Kapal Bantuan Gaza dari Jalur Baru Siprus Diberangkatkan, Bawa 200 Ton Bahan Pangan
Perjalanan perdana ini dianggap sebagai misi uji coba misi kapal "Open Arms" seharusnya awalnya berangkat dari Larnaka pada hari Jumat (8/3/2024) lalu
Penulis: Bobby W
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Setelah sempat tertunda cukup lama, lajur baru untuk bantuan pangan ke Gaza resmi dioperasikan pada Selasa (12/3/2024).
Kapal yang selama hampir sebulan berlabuh di Siprus ini akhirnya berlayar menuju Gaza, membawa hampir 200 ton bantuan dalam proyek uji coba untuk membuka jalur laut baru untuk berikan bantuan ke Palestina.
Dikutip Tribunnews dari Guardian, proyek ini diketahui mulai berjalan melalui diunggahnya sebuah video yang menunjukkan kapal bernama "Open Arms".
Kapal amal, Open Arms, terlihat berlayar keluar dari pelabuhan Larnaca di Siprus, menarik sebuah tongkang yang berisi sekitar 200 ton tepung, beras, dan protein.
Pejabat pemerintah di Siprus telah mengatakan bahwa waktu pasti keberangkatan kapal tidak akan diumumkan karena alasan keamanan.
Kapal tersebut menarik sebuah tongkang yang berisi tepung, beras, dan protein serta air dan obat-obatan - persediaan yang sangat dibutuhkan di jalur pesisir yang terkepung.
Misi ini, sebagian besar didanai oleh Uni Emirat Arab, namun diorganisir oleh badan amal berbasis di Amerika Serikat (AS) yakni, World Central Kitchen (WCK).
Sementara itu, badan amal Spanyol, Proactiva Open Arms, jadi pihak yang menyediakan armada kapal bantuan tersebut.
Pendiri WCK, José Andrés didampingi kepala eksekutifnya, Erin Gore, membenarkan kabar dibukanya rute bantuan baru tersebut
"Tujuan kami adalah untuk membentuk jalur laut dari kapal dan tongkang yang dipenuhi dengan jutaan makanan yang terus-menerus menuju Gaza." ungkap Jose.
Perjalanan sejauh 210 mil lewat laut ini biasanya memakan waktu sekitar 15 jam, namun pejabat setempat mengatakan bahwa tongkang tarik yang berat bisa membuat perjalanan tersebut menjadi jauh lebih lama, sekitar 50 jam.
Baca juga: 2.000 Tenaga Medis di Gaza Utara Jalani Puasa Ramadhan Tanpa Sahur dan Buka
Perjalanan perdana ini dianggap sebagai misi uji coba misi kapal "Open Arms" seharusnya awalnya berangkat dari Larnaka pada hari Jumat (8/3/2024) lalu, sebelum diundur hingga hari Selasa ini.
Pihak Open Arms sendiri menyebut, keterlambatan tersebut disebabkan oleh "alasan teknis".
Pada Senin malam, media Siprus Yunani juga melaporkan bahwa molornya pengerjaan pembangunan dermaga untuk merapatnya kapal ditengarai jadi faktor utama keterlambatan.
Jalur Baru Bebas "Gangguan" Israel
Pelayaran jalur baru dari Siprus ini sendiri dilakukan karena dalam bantuan-bantuan untuk Gaza sebelumnya kerap "diganggu" oleh Israel.
Sebelumnya, Israel dituding telah berkali-kali melakukan "sabotase" moda transportasi yang digunakan untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan bagi populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang.
PBB sebelumnya juga mengatakan, setelah lima bulan perang, seperempat dari penduduk di wilayah Palestina yang terkepung Israel kini berada di ambang kelaparan.
Mirisnya, berbagai upaya lembaga kemanusiaan untuk memberikan bantuan ke tempat yang paling dibutuhkan di Gaza ini selalu terhambat oleh banyak hal.
Penghambat yang ada tersebut, terjadi akibat kombinasi rintangan logistik, keruntuhan ketertiban umum, dan birokrasi panjang dan bertele-tele yang diberlakukan oleh Israel untuk menghambat pasokan bantuan.
Sementara itu, Komando Pusat Militer AS mengatakan sebuah kapal militernya dalam perjalanan dengan muatan peralatan yang dibutuhkan untuk pembangunan struktur dermaga terapung di Gaza pada Minggu (11/3/2024).
Pejabat pertahanan AS mengatakan Brigade Transportasi ke-7, yang berbasis di Pangkalan Gabungan Langley-Eustis di Virginia, mulai mengumpulkan peralatan dan perahu Joint Logistics Over The Shore.
Pihak AS juga melakukan pembangunan pelabuhan sementara fima mengirimkan bantuan melalui udara di tengah ancaman kelaparan di Gaza.
Badan bantuan menyebut, penyaluran bantuan makanan melalui udara yang dilakukan AS tidak cukup untuk menenangkan krisis pangan di Gaza, yang terkepung blokade Israel.
Pentagon mengatakan, pembangunan pelabuhan sementara di Gaza bisa memakan waktu kurang lebih 60 hari dan melibatkan lebih dari 1.000 tentara Amerika.
Pihak Pentagon juga mengaku, belum menentukan bagaimana sistem dermaga terapung itu.
Saat ini, Pentagon masih berdiskusi dengan mitranya - termasuk dengan Israel - mengenai rencana ini.
Meski demikian. rencana besar Amerika tak luput dari sorotan dan kritikan.
Satu di antaranya datang dari Sekretaris Pers Pentagon, Patrick Ryder.
Ia mengaku khawatir ada risiko serangan Hamas terhadap sistem pelabuhan sementara yang dibangun Gedung Putih di Gaza.
"Tidak ada pasukan AS yang akan memasuki Gaza, untuk sementara (mereka datang) untuk menyelesaikan pembangunan pelabuhan," lapor Ryder.
(Tribunnews.com/Bobby Wiratama)