sasaran darat, dan rudal udara-ke-udara R-77M, untuk menghancurkan sasaran udara jarak jauh.
Meskipun demikian, belum ada Su-57 yang diberi tanggung jawab untuk melakukan serangan udara atau darat di Ukraina.
Hal ini memberikan kesan bahwa Angkatan Udara Rusia kurang percaya pada kemampuan silumannya dan telah memperhitungkan risiko jangka pendek dan jangka panjang jika pesawat tersebut ditembak jatuh atau disita oleh lawan.
Misalnya saja, klaim intersepsi dan penembakan rudal hipersonik Kinzhal dan Zircon milik Rusia, yang diproyeksikan tidak akan terkalahkan dan tidak dapat dihancurkan, telah membuat para pemimpin Rusia merasa malu.
Ketika ditanya mengapa Rusia enggan mengerahkan pesawat tersebut, Mantan pilot MiG-25 Angkatan Udara India (IAF) Kapten Grup Johnson Chacko, dalam wawancaranya dengan Eurasian memberikan analisanya.
"Su 57 adalah pesawat tempur tercanggih yang dimiliki Rusia. Apakah ada kebutuhan untuk menggunakannya? Apakah target tersebut layak untuk dipertaruhkan pada Su 57? Siluman tidak berarti bahwa ia kebal terhadap deteksi oleh semua radar dalam spektrum frekuensi dan mode operasi penuh. Penggunaan Su 57 secara operasional akan mengungkap sistem dan potensinya. Itu akan berguna bagi NATO nantinya."
"Penggunaan sistem senjata apa pun yang memancarkan radiasi EM akan mengungkap karakteristik radiasi tersebut, yang dapat digunakan musuh untuk membuat sistem tersebut tidak efektif. Menggunakan Su 57 sekarang mungkin membuatnya tidak efektif dalam perang yang lebih besar dengan NATO,” tambahnya.
Amerika, misalnya, membantah klaim Rusia tentang pengembangan pesawat siluman operasional.