Maroko Dilaporkan Ikuti Jejak Amerika dan Yordania Jatuhkan Bantuan ke Gaza Melalui Udara
Maroko dilaporkan mengikuti jejak Amerika Serikat dan Yordania untuk menjatuhkan bantuan ke Gaza melalui udara.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Nama perjanjian tersebut mengacu pada nenek moyang orang Yahudi dan Arab, yaitu Abraham dalam Alkitab, dan sebagai ungkapan persaudaraan.
“Tanpa sikap diam dan keterlibatan negara-negara Arab, Israel tidak akan merasa berani untuk melanjutkan genosidanya,” kata Aziz Al-Hanaoui, seorang aktivis pro-Palestina asal Maroko, dalam protes akhir pekan lalu.
Selama Ramadhan, mulai tanggal 12 Maret, kelompok pro-Palestina Maroko akan melakukan protes setiap hari di sekitar kerajaan Afrika Utara itu setelah salat Tarawih, menuntut gencatan senjata segera dan permanen di Gaza.
Pada hari Sabtu (9/3/2024) lalu, pesawat militer AS dan pasukan Yordania mulai mengirimkan makanan dan pasokan ke Gaza.
Menurut Komando Pusat AS, mereka menjatuhkan sekitar 38.000 makanan dengan parasut di sepanjang garis pantai Gaza.
“Airdrop mungkin merupakan cara yang paling tidak efisien untuk menyalurkan bantuan, mengingat volume bantuan lebih kecil, tapi 8 hingga 10 kali lebih mahal,” kata Jeremy Konyndyk, presiden Refugees International, dalam podcast NPR.
Lima orang tewas dan sepuluh lainnya luka-luka ketika mereka terkena palet bantuan yang diterjunkan ke Gaza sebagai bagian dari misi kemanusiaan.
PBB mengatakan pengiriman bantuan lewat udara atau usulan koridor bantuan maritim tidak bisa menggantikan pengiriman darat.
PBB mendesak agar lebih banyak truk diizinkan mencapai Gaza melalui lebih banyak penyeberangan perbatasan.
Lebih dari 2 juta orang tinggal di Jalur Gaza, dan menurut PBB, seperempat dari mereka menghadapi kelaparan karena Israel terus menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan.
Menurut Bulan Sabit Merah Palestina, rata-rata 95 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari antara 10 Oktober dan 1 Februari.
Baca juga: Hari Pertama Ramadan di Gaza, Umat Muslim Dikepung Udara Dingin, Kelaparan, dan Penyakit
Jumlah itu turun drastis dari 500 truk komersial dan truk bantuan sehari sebelum perang.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober 2023.
Sejak itu, Israel telah membunuh sedikitnya 31.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 72.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan pasokan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
Keputusan sementara ICJ pada bulan Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)